Jarak

Jika aku merasa sesuatu itu hilang adalah saat aku tak lagi melihatnya tersenyum. Segalanya akan tenggelam dalam kegelapan dan aku akan menunggunya untuk kembali memberikanku cahaya

___________________________________________

Akhir pekan ini kuhabiskan dengan bekerja di Chuck's. Malamnya aku gunakan pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugasku. Aku melakukan segala hal agar tidak terus berusaha membuka ponselku, karena tiap kali aku bergerak aku akan melihat ponselku lagi dan lagi hanya untuk melihat apakah ada pesan dari Nathan, yang nyatanya namanya bahkan tidak tertera di layar ponselku.

Sial, sungguh menyebalkan dan untuk apa juga aku menunggu kabar darinya?? Mungkin saat ini dia sedang berada di pesta yang lainnya. Kenapa juga aku harus peduli?!

Helaan nafasku terdengar kasar, aku menatap buku di depanku. Tugasku sudah selesai, tapi aku belum ingin kembali meski kulihat jamku ini sudah jam 10.55 malam. Lima menit lagi perpustakaan ini akan ditutup. Tapi sungguh, aku enggan kembali ke rumah.

Di sana aku hanya merasa kesepian, saat aku pulang tidak akan ada yang menungguku atau menyambutku. Ketika aku terbangun tidak ada ibuku yang biasanya selalu membuatkan aku sarapan. Tidak ada yang akan memarahiku jika aku terlalu malas. Hanya kehampaan yang menemaniku di rumah.

Aku hanya harus pulang.

"Nona Arshen, kami akan segera tutup." Seorang wanita paruh baya mengingatkanku sambil tersenyum ramah. Dia pasti juga ingin segera pulang, itulah sebabnya dia mengingatkanku bahwa perpustakaan ini akan segera tutup.

"Yea, Nyonya Grishnor sebentar lagi aku akan keluar, hanya sedikit menata barangku." Jelasku padanya.

"Gunakan waktumu, Nona." Balasnya kemudian ia berjalan, untuk mengusir pengunjung lainnya.

Aku memasukkan semua buku milikku kembali kedalam tas, lalu menata kembali buku milik perpustakaan di tempat yang sudah disediakan. Setelah memastikan semuanya sudah masuk, aku bergegas pergi dari perpustakaan itu. Aku Kembali menggunakan sepedah yang dipinjamkan oleh Nathan padaku. Menggunakan sepeda sebenarnya sangat menyenangkan, haruskah aku meminjam sepeda ini selamanya?

Jalanan sangat sepi, tidak kulihat kendaraan lain lewat, hanya ada aku, suara kayuhan sepedaku dan hembusan angin malam. Berhenti sejenak, aku mengambil ponselku, memasang earphone lalu menyalakan musik lagu pertama yang terputar adalah milik Harry Styles, Sweet Creatures. Aku menyukai lagu ini.

Aku cukup suka dengan lagu-lagu mantan Anggota One Direction yang satu ini. Suaranya yang serak dan berat, terdengar menggoda dan seksi. Entahlah, mungkin juga karena Harry Styles memiliki figur yang cukup tampan dan sangat humoris membuatku tertarik dengan tiap lagunya.

Perjalananku baik-baik saja, sampai aku melewati pertokoan yang dindingnya terbuat dari kaca. Seseorang dengan jaket hitam dan menutupi kepalanya dengan tudung menggunakan sepeda sepertinya mengikutiku. Jantungku berpacu dengan cepat, sungguh aku tak bisa berpikir jernih. Apa orang itu benar-benar mengikutiku? Kenapa aku tidak merasakan dia di belakangku? Oh. Sial! Pasti karena earphone yang aku gunakan ini.

Aku memacu sepeda ini dengan sepenuh tenagaku. Rumahku tak jauh lagi, di depan sana perlu berbelok ke kiri lalu melewati beberapa gang. Sedikitpun aku tak berani menoleh ke belakang, sementara aku merasakan dia juga memacu sepedanya dengan kencang. Entah hanya perasaanku saja atau memang benae terjadi seperti itu aku tidak tahu!

Kenapa rumahku terasa begitu jauh?!!

Sial

Sial

Sial

Itu dia! Aku melihat Pohon Oak yang tumbuh besar di halaman rumahku. Beberapa kayuhan lagi, aku memasuki halaman rumahku. Meletakkan sepeda Nathan sembarang, kemudian aku segera berlari ke pintu depan rumahku, buru-buru membuka kunci pintu dan masuk rumah. Segera aku menutup kembali pintu dan memastikan aku menguncinya.

Nafasku sungguh tak beraturan, dadaku naik turun karenanya dan rasanya sampai membuatku sesak. Aku bersandar di pintu, lalu duduk dan tubuhku merosot kebawah. Kakiku rasanya begitu lemas. Semua tenagaku sepertinya benar-benar terkuras. Betisku rasanya ingin melepaskan diri dari tubuhku.

Ini sungguh malam yang panjang dan cukup mengerikan. Tidak pernah aku membayangkan akan diikuti oleh orang tak dikenal seperti itu. Apa yang ada di otakku adalah hal-hal buruk. Bagaimana jika dia menyakitiku? Menganiayaku? Memperkosaku? Semua itu menghantuiku!

Bukankah itu kombinasi yang cukup bagus? Seorang gadis kesepian di temukan tak bernyawa di pinggir jalan setelah diperkosa atau dianaiaya sebelumnya.

"****!!" Teriakku frustasi.

Malam ini aku sungguh lelah, aku tak ingin berpindah barang sejengkal. Mungkin aku akan tidur disini. Memastikan tidak ada orang yang akan masuk ke rumahku. Akhirnya, mataku perlahan mulai terpejam.

°°°°

Ketukan dipintu membuatku terperanjat. Kepalaku pusing setelah itu mataku terbuka dengan lebar, aku mengerjapkannya beberapa kali, memeriksa sekitar karena aku selalu lupa dimana aku tidur. Rupanya, aku tak berpindah sama sekali, masih di depan pintu. Kurasakan semua tubuhku terasa pegal. Ini pasti karena lantai yang sangat keras, tubuhku menjadi kaku.

Lagi-lagi terdengar pintu rumahku diketuk dengan keras. Siapa memangnya pagi-pagi begini bertamu ke rumah orang, tunggu! Apa ini masih pagi? Aku melihat jam tanganku. Mataku kembali melebar, ini sudah pukul 8, dan kelas pertamaku akan dimulai satu jam lagi. Aku tidak akan bisa pergi ke kampus dalam satu jam jika menggunakan sepeda itu.

Pintuku diketuk dengan lebih keras, aku berdiri kemudian memutar knop pintunya.

"Holy Shit!!" Suara Nathan membuatku benar-benar tersadar, aku mengerjapkan mataku dan menatap Nathan sedang berdiri dihadapanku, ia mengenakan kaos biru navy dan jeans gelap, di satu bahunya tersampir tas, rambutnya terlihat lebih rapi dari biasanya, mungkin ia menggunakan gel. Nathan menggunakan gel? Sejak kapan??

"Kau belum bersiap ke kampus?" Tanyanya. "Ada apa denganmu? Kenapa kau tampak-"

Oh, Sial. Ini masih pagi dan dia memberondongku dengan berbagai macam pertanyaan yang tak bisa ku cerna dengan baik.

"Bagaimana pestamu?" Potongku, aku berbalik dan berjalan ke dapur untuk mengambil minuman karena tenggorokanku rasanya kering.

"Kau tahu??" Nathan mengikutiku ke dapur. Ia berdiri dibalik konter. Tampak tidak tenang, gelisah.

Aku hanya mengangkat bahuku lalu berbalik lagi. Aku memegang pinggir counter, dan menghela nafas panjang.

Sesaat kemudian aku mendengar suara klakson. Entah siapa yang membunyikan klakson dipagi hari. Sungguh mengganggu sekali.

"Kau tidak ingin ke kampus denganku?"Tanya Nathan, aku berbalik dan Nathan masih tampak gelisah. Ia mengetukkan kakinya. Aku memperhatikannya, ingin menanyakan apakah kakinya sudah lebih baik? Kenapa dia terus berkeliaran kesana kemari dengan kaki seperti itu, aku ingin dia tahu bahwa aku khawatir. Tapi aku tetap diam, entah apa yang membuatku diam hari ini. Mungkin pengaruh kejadian aneh yang kualami semalam, atau kenyataan bahwa Nathan mulai menyembunyikan sesuatu dariku, atau fakta bahwa dia akan baik-baik saja tanpa mengetahui kabarku.

"Aku berangkat dengan Brienne, dia sudah menunggu, kau yakin tidak pergi denganku?"

Sial! Brienne?? Si pirang yang agresif itu? Miss Popular? Pantas saja dia menggunakan gel pada rambutnya. Pasti untuk memberi kesan yang bagus. Itu berhasil, karena dia terlihat lebih rapi dan tampan.

"Nope, aku akan naik bis, aku harus berganti pakaian."

"Bis? Serius Mary, kau bisa menumpang mobil Brienne, dia juga tidak akan keberatan."

"Pergilah, Nat!" pintaku, aku tidak ingin lagi mendengar bibirnya menyebut nama Brienne atau yang lainnya.

"Kau tau Mary, jika kau ingin mengatakan sesuatu katakan saja." Apa pula maksudnya? aku sama sekali tidak mengerti!

"Pergilah!!" Aku memaksanya untuk pergi, sementara itu aku berjalan naik ke kamarku, meninggalkan Nathan di dapurku.

Rapat-rapat aku menutup pintu kamarku. Mengantisipasi andai saja Nathan mencoba masuk ke dalam kamarku, untuk menyeretku naik ke mobil Brienne yang cantik itu.

Sayangnya, apa yang kuperkirakan tidak terjadi. Nathan tidak mengejarku, atau menyeretku. Dia pergi dari rumahku, meninggalkanku dan pergi dengan Miss Popular Brienne.

Aku baik-baik saja, sungguh.

Aku mencoba baik-baik saja. Baiklah, aku tidak baik-baik saja! Jangan tertawa!

Terpopuler

Comments

Heni Hendrayani

Heni Hendrayani

kok kaya nya maryanne bucin banget sama nathan kata nya temen tp posesif dan crmburu

2021-01-07

0

Lilah Kholilah

Lilah Kholilah

berasa nyeri d hatiii 😔😔

2020-12-08

1

Mardiana Nur Mokoginta

Mardiana Nur Mokoginta

😵sakiiitttt

2020-10-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!