BB 2

Seperti hari hari sebelumnya, Karina bangun lebih awal. Mempersiapkan sarapan untuk Pramudya, sampai mempersiapkan pakaian yang akan pria itu kenakan untuk bekerja. Setelah selesai ia siapkan, barulah Karina membangunkan Pramudya.

"Mas, bangun.." ucap Karina lembut, sembari mencium keningnya. Perlahan pria itu membuka mata menatap wajah Karina.

"Iya sayang." Pramudya bangun lalu duduk di atas tempat tidur.

"Kemarin sore Ibu dan Bapakku telpon. Sore ini mau datang ke sini, mungkin mau menginap beberapa hari."

Karina menarik napas dalam dalam, sesaat ia menundukkan kepala. Bukan ia tidak suka mertuanya datang, tapi tiap kali mereka datang berkunjung. Pertengkaran kecil antara Pramudya dan Karina seringkali terjadi. Pasalnya, kedua orang tua Pramudya selalu menekan Karina tentang anak.

"Baiklah mas, aku akan persiapkan segalanya," jawab Karina tersenyum menatap Pramudya.

"Aku mau, kau berpakaian yang sopan layaknya wanita. Jangan pakai celana panjang, atau celana pendek. Kau tahu, ibuku sangat tidak suka." Pram kembali mengingatkan kejadian yang sudah lewat.

Karina hanya tersenyum menganggukkan kepala. "Iya mas." Karina beranjak dari tepi tempat tidur, lalu keluar kamar. Sementara Pramudya bersiap siap untuk bekerja.

Karina duduk termenung di kursi sembari menunggu Pramudya selesai. Seiringnya waktu, Karina lebih memilih diam dari pada harus protes pada keputusan Pramudya yang hanya akan menimbulkan pertengkaran. Bahkan hal dalam berpakaianpun sering kali menjadi sebuah pertengkaran. Bukankah sejak masih pacaran, Pram tahu kalau Karina sedikit tomboy. Dan dia menerima itu, tapi mengapa sekarang ia berubah demi menyenangkan kedua orangtuanya, Pram harus menekan Karina sesuai keinginannya. Apakah wanita yang berpakaian sedikit tomboy buruk di mata orang lain? sebegitu dangkal kah cara berpikir mereka?

"Apa yang kau pikirkan?"

Karina terkejut, seketika lamunannya buyar. "Tidak ada mas," sahut Karina buru buru berdiri lalu menyiapkan sarapan untuk Pramudya.

"Mas, aku mau ke rumah Ibuku sebentar boleh?" tanya Karina sembari menuangkan air mineral ke dalam gelas. Lalu ia sodorkan ke hadapan Pramudya.

Pramudya melirik ke arah Karina. "Memang ada keperluan apa dengan Ibumu? apa Ibu sakit?' tanya Pramudya balik.

Karina menggelengkan kepalanya, " tidak mas, aku hanya kangen saja." Karina duduk di kursi.

"Bukankah bulan lalu, kau sudah mengunjungi Ibumu? lagian buat apa sering sering ke rumah Ibumu? bukankah di rumah banyak pekerjaan yang bisa di kerjakan?"

Karina menundukkan kepalanya, menarik napas dalam dalam. Lalu kembali diam tidak bicara lagi.

"Jangan buang buang waktu hanya untuk sekedar main main." Pramudya berdiri lalu mencium puncak kepala Karina sekilas. 'Aku berangkat dulu."

Karina mengangguk pelan, melirik sesaat ke arah Pramudya. "Iya mas, hati hati di jalan."

Karina hanya diam mengusap dadanya pelan, lalu ia berdiri membereskan gelas dan piring di meja makan.

***

Siang itu Karina kedatangan Raihan, sahabatnya. Kebetulan sekali ia butuh teman untuk bicara. "Kau mau minum apa?" tanya Karina menatap Raihan yang juga sepupunya Pramudya.

"Apa saja terserah kau, yang penting jangan racun!" sahut Raihan tertawa kecil.

"Kau ini, ada ada saja."

"Rai? kau di sini?" sapa Pramudya yang baru saja pulang. Hari ini ia pulang lebih cepat karena hendak menyambut kedatangan kedua orang tuanya dari Jawa.

Raihan menoleh dan menganggukkan kepalanya. "Eh Mas Pram, iya nih."

"Ya sudah, aku masuk dulu." Pramudya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Tak lama Karina keluar membawa nampan di tangannya yang berisi minuman segar dan cemilan untuk Raihan.

"Suamimu sudah pulang, sebaiknya aku pulang saja. Tidak enak Rin.." ucap Raihan lalu berdiri.

"Loh, kau itu bagaimana? baru saja datang sudah mau pulang lagi." Karina mendesah kecewa. Namun alasan yang di berikan Raihan memang benar. Pramudya tidak suka melihat Karina lama lama ngobrol hanya buang buang waktu saja, meski itu dengan sahabatnya sendiri.

"Iya aku tahu, maaf ya.." ucap Karina pelan.

Raihan tersenyum mengelus bahu Karina. "Tidak apa apa, lebih sedih lagi kalau aku tahu, kau bertengkar hanya gara gara aku."

"Baiklah.."

"Kapan kapan kita bicara lagi, hubungi aku kalau kau butuh teman bicara."

Karina menganggukkan kepala. "Terima kasih ya." lalu mengantarkannya sampai gerbang rumah. Setelah itu, Karina kembali masuk ke dalam rumah menemui Pramudya di kamarnya.

"Ngobrol terus, apa tidak ada pekerjaan lain?" sindir Pramudya.

"Mas, tadi itu-?" Karina tidak melanjutkan ucapannya.

"Bisa tidak? sehari saja kau tidak membantah kata kataku. Ini semua aku lakukan supaya kau jadi istri yang baik untukkku dan kebaikanmu juga." Pramudya memotong ucapan Karina sebelum menyelesaikannya. Setelah bicara seperti itu, Pramudya ngeloyor begitu saja ke luar kamar.

Karina hanya bisa menarik napas dalam dalam, memejamkan matanya sesaat. Lalu duduk di kursi memikirkan sikap Pramudya yang benar benar berubah setelah menikah.

Hanya satu hal yang Karina sadari saat ini, setiap orang hidup berdasarkan pada banyak alasan. Seperti alasan Pramudya menikahi Karina karena cantik, pintar dan lincah. Namun kenyataannya? pada saat alasan itu tidak sesuai keinginannya? semua berubah.

"Kau mencintaiku karena aku menghiburmu, kau mencintaiku karena hasrat seksual, kau mencintaiku karena fisik," gumam Karina sedih. "Lalu apa kata cinta yang di ucapkannya dulu?"

Di dalam hubungan berdasarkan alasan selalu terdapat akhir dari hubungan itu sendiri. Lalu? adakah suatu kehidupan atau hubungan tanpa alasan? Karina menampuk wajahnya sendiri. Rasanya ia ingin menangis, setiap hari harus berpura pura dan tidak menjadi dirinya sendiri.

"Kau kenapa menangis? apa aku menyakitimu?" tanya Pramudya dari arah pintu kamar, berjalan mendekati Karina.

"Tidak mas, aku hanya kelilipan." Karina mengusap sudut matanya dengan telapak tangan.

"Lalu? kenapa kau masih duduk? sebentar lagi orangtuaku datang. Apa kau sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Pramudya.

Karina berdiri menatap ke arah Pramudya. "Sudah mas, semua sudah selesai."

"Oke, aku mau istirahat sebentar."

Karina menganggukkan kepalanya, lalu melangkahkan kakinya keluar kamar, meninggalkan Pramudilya di kamar. Ia terus berjalan menuju dapur dan kembali melanjutkan pekerjaan yang memang sudah tidak ada lagi pekerjaan. Namun Pramudya kerap kali marah jika Karina banyak berdiam diri. Ada rasa bosan di hati Karina. Ia ingin kembali bekerja meski sekedar untuk membunuh kebosanannya di rumah.

Cinta yang dulu di agungkan Pramudya perlahan memudar, Karina berpikir itu bukanlah Cinta. Seharusnya Cinta itu membebaskan tanpa syarat, tanpa alasan. Seperti udara tanpa memilih siapa dan di mana. Udara tetap memberi tanpa mengharap imbalan. Cinta menyiratkan kebebasan besar, bukan untuk melakukan apa yang tidak di suka dan menekannya untuk suka.

"Ya Rabb, sampai kapan sandiwara ini akan berakhir," gumam Karina pelan.

Terpopuler

Comments

Ida Lailamajenun

Ida Lailamajenun

yah bgt la klu suami sudah nikung kita dandan dan sempurna juga masih gk dipandang lagi olehnya..
klu gk bisa bertahan lebih baik mundur daripada depresi..

2022-04-29

0

Inonk_ordinary

Inonk_ordinary

Pram takut ketauan aja, makanya karima dkurung

2022-03-09

0

Putraa Siktuss

Putraa Siktuss

suami kek
bgtu
tempat yg pas buat dia d tong sampah

2022-01-27

0

lihat semua
Episodes
1 BB 1
2 BB 2
3 BB 3
4 BB 4
5 BB 5
6 BB 6
7 BB 7
8 BB 8
9 BB 9
10 BB 10
11 BB 11
12 BB 12
13 BB 13
14 BB 14
15 BB 15
16 BB 16
17 BB 17
18 BB 18
19 BB 19
20 BB 20
21 BB 21
22 BB 22
23 BB 23
24 BB 24
25 BB 25
26 BB 26
27 BB 27
28 BB 28
29 BB 29
30 BB 30
31 BB 31
32 BB 32
33 BB 33
34 BB 34
35 BB 35
36 BB 36
37 BB 37
38 BB 38
39 BB 39
40 BB 40
41 BB 41
42 BB 42
43 BB 43
44 BB 44
45 BB 45
46 BB 46
47 BB 47
48 BB 48
49 BB 49
50 BB 50
51 BB 51
52 BB 52
53 BB 53
54 BB 54
55 BB 55
56 BB 56
57 BB 57
58 BB 58
59 BB 59
60 BB 60
61 BB 61
62 BB 62
63 BB 63
64 BB 64
65 BB 65
66 BB 66
67 BB 67
68 BB 68
69 BB 69
70 BB 70
71 BB 71
72 BB 72
73 BB 73
74 BB 74
75 BB 75
76 BB 76
77 BB 77
78 BB 78
79 BB 79
80 BB 80
81 BB 81
82 BB 82
83 BB 83
84 BB 84
85 BB 85
86 BB 86
87 BB 87
88 BB 88
89 BB 89
90 BB 90
91 BB 91
92 BB 92
93 BB 93
94 BB 94
95 BB 95
96 BB 96
97 POV QUENBY
98 POV AVRAM
99 POV LIVIAN
100 BB 100
101 BB 101
102 BB 102
103 BB 103
104 BB 104
105 BB 105
106 BB 106
107 BB 107
108 BB 108
109 BB 109
110 BB 110
111 BB 111
112 BB 112
113 BB 113
114 BB 114
115 BB 115
116 BB 116
117 BB 117
118 BB 118
119 BB 119
120 BB 120
121 BB 121
122 Promosi Novel lain
123 BB 123
124 BB 124
125 BB 125
126 BB 126
127 BB 127
128 BB 128
129 BB 129
130 BB 130
131 BB 131
132 BB 132
133 BB 133
134 BB 134
135 BB 135
136 BB 136
137 BB 137
138 BB 138
139 BB 139
140 BB 140
141 BB 141
142 BB 142
143 BB 143
144 BB 144
145 BB 145
146 BB 146
147 BB 147
148 BB 148
149 BB 149
150 BB 150
151 BB 151
152 BB 152
153 BB 153
154 BB 154
155 BB 155
156 BB 156
157 BB 157 END
Episodes

Updated 157 Episodes

1
BB 1
2
BB 2
3
BB 3
4
BB 4
5
BB 5
6
BB 6
7
BB 7
8
BB 8
9
BB 9
10
BB 10
11
BB 11
12
BB 12
13
BB 13
14
BB 14
15
BB 15
16
BB 16
17
BB 17
18
BB 18
19
BB 19
20
BB 20
21
BB 21
22
BB 22
23
BB 23
24
BB 24
25
BB 25
26
BB 26
27
BB 27
28
BB 28
29
BB 29
30
BB 30
31
BB 31
32
BB 32
33
BB 33
34
BB 34
35
BB 35
36
BB 36
37
BB 37
38
BB 38
39
BB 39
40
BB 40
41
BB 41
42
BB 42
43
BB 43
44
BB 44
45
BB 45
46
BB 46
47
BB 47
48
BB 48
49
BB 49
50
BB 50
51
BB 51
52
BB 52
53
BB 53
54
BB 54
55
BB 55
56
BB 56
57
BB 57
58
BB 58
59
BB 59
60
BB 60
61
BB 61
62
BB 62
63
BB 63
64
BB 64
65
BB 65
66
BB 66
67
BB 67
68
BB 68
69
BB 69
70
BB 70
71
BB 71
72
BB 72
73
BB 73
74
BB 74
75
BB 75
76
BB 76
77
BB 77
78
BB 78
79
BB 79
80
BB 80
81
BB 81
82
BB 82
83
BB 83
84
BB 84
85
BB 85
86
BB 86
87
BB 87
88
BB 88
89
BB 89
90
BB 90
91
BB 91
92
BB 92
93
BB 93
94
BB 94
95
BB 95
96
BB 96
97
POV QUENBY
98
POV AVRAM
99
POV LIVIAN
100
BB 100
101
BB 101
102
BB 102
103
BB 103
104
BB 104
105
BB 105
106
BB 106
107
BB 107
108
BB 108
109
BB 109
110
BB 110
111
BB 111
112
BB 112
113
BB 113
114
BB 114
115
BB 115
116
BB 116
117
BB 117
118
BB 118
119
BB 119
120
BB 120
121
BB 121
122
Promosi Novel lain
123
BB 123
124
BB 124
125
BB 125
126
BB 126
127
BB 127
128
BB 128
129
BB 129
130
BB 130
131
BB 131
132
BB 132
133
BB 133
134
BB 134
135
BB 135
136
BB 136
137
BB 137
138
BB 138
139
BB 139
140
BB 140
141
BB 141
142
BB 142
143
BB 143
144
BB 144
145
BB 145
146
BB 146
147
BB 147
148
BB 148
149
BB 149
150
BB 150
151
BB 151
152
BB 152
153
BB 153
154
BB 154
155
BB 155
156
BB 156
157
BB 157 END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!