6. Menculik Tabib

Yongsheng  mengarahkan pisau yang ada di tangannya, sehingga membuat  wanita tersebut  terdiam.

Wajahnya yang cantik menatap Yongsheng dengan ketakutan, tidak hanya itu sang tabib juga demikian.

"Tabib,  tuntaskan pekerjaan mu sekarang juga, karena aku sangat memerlukan bantuan untuk menyelamatkan seseorang yang sangat kritis."

Dengan tangan gemetar tabib tersebut lalu menusukkan jarum- jarum kecil di punggung wanita tersebut.

"Nyonya, jangan membuat keributan, karena aku tidak  akan segan-segan membunuhmu," ancam Yongsheng saat  melihat  wanita itu akan berteriak.

Sedangkan sang  tabib berusaha melakukan pengalihan untuk menunggu bantuan yang datang.

Yongsheng lalu mendekati tabib itu secara perlahan, lalu menotoknya.

Agar tidak menimbulkan kegaduhan, Yongsheng lalu menyumpal mulut tabib itu  dan mendudukkannya di atas kursi.

Melihat tindakan tersebut, hampir saja wanita itu berteriak. Kembali sekali lagi Yongsheng mengarahkan pisaunya pada wanita itu.

"Nyonya jika tidak karena  jarum akupuntur yang menempel di tubuh anda itu, tentu sudah dari tadi aku akan menotok tubuhmu. Aku mohon jangan membuat keributan lagipula aku sedang tidak ingin membunuh, karena aku sangat memerlukan bantuan tabib ini," ucapnya sambil menyumpal mulut wanita itu dan mengikatnya.

Saat Yongsheng  sedang mengikat sumpalan mulut wanita itu, tiba-tiba dari arah depan pintu,  derap langkah prajurit semakin mendekat.

"Hais," ucapnya kesal lalu mengangkat tubuh tabib itu keatas pundaknya lalu keluar dari jendela.

Dengan kekuatan pendekar  raja tingkat puncak,  mengangkat tubuh sang tabib bukanlah masalah, tetapi menghidari begitu banyak orang adalah masalah utamanya.

"Tempat teraman adalah tempat yang paling berbahaya," batinnya lalu kembali lagi menyelinap ke dalam kamar, tanpa diketahui oleh sang wanita.

Di dalam kamar, Yongsheng lalu bersembunyi di balik lemari obat-obatan yang tak terhitung jumlahnya.

Brak... Pintu kamar di terjang.

Tiba-tiba masuk beberapa  prajurit yang merupakan para pendekar tingkat Jenderal.

"Penyusup itu telah keluar," teriaknya saat melihat jendela kamar yang telah terbuka.

Salah satu prajurit lalu membuka sumpalan mulut wanita itu.

"Yang Mulia Selir Lin, maaf kami terlambat."

"Hais, kalian kemana saja begitu lama. Penyusup itu telah keluar dari jendela dan membawa sang tabib. Bagaimana aku bisa pulang jika jarum yang ada di tubuhku ini saja belum di lepas," ucapnya mengoceh.

"Yang Mulia, aku akan memanggil tabib biasa untuk mencabutnya, mohon Yang Mulia bersabar," ucapnya lalu meninggalkan selir Lin.

Di Luar kamar.

"Jaga pintu kamar, jangan biarkan siapa saja yang masuk!" ucapnya pada prajurit yang lain.

Di tempat persembunyian.

"Yang Mulia Kaisar, mengapa begitu banyak kesulitan yang kau hadapi," batinnya sedih saat menikirkan aksinya, bahkan untuk mencari tabib saja harus sesulit ini.

Jika saja Kaisar Hongli tidak terkena panah beracun itu,  mungkin mereka sudah melanjutkan  perjalanan gunung langit untuk menemui permaisuri Jiao dan Putri Jia Li di Klan Tiantang.

Situasi yang membuat mereka semakin sulit adalah status mereka yang telah menjadi buronan  pihak kaisaran Dalu.

"Taolie, kau telah menabur kejahatan,  Suatu saat kamu akan menuai badai," batinnya geram pada sang perdana mentri yang merupakan orang kepercayaan kaisar itu.

Setelah menunggu cukup lama, seseorang tabib  lalu memasuki kamar dan menolong selir Lin.

Setelah selesai melepaskan jarum jarum yang berada di punggung selir Lin,  sang tabib lalu keluar dari ruangan itu lalu disusul oleh selir Lin yang telah selesai merapikan pakaiannya.

Setelah situasi benar-benar aman, Yongsheng  lalu membawa tabib  keluar dari persembunyiannya.

"Tuan aku Jenderal Yongsheng, aku sangat memerlukan bantuan Tuan untuk menolong Kaisar Hongli yang saat ini terkena panah beracun. Mohon kesediaan Tuan untuk datang bersamaku menemuinya," ucap Yongsheng sambil membuka cadar yang digunakannya dan  menunjukkan wajahnya.

Sang tabib menganggukan kepalanya.

"Tuan tabib,  maafkan aku sebelumnya, karena situasi yang benar-benar  memksa ku  untuk melakukannya, apakah  anda tahu kami saat ini sedang menjadi buronan ke kaisaran Dalu? "

Kembali lagi tabib itu menganggukkan kepalanya.

Setelah meyakini sang tabib tidak akan membuat keributan,  Yongsheng dengan perlahan lalu membuka sumpalan pada mulut tabib itu, dan membuka totokannya.

"Jenderal Yongsheng, aku Yao, tabib kota Cao...," kata-katanya tersekat lalu  bergerak dan mendekati lemari obat-obatan dan menyimpannya pada kotak kayu yang menjadi ciri khasnya sebagai tabib.

"Jenderal Yongsheng, mari bergerak."

"Tabib Yao, lakukan secara rahasia, karena ini menyangkut keamanan Yang Mulia."

Tabib itu tersadar, sisi kemanusiaanya sebagai seorang tabib yang menolong siapa saja membuyarkan ketelitiannya, terlebih lagi dirinya telah di culik, bagaimana mungkin  dia bisa berjalan bebas meninggalkan rumah itu.

Mereka saling berpandangan.

Tabib itu lalu mengambil sesuatu dari dalam lemarinya dan memberikannya pada Yongsheng.

"Gunakanlah," ucapnya memberi pakaian ganti seorang prajurit kerajaan.

Yongsheng terkejut, "Tabib Yao ini ?"

"Sebenarnya aku tabib kerajaan, jadi tentu saja aku memiliki pakaian militer, terutama saat pergi ke medan perang. Gunakanlah, kita bisa menyelinap dari jendela lalu keluar dari pintu belakang."

Dengan segera Yongsheng mengganti pakaiannya.

Setelah mereka selesai mengganti pakaiannya, kedua orang itu lalu berjalan dengan perlahan-lahan meninggalkan kamar itu  melalui jendela dan menyelinap ke pintu halaman belakang.

Saat mereka hendak meninggalkan gerbang belakang itu,   tiba-tiba dari arah belakang dua orang Prajurit mengikuti mereka.

"Berhenti!"

Dengan segera Yongsheng dan tabi Yao menghentikan langkah mereka.

"Gerakan kalian sangat mencurigakan," ucap prajurit tersebut sambil terus  mendekati.

Yongsheng dan tabib Yao terdiam.

"Biarkan mereka mendekat," ucap Yongsheng,

Saat kedua prajurit itu  mendekat, dengan segera Yongsheng menyarangkan pukulan sambil melancarkan tendangan.

Kedua prajurit itu terkejut, mereka tidak menyangka dengan serangan kejutan itu.

Salah satu dari mereka tedorong hingga beberapa meter.

Pertarungan kecil terjadi, Yongsheng tanpa memberi kesempatan pada prajurit itu lalu menyarangkan pukulan susulan dan melumpuhkan   prajurit yang terlempar, sedangkan salah satu prajurit lainnya berusaha melarikan diri.

"Jenderal, prajurit itu!?"

Yongsheng lalu meraih busur panahnya dan memanah prajurit tersebut hingga menjatuhkannya.

"Tabib Yao, tunggu sebentar," ucapnya lalu menghampiri prajurit itu dan menotoknya.

"Tenanglah, Aku sedang tidak ingin membunuh," ucapnya lalu menyeret tubuh prajurit itu ke dalam semak-semak. Sebelum pergi, Yongsheng mengambil lencana dan kantong uang prajurit tersebut dan melakukan hal yang sama pada prajurit lainnya.

"Tabib Yao, mari pergi."

Yongsheng segera memimpin jalan dan meninggalkan tempat itu.

Setelah cukup jauh melangkah, mereka lalu memperlambat langkahnya dengan setenang mungkin agar  tidak menarik perhatian banyak orang.

"Tabib Yao, bersikaplah seperti seorang prajurit."

"Baik Jenderal."

Tanpa terasa, saat mereka berdua tiba  di penginapan, hari sudah  menjelang pagi.

"Nyonya, di kamar nomor berapa pelanggan atas nama Jia dan Mu berada?" tanya Yongsheng menyebutkan nama samaran Jenderal Huanran dan Kaisar Hongli.

_______

😬😊Jangan lupa tinggalkan jejak ya kakak-kakak. terima kasih. 🙏

Terpopuler

Comments

Savira Rasela

Savira Rasela

*terdorong

2025-04-05

0

☯️Black Monk☯️

☯️Black Monk☯️

👍👍

2023-11-01

0

Kerta Wijaya

Kerta Wijaya

🤟🤟

2022-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!