Tepat pukul 4:30. Kedua orang tua Pramudya sudah sampai di rumahnya. Pramudya dan Karina menyambut mereka dengan suka cita.
"Apa kabarmu, Nak.." sapa Sumarni pada putranya. Wanita itu memeluk Pramudya erat. Lalu beralih memeluk Karina.
"Apa kabarmu nduk?"
"Baik Bu.." balas Karina tersenyum menatap wajah Sumarni sesaat.
"Bagaimana perjalanannya Pak? Bu?" tanya Pramudya membuka pembicaraan setelah mereka duduk di ruang tamu. Sementara Karina membuatkan minuman segar dan cemilan.
"Lumayan lancar, tidak biasanya." Wagimo selaku ayah dari Pramudya menjelaskan.
"Syukurlah, kalian tidak terjebak kemacetan." Pramudya menatap Sumarni dan Wagino sesaat, lalu beralih menatap Karina yang baru saja datang membawa nampan berisi minuman segar dan cemilan, lalu di letakkan di atas meja.
"Oh ya? bagaimana program kehamilan kalian? sukses? Ibu dan Bapak sudah tidak sabar menimang cucu." Sumarni menatap Karina yang menundukkan kepala lalu beralih menatap Pramudya.
"Iya Le, saudaramu di kampung sudah punya anak dua. Kau kapan menyusul?" timpal Wagino.
"Kami juga sudah berusaha Pak, tapi Yang Maha Kuasa belum mempercayai kami punya keturunan." Pramudya beralasan yang sama untuk kesekian kalinya setiap di tanya kapan punya momongan.
"Cari alternatif lain, sekarang kalian masih muda. Masih kuat bekerja dan lain sebagainya, tapi bagaimana kalau kalian sudah tua? tidak punya anak itu rugi. Siapa yang akan merawat kalian di masa tua," ungkap Sumarni panjang lebar menasehati mereka berdua. Karina hanya diam, meskipun hatinya sangat ingin membantah kata kata Sumarni. Namun ia memilih diam dari pada nantinya berujung pertengkaran dengan Pramudya.
"Iya Bu, mungkin bulan depan Karina bisa hamil," ucap Pramudya melirik sesaat ke arah Karina yang masih diam menundukkan kepala.
"Amin," sahut mereka berdua serempak mengamini doa yang di ucapkan Pramudya.
"Ibu dan Bapak istirahat saja dulu, aku persiapkan makan malamnya."
"Iya nduk, Ibu lelah sekali." Sumarni melangkahkan kakinya bersama Karina menuju kamar yang sudah di siapkan.
***
"Buat apa punya banyak harta kalau tidak punya anak." Sumarni menatap Pramudya yang tengah asik membaca koran pagi.
"Betul Le, dalam agama juga di perbolehkan menikah lebih dari satu asal kau bisa bersikap adil pada kedua istrimu," ujar Wagimo menimpali.
Pramudya melipat korannya, ia mulai risih dengan tekanan dari ke dua orang tuanya. "Sabar dulu Pak, Bu, siapa tahu Karina bisa hamil." lalu ia letakkan koran di atas meja. Pria itu berdiri lalu masuk ke dalam rumah.
Tak lama ia kembali bersama Karina. "Aku berangkat kerja dulu, nanti siang pulang."
"Ya, hati hati di jalan."
Pramudya menganggukkan kepalanya, lalu melangkahkan kakinya menuju mobil yang terparkir di halaman.
"Apa kamu tidak keberatan Nduk? kalau Pram menikah lagi." Sumarni menoleh ke arah Karian yang tengah menatap mobil Pram yang melaju meninggalkan rumah.
Karina menarik napas dalam dalam, lalu ia hembuskan dengan kasar. "Pak, Bu, bukan maksudku tidak sopan. Tapi, jika posisi aku ada pada Ibu. Bagaimana rasanya?"
Sumarni tertawa lebar menoleh ke arah suaminya sesaat. "Nduk, nduk, Ibu malah senang Nduk."
Karina lagi lagi menarik napas dalam, menggelengkan kepalanya. Lalu balik badan meninggalkan mereka berdua masuk ke dalam rumah.
"Ealah, anak jaman sekarang sukanya ngelawan." Sumarni menggelengkan kepala, merasa sikap Karina itu kurang bagus.
Tak lama Karina kembali menemui Sumarni dan Wagino. "Pak, Bu, aku pergi ke pasar dulu. Ada barang yang harus di beli."
"Iya Nduk, silahkan," sahut Sumarni menatap kesal Karina.
Kemudian Karina beranjak pergi menuju supermarket yang tak jauh dari rumah Ibunya tinggal. Setelah ia selesai membeli beberapa barang. Karina memutuskan untuk menemui Ibunya.
Karina menepikan mobilnya di halaman rumah Ibunya yang berukuran sedang. Ia keluar dari pintu mobil. Sesaat ia tertegun menatap pintu rumah Ibunya yang terbuka.
"Kebetulan, Ibu ada di rumah." Wanita itu tersenyum, lalu melangkahkan kakinya menuju rumah. Langkahnya terhenti di ambang pintu. Menatap ke arah Ibunya yang tengah duduk di kursi, di tangannya memegang botol minuman. Lalu Karina beralih menatap meja yang terlihat kotor dan berantakan, terdapat beberapa botol bekas minuman dan kartu yang berserakan di atas meja. Karina menggelengkan kepala, ia tidak mengerti dengan Ibunya sendiri, sudah berkali kali ia melarang Ibunya untuk tidak minum minuman beralkohol dan berjudi lagi. Tapi rupanya, kebiasaan buruk Ibunya masih di lakukan sampai sekarang.
Semenjak Ayahnya meninggal akibat korban tabrak lari, Ibu Karina menjadi seorang pemabuk dan penjudi.
"Ibu!" seru Karina, berjalan mendekati Ibunya, lalu merebut botol minuman di tangannya. Ia letakkan botol itu di atas meja.
"Karina?" ucapnya pelan.
"Ibu itu apa apan sih? aku sudah melarangmu untuk minum apalagi berjudi. Jadi? uang yang aku berikan tiap bulan habis untuk minum?" Karina duduk di sebelah Ibunya.
"Tidak Nak, uangmu untuk lunasin hutang Ayahmu dulu." Ibunya membela dirinya sendiri.
"Jawaban Ibu selalu itu itu saja, hutang kok tidak lunas lunas." Karina membentak Ibunya karena kesal.
"Nak, Ibu butuh uang lagi."
"Tidak! Karina berdiri menatap Ibunya. " Aku tidak akan memberikan uang kalau untuk membeli minuman."
"Tapi Nak.."
"Ibu, bukankah dua hari yang lalu baru aku kasih? di kemanakan uang itu?" Karina semakin kesal dan sedih. Kedatangannya ke rumah Ibunya untuk melepas rindu dan berbagi cerita. Namun yang ia dapatkan hanya kesedihan melihat kondisi Ibunya yang semakin kurus dan berantakan.
"Sampai kapan, Ibu seperti ini terus..." ucap Karina pelan sembari menyeka air mata di sudut matanya. Kemudian ia balik badan melangkahkan kakinya.
"Karina!"
Karina terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan Ibunya, ia cukup bersabar dan sudah lelah denga permasalahan yang ada. Ia berharao, Ibu satu satunya yang menjadi sandarannya, ternyata sama saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
mertua tau nya nuntut cucu sementara anaknya jukung sana sini berbagi cairan injeksi.dan menantu pun seperti pembantu dirmh sendiri.buat apa Karina lama" sama suami mu la wong perlakuannya bgt.makan cinta gk kenyang karina.lebih baik minta cerai aja mumpung baru setahun nikah nya
2022-10-23
0
Nenas🍍
contoh mertua yang mau di racun itu...
pikirannya dangkal sekali...
2022-01-31
0
Yuli Bae
lajut ceritany
2021-12-02
0