Kaisar Hongli beserta rombongannya tiba di kota Cao yang merupakan bagian dari ke kaisaran Dalu.
Tampak pintu gerbang kota dijaga oleh beberapa prajurit dengan ketat.
"Jenderal , Apa yang harus kita lakukan?"
"Sebaiknya kita membagi kelompok dan memisahkan diri, di dalam kota kita dapat berkumpul lagi karena saat ini kerumunan kita sepertinya menarik perhatian mereka," ucap Jenderal Huanran.
Jenderal Huanran dan Jenderal Yongsheng lalu membawa Kaisar Hongli mendekati benteng kota.
"Tunjukkan identitas!" ucap prajurit dengan suara meninggi, dengan berusaha menunjukkan ketegasannya.
"Ba.. Baik tuan."
Jenderal Huanran lalu menunjukan lencana Klan yang dimilikinya, karena tidak mungkin dirinya menunjukan lencana Kekaisaran, apalagi dalam situasi seperti itu.
Prajurit itu menatap Jenderal Huanran dengan sedikit ragu, "Apakah anda berasal dari Klan Mu?"
"Benar tuan, hamba memang berasal dari Klan Mu."
"Jika demikian, Silakan masuk tuan!"
Prajurit itu lalu mempersilakan Jenderal Huanran beserta rombongannya dengan hormat.
Setelah Jenderal Huanran dan rombongannya memasuki kota, dengan segera prajurit itu lalu melapor pada komandan jaga.
"Komandan, seseorang dari Klan Mu telah memasuki kota, Apa yang harus kita lakukan?"
"Segera awasi mereka, laporkan jika menemukan sesuatu yang mencurigakan," ucap sang komandan memberi perintah pada prajurit itu.
"Baik," ucap prajurit itu lalu pergi.
***
Di dalam kota Cao.
Jenderal Huanran lalu membawa Kaisar Hongli mencari penginapan untuk beristirahat.
"Saudara Yongsheng, kita akan beristirahat di penginapan ini, aku minta saudara untuk menjaga Yang Mulia Kaisar, dan aku akan mencari tabib!"
"Tidak, biar aku saja yang mencari tabib, saudara Huanran tetap menjaga Yang Mulia," ucap Jenderal Yongsheng lalu meninggalkan Jenderal Huanran beserta Kaisar Hongli.
Setelah jendral Yongsheng pergi, Kaisar Hongli dan Jenderal Huanran lalu memasuki penginapan tersebut.
***
Dalam perjalanan.
"Sepertinya prajurit kota itu terus memata-matai," batin Yongsheng sambil terus melangkahkan kakinya,
Di perempatan jalan, Yongsheng segera mempercepat langkah kakinya dan bersembunyi untuk menghindari prajurit yang terus mengikutinya tersebut.
"Saudara, apakah kau melihatnya?"
"Hais.., bagaimana dia bisa begitu cepat menghilang, Aku curiga dia pasti seorang pendekar tingkat tinggi."
"Aku rasa juga demikian, Apakah kita akan melapor pada komandan?"
"Kita cari saja dulu," ucap kedua prajurit itu sambil terus melangkah kaki mencari keberadaan Yongsheng yang saat itu ternyata sedang duduk di kedai sambil menikmati minumannya dengan tenang.
"Tuan, ini terlalu banyak, harga araknya hanya dua keping perak!" ucap pelayan kebingungan, saat Yongsheng membayar lima keping perak.
"Sisanya untukmu," jawabnya sambil menanyakan keberadaan tabib di kota itu.
Pelayan tersebut lalu jelaskan kepada Yongsheng, bahwa di kota itu hanya ada dua tabib, yaitu tabib Yao dan tabib Ma, untuk dapat menemui kedua tabib itu, perlu waktu yang lama, karena banyaknya pelanggan, sehingga harus memesan jauh-jauh hari.
Setelah mendapat penjelasan panjang lebar dari pelayan kedai, Yongsheng lalu pergi meninggalkan kedai itu lalu menuju alamat sang tabib yang dimaksud.
"Jika menunggu jauh hari, Kaisar Hongli tidak akan selamat, karena anak panah itu ternyata beracun. Satu-satunya cara adalah menculik tabib itu," batinnya sambil melangkahkan kakinya dengan cepat.
Di sepanjang jalan Yongsheng, menyusun rencana yang akan dilakukannya.
Setelah mendekati tempat yang dimaksud, Yongsheng lalu singgah di kedai terdekat sambil mengawasi situasi, dan mulai menjalankan strateginya.
***
Kamar Penginapan.
Huanran sangat khawatir saat melihat kondisi kaisar Hongli yang semakih lemah.
"Jenderal Huanran, jangan terlalu mengkhawatirkan ku, lagi pula aku sudah mempercayakan semuanya padamu"
"Tapi Yang Mulia,..."
"Sudahlah, tenangkan dirimu," ucap kaisar memotong kata-kata Jenderal Huanran.
Huanran hanya bisa menganggguk lalu meminta Kaisar Hongli mengambil sikap bersila dengan tenang.
"Yang Mulia," ucapnya lalu mulai mengalirkan kekuatan tenaga dalam pada tubuh kaisar Hongli yang mulai menyebar.
Menjelang, malam Huanran masih melakukan tindakannya tersebut, hingga membuat tubuhnya mulai kelelahan.
"Dimana Jenderal Yongsheng, mengapa begitu lama, aku takut dia mengalami masalah!" ucap Kaisar.
"Yang Mulia, jangan terlalu banyak bicara, karena akan memperparah keadaanmu, aku yakin saudaraku baik-baik saja, lagi pula, jika ada masalah, aku yakin dia dapat mengatasinya."
Mereka berdua kembali duduk dengan tenang.
***
Disudut jalan yang remang, Yongsheng terus mengamati para pasien yang keluar masuk di dalam gerbang sebuah bangunan sederhana.
"Sudah malam seperti ini pun masih banyak yang berobat. Sepertinya aku harus menunggu hingga tengah malam," batinnya tanpa menurunkan pengawasan pada bangunan tersebut.
Menjelang tengah malam, saat Yongsheng sedang menunggu kesempatan, tiba-tiba datang kereta kerajaan dengan beberapa prajurit mendatangi tempat itu.
"Hais, ada apa lagi!" Yongsheng kesal.
Tiba-tiba dari dalam kereta, keluar seorang wanita yang di dampingi oleh dua pelayan wanitanya lalu memasuki rumah sang tabib.
Hingga menjelang subuh, wanita tersebut tidak juga keluar dari dalam rumah itu.
"Rencana kedua," ucapnya kesal.
Yongsheng lalu meraih busur panah yang ada di sampingnya lalu memasang anak panah pada talinya.
Matanya yang tajam memincing pada sebuah benda hitam yang tidak jauh dari rumah sang tabib yang merupakan perempatan jalan.
Swhus... Anak panah melesat menghantam benda hitam yang telah di pasang pada siang hari sebelumnnya.
Prang.... guci hitam seukuran kepala itu pecah berderai. Dari pecahan tersebut, berhamburan uang perak ke berbagai arah sehingga bertebaran di sekitar perempatan jalan.
"Walaupun harus rugi besar." batinnya.
Tiba-tiba dari arah kedai, seorang menyadari bahwa benda yang bertaburan lali mrlihatnya dengan cepat.
"ini adalah uang," dengan segera dirinya memanggil semua orang.
"Uang dari langit,... Uang dari langit," ucapnya mengejutkan semua orang.
Orang-orang mulai berbondong-bondong keluar dari dalam kedai lalu menuju perempatan jalan itu bahkan menarik perhatian prajurit yang sedang berjaga di rumah sang tabib.
Dan benar saja, prajurit itu juga lalu bergegas menuju perempatan jalan untuk mengambil koin perak yang telah bertaburan itu.
Sambil tersenyum, Yongsheng lalu memasuki rumah tabib itu dengan perlahan-lahan.
Dengan waspada, Yongsheng terus melangkahkan kakinya memeriksa ruangan demi ruangan untuk mencari keberadaan tabib tersebut.
Langkahnya terhenti saat menatap dua pelayan yang berjaga di depan pintu menatapnya kearahnya.
"Siapa.."
Kata-kata pelayan itu terhenti saat Yongsheng memberi tanda pada kedua pelayan tersebut supaya tidak membuat keributan.
Saat Yongsheng merasa aman, tiba-tiba saja kedua pelayan itu berteriak,
"Penyusup..,"
"Penyusup....," ucapnya dengan suara yang sangat kencang sehingga mengejutkan semua orang yang ada di dalam ruangan itu.
Dari luar tembok, terdengar derap langkah prajurit mendekati rumah sang tabib dengan cepat.
Dengan ilmu meringankan tubuh, Yongsheng dengan cepat menghampiri pelayan itu dan menotoknya hingga kedua terdiam.
Setelah menotok kedua pelayan tersebut, Yongsheng lalu memasuki kamar yang di jaga oleh kedua pelayan tersebut.
"Apa!?"
Yongsheng terkejut melihat pemandangan yang ada dihadapannya.
Tampak wanita yang dia lihat sebelumnya menatapnya sambil meringis.
______
😊Jangan lupa tinggalkan jejak ya kakak-kakak.Terima kasih. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Savira Rasela
*lalu melihatnya
2025-04-05
0
alvian
lama gak di updet terpaksa baca kembali dr awal....👍👍👍
2022-03-02
0
Ismadi Alvaro
mantab jiwa..
2021-10-21
0