Ruang Nostalgia

Dia bersinar, mempesona. Aku hanya ingin berada disampingnya, merasakan tiap hembusan nafasnya. Memastikan bahwa dia ada disampingku

____________________________________

"Tinggalah." Pinta Nathan padaku dengan memasang wajah melasnya. Ia paling tahu aku tidak bisa membiarkannya jika sudah meminta seperti ini. Tinggallah aku di rumah sakit, menemaninya untuk sementara sampai dia diperbolehkan pulang kerumahnya.

Setelah observasi selama beberapa jam kami pulang dari rumah sakit, aku memapahnya berjalan. Tubuh Nathan jauh lebih besar daripada tubuhku. Jadi rasanya, aku hampir terjatuh saat menahannya, sedangkan dia terus saja menggodaku. Mengatakan betapa lemahnya aku dengan tubuhku yang dempal seperti ini. Hampir saja aku mendorongnya, agar ia berjalan sendiri. Namun, dia begini karena aku, jadi aku akan bersikap baik. Lihat saja nanti kalau dia sudah sembuh, akan kubalas!

"Tinggalah, Mary." Dia mengulanginya lagi dengan nada dan ekspresi wajah yang sama seperti saat di rumah sakit. "Ibuku sedang berada di London sampai akhir pekan, kau tau kamarku ada diatas, akan sulit bagiku-" Dia mulai merengek. Kebiasaanya kalau sedang lemah begini.

"Ya ya, aku akan merawatmu, jangan merengek." Selaku sambil memutar mataku padanya.

Senyum Nathan mengembang begitu lebar, seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru. Rasanya seperti mengenang saat tanganya patah dulu, dia selalu memintaku untuk tidak jauh-jauh darinya. Agar dia bisa menyuruhku seenaknya. Begitulah dia, memanfaatkanku pada saat yang sangat tepat sekali.

Hati-hati, aku membantu Nathan untuk berjalan ke sofa, setelah itu dia bersandar dan kaki panjangnya di julurkan sepanjang sofa itu. Dan aku duduk di sofa sebelah Nathan duduk.

"Kau ingin makan apa untuk makan malam, Nat?" Tanyaku padanya

"Sesuatu dari Chuck's " Dia mulai meminta sesuatu yang menyebalkan, bukan karena aku tidak bisa membelinya akan tetapi karena jarak Chuck's Lit dari rumah kami cukup jauh. Kenapa tidak saat kami pulang lalu mampir ke sana?

"Kau tau, kau sungguh menyebalkan!" aku melemparkan bantal tepat dimuka Nathan, dan dia hanya cekikikan.

"Malam ini teman-teman dan pelatihku akan ke Chuck's, mungkin kau mau menemaniku kesana?" Tanyanya. Ternyata bukan dia ingin memintaku ke Chuck's Lit.

"Bagaimana caranya kita kesana? Kau tahu mobilku masih di kampus begitu juga dengan milikmu," aku mengingatkannya bahwa kami tidak memiliki kendaraan hingga besok, mungkin lusa karena mobil yang kami miliki terparkir di universitas.

"Well, Steffan bisa menjemput kita, dia yang menawarkan." Balasnya, Steffan adalah teman satu timnya, kurasa. Aku juga belum pernah bertemu dengannya secara langsung. Hanya melihatnya dari pinggir lapangan saja ketika mereka bertanding.

"Kau bisa pergi dengan Steffan, aku akan tinggal dirumah saja." Balasku, seketika itu raut wajah Nathan langsung cemberut mendengar jawabanku, bibirnya manyun dan keningnya berkerut. Dasar cowok manja!

Sebenarnya aku juga sedang tidak ingin kemana-mana hari ini. Cukup sudah aku berlarian hari ini, aku hanya ingin membuat sesuatu untuk makan malam dan tidur. Membosankan hidupku? Memang seperti itu. Aku tidak terlalu menyukai kegiatan diluar rumah. Jika aku bisa bersenang-senang dirumah, mengapa harus keluar?

"Kalau begitu, aku tidak akan pergi." Balasnya kekanakkan. Aku lupa bila Nathan cukup keras kepala. Dia bisa lebih keras kepala dari anak kecil berusia 6 tahun.

"Nat, jangan mulai!" Aku memutar bola mataku karena kesal padanya, kenapa saat ia sakit menjadi lebih manja dan sangat keras kepala? "Ini adalah pesta kalian, kau harus datang tentu saja," imbuhku, "Steffan akan membantu." Lanjutku mencoba untuk membujuknya.

"Tidak tanpamu." Baiklah, dia sangat keras kepala sekali dan tidak akan menyerah begitu saja.

"Apa untungnya bagiku??" aku membuat perhitungan. Setidaknya, pergi ke acara itu harus menghasilkan sesuatu bagiku kan?

Yea, akan banyak pria di sana, dan aku tidak terlalu suka. Selain itu aku tidak mengenal satu pun teman satu tim Nathan dan tak pernah bertemu mereka secara pribadi. Ikut dengannya hanya akan membuatku terasingkan. Nathan pasti akan lebih sering bersama temannya, dan aku... Aku mungkin akan berakhir membantu Chuck menyiapkan kebutuhan mereka.

"Ayolah Mary, ini akan sangat menyenangkan!" Ia mencoba meyakinkanku. "Ayolah, demi aku," pintanya dengan wajah melas. Dia tahu betul bahwa aku tak bisa menolaknya sama sekali.

"Sial, baiklah!" Balasku dengan terpaksa aku pun menuruti kemauannya.

"Bagus sekali!" Serunya antusias. "Aku akan beritahu Steffan, untuk datang jam 7 jadi kau bisa bersiap-siap," kufikir Nathan telah melupakan rasa sakit di kakinya. Dia tampak sangat senang.

"Bagaimana denganmu?" Tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku.

"Tentu saja dengan bantuanmu." Jawabnya enteng.

Bagus!

Beberapa saat kemudian, usai Nathan menelfon temannya yang bernama Steffan, aku membantu naik ke lantai atas, menuju kamarnya. Setelah itu, aku mengambilkan pakaiannya, T-shirt putih dan celana jeans hitamnya dan aku juga boxernya yang berwarna kuning dengan gambar spongebob. Spongebob?

"Hey!" Pekiknya saat ia menemukanku memicingkan boxernya.

"Sungguh?? Nat? Kau masih terobsesi dengan spongebob?" aku menahan tawaku.

Aku yakin, dia pasti masih menyimpan koleksi baju bergambar spongebobnya. Dia bahkan pernah memberikanku satu kaos spongebob yang sama persih dengan miliknya.

Melihat kaos ini, aku sadar sudah lama aku tidak memasuki kamar ini seenaknya seperti dulu. Mungkin semenjak kami masuk universitas. Sekarang, memasukinya seperti memasuki ruang nostalgia.

Dulunya, aku sering sekali kemari. sekedar mengerjakan PR, bermain monopoli hingga larut malam. kadang, kami akan membuat tenda lalu tidur di dalamnya sembari bercerita. Apapun bisa dijadikan cerita oleh Nathan.

Pernah satu hari, ia menceritakan tentang rumah kosong yang berada di ujung jalan gang rumah kami. Rumah itu sudah kosong sejak aku bisa mengingatnya, Nathan mengatakan padaku bahwa ada hantu yang menunggu rumah itu. Katanya, hantu itu suka sekali menakut-nakuti anak perempuan. Semenjak itu pun aku tak berani melewati rumah itu. Sungguh Nathan, benar-benar jail.

"Kembalikan itu padaku.!" Wajah Nathan memerah, dengan sebelah kakinya Nathan berusaha meraih boxernya dariku. Tapi, aku mundur selangkah dan ia terhuyung. Khawatir, aku menangkapnya dan kami berdua malah terjatuh dengan Nathan berada diatasku.

Wajah Nathan sangat dekat denganku, dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang tak karuan. Aku bisa merasakan aroma mint dari hembusan nafasnya. Anehnya, aku merasakan debaran jantungku begitu kencang, rasanya sampai menyesakkan. Nathan menatapku, tapi aku juga melihatnya menatap bibirku. Aku memejamkan mataku,menunggungya.

Tunggu!! Untuk apa aku memejamkan mata? Menunggunya? Menunggunya untuk menciumku?? Kau Gila Mary!!!! Sungguh gila.

Secepat mungkin aku membuka mataku dan menatap Nathan yang terlihat, Frustasi? Kenapa? Ia bahkan menghela nafas seolah ia memiliki beban hidup yang sangat berat.

"Kau memang sesuatu, Mary Poppins!" Suara Nathan begitu serak, kemudian ia meraih boxer spongebobnya dari tanganku lalu berguling kesamping. Aku menghembuskan nafasku yang sudah kutahan dari tadi, mengatur ritme jantungku agar rasanya tak menyakitkan.

"Apa kau masih punya kaosnya?" Tanyaku menggodanya dan untuk mencairkan suasana yang begitu canggung ini.

"Ssshhh!" Dia menggunakan telapak tangannya untuk menutup mulutku. "Jika kau membocorkan rahasia ini, aku bersumpah kau tidak akan pernah tidur nyenyak!" Ancamnya.

"Seorang Nathan, takut jika rahasianya terbongkar??" Aku tertawa kecil.

"Ergh, Kumohon Mary." Aku berbalik dan menatapnya.

"Dengan satu syarat." Kataku padanya.

"Apapun, asal hanya kau yang tahu." Aku tahu dia akan menuruti apapun yang terucap dari mulutku.

Perutku terasa sakit karena menahan tawa. Aku tidak akan pernah mengatakan apapun kepada siapapun, ini adalah rahasia kami.

"Kau harus membelikanku satu kaos spongebob."

"Deal!!!" Dia langsung menyepakati begitu saja, membuktikan bahwa dia benar-benar tak ingin rahasianya terbongkar. Aku hanya bisa menggeleng pelan, dia sangat mudah di manipulasi. Masih seperti dulu

Aku bangkit, dan membantunya untuk berdiri. Kemudian, aku membopongnya ke kamar mandi.

"Aku tidak harus menyabunimu kan?" Tanyaku. Nathan mengerlingkan matanya, dia berpura-pura tak mengerti maksudku. Pria ini, aku ingin memukul kepalanya dengan batu jika bisa.

"Jangan bercanda, Big Boy!" Aku memukul pundaknya dengan pelan. Dia tergelak.

"Selagi aku mandi, kau bisa bersiaplah!" Pintanya sembari mengacak rambutku. Aku hanya mengangkat bahuku, dan Nathan sudah berada di basah shower sambil bersandar.

"Kau bisa membukanya sendiri kan?"

"Ingin membantu?" godanya.

"Kau menyebalkan!" Aku berbalik kemudian pergi dari rumahnya dan pergi ke rumahku yang letaknya hanya di seberang jalan.

Setelah selesai dengan ritual mandiku, mengeringkan rambut cokelat gelapku, lalu menggulungnya asal, aku memakain t-shirt navy dengan menggunakan skinny jeans, setelah mengoleskan lip gloss, aku langsung berlari kembali ke rumah Nathan.

Seseorang sudah memarkikan mobil AMC Eagle di depan rumah Nathan. Aku berjalan mendekatinya, dan seseorang berdiri bersandar di depan mobil itu. Seorang pria, tinggi dengan rambut merah tembaga dengan mata biru tersenyum kearahku. Mungkin dia yang bernama Steffan.

"Hai!" Sapaku.

"Hai." balasnya,

"Kau pasti Steffan??" Tanyaku dengan membuat senyum diwajahku agar tampak ramah.

"Yeah, ba-" Ucapan Steffan terpotong saat pintu rumah Nathan terbuka. Nathan berdiri di ambang pintu, dan ia menggunakan pakaian yang kuambilkan untuknya. Sial, dia berjalan sendiri? Bagaimana jika kakinya tambah parah? Kenapa dia ceroboh sekali.

"Sial." Umpatku

Aku berlari kearahnya, begitu juga dengan Steffan. Kami berdua menahan tubuh Nathan.

"Kalian berdua kompak sekali!" Celetuknya, kemudian memandangi kami bergantian dan tertawa.

"Kau bisa saja terjatuh, kenapa tidak menungguku?!"

Nathan hanya mengangkat bahunya. Steffan masih membantuku dan Nathan untuk masuk kedalam mobilnya.

Setelah Nathan masuk, aku pun mengikutinya dan duduk di belakang. Sesaat kemudian, Steffan masuk ke kursi pengemudi.

"Aku tidak tahu kakimu terluka parah." Kata Steffan sembari menyalakan mesin mobilnya.

"Hanya dislokasi, bukan masalah besar" Jawab Nathan, "Ohya, kalian sudah saling mengenal atau?"

"Kau bisa memanggilku Mary." Kataku pada Steffan.

"Seperti yang sudah kau tahu, namaku Steffan."

Setelah menaikan volume speakernya dan terputar lagu Bruno Mars di sana, Steffan menjalankan mobilnya. Mereka berdua banyak bicara soal pertandingan, kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Dimana aku tidak mengerti sama sekali, jadi aku memilih untuk menatap keluar jendela.

"Kau mengambil jurusan apa, Mary?" Suara Steffan mengacaukan kedamaian anganku.

"Bahasa Inggris, bagaimana denganmu??"

"Sama, tapi aku tidak pernah melihatmu sebelumnya"

"Mungkin kau terlalu sibuk berlatih" Jawabku asal, dan Steffan tidak mengelaknya. Ia malah tertawa mendengar jawabanku.

"Yea, kau benar. Aku hanya sesekali masuk kelas." Kenapa membolos terdengar lucu untuk Steffan? Ini kuliah, dan dia mengentengkannya? Sepintar apa dia sebenarnya?

Beberapa saat kemudian, kami sampai di Chuck's Lit. Aku melihat banyak kendaraan yang terparkir di halaman Chuck's. Hari ini adalah hari keberuntungan Chuck's pastinya, dan beruntungnya aku karena hari ini bukan hari kerjaku.

"The Roaxen juga datang" Kata Steffan

"Roaxen??" Tanyaku.

"Yea, Cheerleaders universitas, kau tidak mengenal mereka?" Steffan tampak heran.

"Haruskah???" Steffan dan Nathan tertawa. Aku serius, haruskah aku mengenal tim pemandu sorak di universitas kami? Maksudku, kampus kami sangat luas, tidak mungkin jika aku mengenal seluruh orang yang di kampus.

Atau mungkin aku yang terlalu tertutup?

*T*o be continued,

Terpopuler

Comments

Retno Udi Lestari

Retno Udi Lestari

lumayan...

2020-10-03

0

Julee

Julee

fix... sampe sini critanya aku suka...

2020-08-06

0

Yayan Agustiani

Yayan Agustiani

hallow ha

2020-05-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!