Kaisar Hongli menatap prajurit yang setia dan kedua Jenderalnya yang ada di hadapannya dengan hati yang Pedih.
"Jenderal Huanran, Jenderal Yongsheng, terima kasih karena begitu setia padaku," ujarnya dengan hormat.
"Yang mulia Kaisar, ini adalah tugas dan kewajiban kami sebagai seorang hamba untuk melindungi sang tuan. Kami telah bersumpah menerima jabatan ini jika aku berkhianat maka kepedihan kutukan langit akan menghampiri hidupku. Yang Mulia Kaisar, nyawa ini adalah milik anda." ucap Hunran tegas.
"Jenderal Huanran, terima kasih." ucap Kaisar sambil memberikan cincin dan lencana ke kaisaran.
"Yang mulia Apa maksud anda seperti ini?"
"Aku hanya berjaga-jaga, Jenderal Yongsheng, prajurit, kalian telah menyaksikan bahwa aku telah memberikan cincin dan lencana ke kaisaran pada Jenderal Huanran, jika terjadi sesuatu padaku maka Dia...."
Kaisar Hongli menghentikan kata-katanya.
"Yang Mulia Kaisar kami mengerti," ucap Jenderal Yongsheng dan prajurit sambil menganggukkan kepalanya.
"Jenderal Yongsheng, jenderal Huanran, aku memiliki satu lagi permintaan."
"Yang mulia Kaisar silakan."
"Aku ingin kamu melindungi dan menjaga permaisuri serta..." kata-katanya tersekat. Kaisar Hongli tidak yakin putrinya tersebut bisa diselamatkan.
"Jika putriku masih dapat diselamatkan, Aku ingin dirimu menjaganya," ucapnya lirih.
Yongsheng dan Huanran lalu berlutut dan menangkupkan tangannya dengan hormat, "Aku Huanran dan Aku Yonsgeng, akan melaksanakan perintah Kaisar dengan sepenuh hati dan dengan nyawaku." ucap mereka bersamaan.
"Baiklah, sambil menunggu prajurit datang kita akan bersiap-siap."Ucap Jenderal Huanran.
Tidak lama kemudian prajurit yang diutus untuk membeli perlengkapan datang dengan pakaian yang baru dan terlihat sederhana.
Setelah selesai berkemas, sisa pasukan kecil itu lalu meninggalkan gubuk sederhana itu dan bergerak terus ke arah utara.
Di dalam perjalanan, pikiran Jenderal Yongsheng menjadi sedikit kacau, dia terus mengingat keputusan kaisar Hongli yang telah memberikan cincin dan lencana kekaisaran pada Jenderal Huanran.
Sambil terus mendampingi Kaisar, Yongsheng berusaha menepis pikiran negatif itu.
Di lain pihak, Huanran merasa tidak enak saat melihat reaksi Yongsheng saat dirinya menerima Lencana dan Cincin kaisar yang merupakan materai kekaisaran itu.
***
Klan Tiantang.
Tujuh hari kemudian, berita tentang pemberontakan perdana menteri Tuolie akhirnya sampai pada permaisuri Jiao.
Tangisannya pecah. Permaisuri Jiao tidak pernah menyangka bahwa masalah akan menimpa keluarganya secara bertubi-tubi, pertama kematian putrinya, kini datang lagi berita baru yang benar-benar menghancurkan hatinya.
Para pelayan yang berada di dalam ruangan kamarnya hanya bisa terdiam dan menatap permaisuri Jiao dengan sedih.
"Panggilkan aku Jendral Shilin."
"Baik Yang mulia," ucap pelayan lalu keluar dari ruangan.
Tidak beberapa lama kemudian, Jenderal Shilin tiba bersama pelayan dan memasuki ruangan.
"Yang Mulia, Hamba menghadap," ucap Jendederal Shilin dengan hormat.
"Jenderal Shilin, apakah dirimu sudah mendengar berita pemberontakan itu?"
"Sudah yang mulia."
"Jika demikian aku tidak perlu menjelaskannya. Jendral Shilin, aku meminta dirimu untuk menjalankan tugas rahasia, yaitu untuk mencari keberadaan Yang Mulia Kaisar."
"Baik yang mulia, hamba bersedia," jawab Jenderal Shilin lalu pergi.
Permaisuri Jiao lalu meminta semua orang untuk meninggalkan ruangannya.
Setelah semua orang meninggalkan ruangan, permaisuri terduduk diatas ranjangnya. Matanya kini mulai nanar. Tanpa terasa air matanya mulai menetes. Hatinya benar-benar hancur, sedih, marah, takut dan berbagai perasaan berkecamuk di dalam jiwanya.
"Ayah, Ibu apa yang harus aku lakukan, mengapa hal seperti ini terjadi pada keluargaku," ucapnya mengingat keberadaan orang tuanya.
Saat ini dia hanya berharap bahwa suaminya akan baik-baik saja.
Tiba-tiba pintu kamar diketuk.
"Yang mulia, ritual akan segera dimulai," ucap seorang pelayan dari luar pintu kamar dengan hormat.
"Baik."
Sambil menghapus air matanya, permiasuri Jiao lalu menuju pintu kamar dan keluar.
"Mari Yang Mulia," ucap sang pelayan sambil memimpin jalan.
Permaisuri Jiao lalu dibawa ke wilayah terlarang Klan dan memasuki sebuah bangunan dengan aura yang sangat mencekam.
Di dalam ruangan, telah berdiri beberapa tetua dengan sorot mata tajam menatap kedatangannya, tampak tubuh putrinya, Jia Li dibaringkan di atas sebuah meja giok berwarna putih.
"Yang mulia, ritual pemanggilan Dewa kehidupan akan segera dimulai mohon yang mulia memberikan sedikit darah pada meja giok." ucap salah satu tetua.
Tanpa ragu permaisuri Jiao lalu mengiris telapak tangannya dan meneteskan darah pada meja giok itu.
Setelah cukup lama dan di rasa cukup, salah satu tetua lalu memintanya untuk menghentikan tindakannya.
"Yang mulia permaisuri, sudah cukup, silakan yang mulia menunggu di luar."
Dengan segera permaisuri Jiao lalu meninggalkan ruangan itu.
Setelah dirinya keluar dari ruangan, dengan segera salah satu tetua lalu menutup pintu dan memulai ritual.
Di luar ruangan.
"Yang mulia permaisuri, mari ikut aku," ucap Jingmi sambil membawa permaisuri Jiao ke dalam ruangannya.
"Yang mulia," sambil meraih tangan permaisuri Jiao dan mengobatinya.
"Mohon Yang Mulia bersabar. Dalam hal ini aku harap Yang Mulia tidak berputus asa, apalagi melakukan hal bodoh. Aku percaya langit tidak akan melihat kesedihan ini terus berlanjut," ucapnya menghibur sambil tangannya terus bekerja membalut luka di telapak tangan permaisuri Jiao.
Permaisuri Jiao menatap pelayannya dengan sedih, "Jingmi, mengapa kamu begitu setia padaku?"
Jingmi tersenyum.
"Yang Mulia, hal apalagi yang dapat aku lakukan selain melayanimu. Aku adalah pelayan dan seorang hamba, dan tugasku adalah melayani sang tuan."
Permaisuri Jiao merasa sedikit terhibur, karena dalam kesesakannya, masih ada mereka yang setia padanya walaupun saat ini dia tidak memiliki apa-apa.
Dengan hilangnya kekuasaan Kaisar Hongli, maka dapat dikatakan saat ini dirinya adalah rakyat biasa, tetapi Jingmi tetap memperlakukannya sebagai seorang permaisuri, sehingga membuat hatinya merasa hangat.
"Jingmi, sepertinya dirimu adalah orang penting di Klan ini, lalu mengapa dirimu terus mengabdi pada kekasaran Dalu, sedangkan wilayah ini adalah wilayah Kekaisaran Bing?"
Sekali lagi Jingmi tersenyum, "Yang Mulia, sebelumnya hamba telah menjelaskan, bahwa hamba adalah seorang pelayan. Terlepas penting atau tidaknya kedudukan di Klan, hamba tetaplah seorang pelayan."
Jingmi juga menjelaskan bahwa Klan Tiantang adalah Klan Netral, dalam arti tidak memihak pada salah satu kekaisaran.
"Yang Mulia, Klan tidak membatasi para anggota Klan-nya untuk mengabdi pada siapa saja, tugas utama kami adalah menjaga kedamaian dan menolong siapa saja yang perlu kami tolong termasuk dirimu yang mulia."
Di benua langit biru, keberadaan klan dan sekte merupakan bentuk terpisah dari ke kaisaran, di mana mereka tidak terlibat secara langsung dengan birokrasi pemerintahan, tetapi sebagian daripada mereka ada yang melibatkan diri secara langsung. Selain itu, sekte atau Klan independent kuat, keberadaan mereka sangat disegani walaupun mereka berada dalam wilayah kekasaran tertentu, mereka tidak berkewajiban untuk mengabdi kepada ke kaisaran tersebut.
Di benua langit biru, ada tujuh sekte utama dan enam klan kuat yang sangat disegani di seluruh wilayah kekaisaran. Yaitu Klan Mu, Klan Xie, Klan Tian, Klan Bai, Klan Hei dan Klan Lu. Sedangkan ketujuh sekte tersebut adalah, Sekte Pedang Langit, Sekte Gunung Abadi, Sekte Cahaya Dewa, Sekte Darah Emas, Sekte Tengkorak hijau, Sekte Es Abadi dan Sekte Kalajengking Biru.
____
😬 jangan lupa meninggalkan jejak. like misalnya. 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Savira Rasela
*Kekaisaran
2025-04-05
0
hcomrusnam meila
/Pray//Pray//Pray/
2023-12-27
0
Dzikir Ari
Pelayan yg tulus...👍👍👍
2023-06-17
1