Awal Kebohongan

"Suaranya memenuhi relung dalam ruang kosong otakku. Dia memastikan bahwa aku hanya mendengar suaranya. Aku pun memastikan hal yang sama, hanya aku suara yang ia dengar"

_________________________________________

Aroma telur goreng dan bacon membuatku terbangun, apakah ibuku sedang berkunjung?? Pegal di leherku, memaksaku untuk bergerak. Kusadari aku tidak berada di kamarku. Sofa ini? Ini juga bukan sofaku. Aku meregangkan tanganku, masih malas berfikir dimanakah aku saat ini. Tapi sebuah pikiran terlintas dibenakku.

Jangan-jangan.

Aku menoleh, celingukan lalu kutemukan Nathan sedang berada di dapur menggunakan Apron biru muda yang tampak kekecilan ditubuhnya dengan tangannya memegang pan dan spatula. Aku menghela nafas lega, untunglah saja aku tidak tidur di sembarang tempat. Akan jadi masalah jika ternyata sofa tempatku tidur adalah milik orang asing.

"Sudah bangun?" Pertanyaan yang sangat basi sekali. Dia sudah melihatku berjalan, dan masih menanyakannya. Dia pasti bercanda!

Aku tak menjawab pertanyaan Nathan, karena seingatku aku marah padanya. Semalaman dia mengacuhkanku dan berkencan dengan Miss Popular.

"Kau masih marah padaku?" Tanyanya lagi. Apa dia tidak jelas melihatku? Tentu aku marah padanya!!

Aku hanya mengangkat bahuku acuh tak acuh, lalu berjalan melewatinya. Saat aku satu langkah disampingnya, kurasakan tangan Nathan memegang Pinggangku, lalu ia mengangkat tubuhku seperti aku adalah anak kecil kemudian ia mendudukanku di meja. Kedua tangan Nathan lalu turun di sisi pahaku, dan ia menatapku, wajahnya begitu dekat denganku sampai-sampai nafasnya yang beraroma segar itu kurasakan menyapu seluruh wajahku.

"Jangan marah padaku, Please?" Ucapnya, Mata abu-abunya melebar. Ia berkedip beberapa kali. "Sebagai gantinya, aku akan membelikanmu kaos spongebob yang banyak, bagaimana?" Dia mencoba untuk membujukku, tidak akan berhasil.

Aku hanya menggeleng pelan sembari menutup mataku.

"Ck" Dia berdecak kesal, lebih pada dirinya sendiri, dia telah merasa gagal. Seandainya saja dia mendengar jantungku yang berdebar kencang saat ia sedekat ini. "Ayolah, Mary, aku tidak tahan jika kau tidak bicara denganku" Rengeknya.

"Tapi kau bisa tahan mengabaikanku sepanjang malam," jawabku spontan.

Bodohnya aku, kenapa aku harus mengatakan hal semacam itu padanya. Itu bukan sesuatu yang harus kukatakan, terdengar seperti aku ini pacarnya yang minta dimanja, sementara aku hanyalah sahabatnya.

"Oh Thank God!" Desahnya lega saat aku mulai bicara, aku menatapnya tajam sambil melipat tanganku di depan dada. "Baiklah, kau boleh mengomeliku, asalkan kau bicara padaku." Tentu saja dia akan melakukan segalanya.

Aku menggeleng, "Aku tidak mau." Balasku sambil memalingkan mukaku. Nathan menunduk lagi.

Sesaat kemudian, jarinya meraih daguku dan memiringkan kepalaku agar aku bisa menatap wajahnya. Perlahan aku merasakan dia mendekatkan wajahnya padaku. Apakah dia akan menciumku?!! Nathan akan menciumku!!!! Dengan bodohnya aku menutup mataku, menunggunya.

Satu detik,

Dua detik,

Tiga detik,

Empat detik,

Lima detik,

Namun, terasa hampa, aku tak merasakan apapun dibibirku. Hanya merasakan sentuhan di pipiku. Bodohnya aku! Kapan aku akan berhenti memikirkan hal-hal bodoh seperti ini? Sangat Mustahil bagi kami untuk berciuman kan.

"Aku berjanji tidak akan mengabaikanmu lagi." bisiknya membuat janji tepat ditelingaku.

Wajahku pasti memerah sekarang, aku membuka mataku dengan lebar.Astaga, apa yang baru kulakukan tadi? Tidak mungkin kan Nathan menciumku. Aku ini sahabatnya, bukan Miss Populer yang super cantik dan seksi itu.

Aku mendorong tubuh Nathan pelan, kemudian turun dari meja. Ia tampak bingung karena aku tak mengatakan apapun. Dan sedang tidak ingin karena terlalu malu dengan diriku sendiri.

"Marienne, please?" Dia memohon lagi dan memanggil namaku.

"Marienne, please" Aku menirukannya sengaja untuk mengejeknya. Anehnya, Nathan malah tertawa. Itu bukan sesuatu yang lucu untuk ditertawakan.

Aku mengabaikannya, lalu beralih ke telur dan bacon yang sudah dipindah ke piring, bentuknya cukup bagus, dan rasanya pasti juga enak. Sudah lama aku tidak menyantap makanan seperti ini, biasanya aku hanya sarapan corn flakes dan susu.

"Jam berapa kau pergi ke Chuck's?" Tanya Nathan, dia mendekat padaku, lalu mengambil piring lain untuk baconnya.

"Sepuluh kurasa, ngomong-ngomong ini jam berapa?" Lihat betapa mudahnya aku memaafkan Nathan. Aku bahkan sudah melupakan kesalahannya.

Nathan mengangkat bahunya sambil berlalu membawa baconnya. Dia tidak serius meminta maaf padaku, kan? Tapi langkahnya membuat perhatianku teralihkan. Kakinya pincang, dan terlihat lebih buruk dari sebelumnya.

Ya. aku tahu sepanjang malam ia tidak bergantung padaku atau temannya saat hendak berjalan. Itulah sebabnya, langkahnya semakin buruk saja.

"Apa kakimu baik-baik saja, kenapa terlihat lebih buruk?"Tanyaku, aku berjalan mendekati meja makan dan duduk di seberangnya. Nathan menatapku sesaat, kemudian mengambil orange jus di sampingnya dan menenggaknya.

"Aku merasa lebih baik, ini hanya keseleo Mary, jangan terlalu khawatir" Jelasnya. Aku tidak khawatir.

Ya! Aku khawatir, karena kakinya merupakan aset. Apabila itu tak berfungsi dengan baik, maka berakhir sudah karirnya sebagai pebasket. Hal yang paling buruk adalah beasiswanya mungkin akan dicabut.

"Aku harus segera bersiap ke Chuck's." Kataku setelah memasukkan satu bacon terakhir ke mulutku.

"Naik apa kesana? Mobilmu kan masih di kampus." Nathan mengingatkan. Sebenarnya aku tidak berfikir bagaimana caranya aku bekerja hari ini. Aku bahkan lupa jika mobilku berada di kampus.

"Kau tidak akan berlari kan?" Tanyanya lagi dengan senyum jahil diwajahnya.

"Aku kelelahan berlari Mr.Wycliff!!" Seruku.

"Salahmu sendiri, kenapa kau tidak bisa berjalan biasa saja, kau selalu berlari jika ada kesempatan." seolah dia baru mengenalku saja!

"Itu namanya efisiensi, kau tau kan?"

"Ya aku tahu itu. Nona Gila Kontrol!"

"Heeii, aku tidak gila kontrol" Aku membela diri. Serius, aku tidak gila kontrol. Aku hanya memastikan semua hal terjadi sesuai dengan yang seharusnya terjadi. Andaikan saja tidak sesuai, setidaknya tidak terlalu buruk hasilnya.

"Terserah saja, Kau bisa gunakan sepedaku, di garasi" Ujar Nathan lagi.

"Aku sudah merencanakan untuk menggunakannya, dan terimakasih." Nathan tertawa kecil mendengarnya, kemudian ia bangkit dan mengambil piringku untuk dicuci.

Aku kembali kerumahku, bersiap ke Chuck's. Setelah selesai bersiap, aku kembali ke rumah Nathan untuk mengambil sepedanya. Saat aku kesana, dia berada di garasinya memastikan bahwa aku mengambilnya.

"Jam berapa kau selesai dari Chuck's?" Tanya Nathan.

"Karena ini weekend, aku akan bekerja sampai jam 8 malam, kau ingin aku membawakan Churos?" Itu adalah makanan kesukaan Nathan.

"Tidak perlu repot-repot."

"Oh kau sangat sopan sekali." ejekku, aku kemudian mengambil sepeda gunungnya, memakai topi pelindung dan mulai mengayuh sepedanya.

"See You Nat!!!" Seruku sembari melambaikan tangan kearah Nathan yang berdiri di garasinya membalas lambaianku.

"Jangan sampai terjatuh!!!" teriaknya lagi.

Sudah lama sekali sejak aku benar-benar menikmati pemandangan di sekitar ini. Aku melewati beberapa tetanggaku, ada seorang yang berteriak menyapaku, seorang wanita berambut putih dengan baju hijau berpola bunga berwarna putih. Nyonya Petterburgh, seingatku. Dulu sewaktu aku kecil, dia sering memberiku dan Nathan cookies Kacang yang rasanya sangat lezat.

"Halo Nyonya Petterburgh!! Semoga harimu menyenangkan!" teriakku.

Aku terus mengayuh sepedaku, beberapa blok, lalu jalanan masih lurus. Melewati dua lampu merah, kemudian belok ke kanan. Papan nama Cafe Chuck's adalah hal yang kulihat pertama kali saat aku berbelok. Aku memarkir sepeda Nathan, kemudian mengunci ban depannya.

Masuk kedalam Cafe, aku di sambut oleh Chuck yang sedang membersihkan meja. Chuck adalah pria Negro paruh baya yang gendut, rambutnya sudah memutih di beberapa tempat, tapi percayalah padaku, Chuck sangat baik dalam membuat milkshake, dan onion rings.

"Tidurmu nyenyak, Nona muda?" Tanya Chuck

"Selamat Pagi, Chuck!" Jawabku sembari masuk ke balik konter untuk meletakkan tasku.

Tugasku di sini tidak banyak, semua yang berkaitan dengan makanan dan minuman adalah tanggung jawab Chuck. Disini, aku hanya menerima pesanan, mengantarkannya ke meja, membersihkan meja, dan lantai juga. Kadang, jika ada pesanan lewat telefon aku juga menerimanya dan mengantarkan pesanan.

Chuck sangat baik padaku, dia memberikanku upah yang lumayan sehingga aku tidak kelaparan saat malam hari. Kadang kala, sehabis kerja dia memberikanku spesial onion rings atau sekedar milkshake.

Sebenarnya aku tidak sendiri, ada pegawai lain Chuck's. Namanya, Vanessa. Dia lebih tua daripada aku, memiliki seorang anak yang usianya 5 tahun, anak laki-laki yang sangat manis. Dia bekerja full time, tapi aku belum melihatnya sama sekali sejak aku datang pagi ini.

"Vanessa tidak bekerja?"Tanyaku pada Chuck saat dia sudah selesai membersihkan meja.

"Ohya, Harvey sedang sakit jadi Vanessa harus menjaganya." Ungkap Chuck. Aku sedikit terusik, membayangkan Vanessa mengurusi anaknya sendirian, tanpa bantuan siapapun. Hidupnya pasti sulit. "Kau baik-baik saja??" Tanya Chuck padaku saat aku mulai melamun.

"Yeah, oke, aku hanya berfikir betapa sulitnya mengurus anak sendirian."

Chuck mengangguk menyetujui, aku bisa mengatakan dia juga ikut sedih membayangkan sulitnya menjadi Vanessa.

"Mungkin aku harus menaikkan gajinya."

"Oh Chuck, kau tidak akan membuatku iri kan??" Kataku, hanya bercanda. Chuck tertawa mendengarku, kemudian ia mengacak rambutku dan berjalan ke ruang belakang.

Hari ini pelanggan Chuck's cukup banyak. Tentu saja, ini weekend. Beberapa datang untuk menghabiskan hari mereka membaca koran dengan memesan hanya satu makanan. Di tengah hari, sekelompok remaja datang dan mereka merayakan ulang tahun teman mereka dan membuatku bekerja lebih keras untuk membersihkan sisa-sisa pesta mereka. Ada satu pelanggan Chuck's yang selalu datang tiap sore dan dia akan pulang saat cafe tutup. Pria, dengan kacamata yang selalu menghadap laptopnya sepanjang hari. Pelanggan itu selalu memesan hal yang sama, Milkshake vanilla dan onion rings double setelah itu ia akan tenggelam dalam Mac booknya.

Saat aku selesai membersihkan meja terdengar suara bell pintu yang menandakan seseorang memasuki Cafe. Aku menoleh, dan sempat terkejut melihat si rambut merah tersenyum kearahku dengan melambaikan tangan. Itu Steffan!

Berbalik, aku menyampirkan kain pembersih di bahuku dan menghampirinya.

"Hai Steff." Sapaku

"Hai Mary, kau bekerja disini??"

Aku tertawa kecil, jika dia pelanggan di sini dia pasti akan mengetahui bahwa aku pekerja Chuck's. Aku telah menghabiskan hampir seluruh weekendku saat SMA sampai saat ini. Selama itu pula aku tidak pernah melihat Steffan berkunjung ke Chuck's.

"Ayolah Steff." Aku memukul bahunya perlahan.

"Apa? Aku ketahuan?" Tanyanya. Aku berjalan melewatinya dan kembali ke counter. Steffan mengikutiku, sekarang ia duduk di kursi pelanggan.

"Pesan sesuatu??" Aku menawarkan.

"Yea, aku tidak akan membuat waktumu terbuang sia-sia."

"Baiklah, kau akan jadi pelanggan terakhirku malam ini." ujarku sambil mengangkat alisku. "Jadi?"

"Miklshake?"

"Baiklah, Milkshake special untukmu." Aku berbalik kemudian membuatkan Milkshake cocholate, seperti yang ia minum terakhir kali.

Aku melepaskan apron putihku, lalu menyimpannya di loker. Setelah itu aku duduk bergabung dengan Steffan yang menikmati Milkshake yang kubuat. Aku menopang kepalaku dengan tangan sambil menatapnya, penasaran kenapa dia datang kemari padahal sebelum ini aku yakin ia tak pernah menginjakkan kakinya di Chuck's. Kecuali malan pesta kemenangan timnya itu.

"Kau benar-benar hanya ingin beli Milkshake??" Aku tak bisa membantu diriku sendiri karena penasaran.

"Baiklah Mary, aku akan jujur." Ujarnya, membuatku agak terkejut. "Aku hanya ingin menemuimu, karena tidak tahu nomer ponselmu, dan kau bercerita kalau kau kerja disini jadi-" dia menggantung ucapannya.

"Jadi kau kemari?" tebakku, dan Steffan mengangguk dengan semburat merah tampak di pipinya. Dia tersipu, sedangkan aku hanya bisa tertawa melihatnya.

"Hey, jangan tertawa aku serius."

Aku menahan perutku yang sakit karena tertawa dengan keras. Steffan benar-benar lucu, di jaman saat ini dia masih malu untuk mengakui apa yang ada di fikirannya.

"Yea, Yea aku tidak akan tertawa." Kataku, tapi aku masih tertawa. Wajah Steffan lebih memerah lagi, dia terlihat menggemaskan jika seperti itu. "Tapi bagaimana kau tahu kalau aku bekerja saat ini, aku tidak ingat memberitahumu jadwal kerjaku?"

"Aku hanya menebak saja." Jawabnya, aku mengangguk saja. "Di pesta aku tidak melihatmu saat Nathan datang, jadi kufikir mungkin kau bekerja jadi-"

"Tunggu, Pesta?" Entah bagaimana aku terganggu dengan ucapan Steffan. Nathan menghadiri pesta, dan ia bahkan tak memberitahu ku? Tapi kenapa? Dan kenapa aku butuh diberitahu?

"Yeah, Louis mengadakan pesta malan ini, kufikir kau akan datang jadi aku kesana, dan kau tidak ada disana jadi aku kemari." Jelas Steffan lagi.

"Kenapa kau meninggalkan pestamu?" Aku penasaran, seorang Steffan meninggalkan pesta hanya untuk pergi ke Chuck's? Aku butuh penjelasan, tapi sepertinya aku tidak terlalu peduli dengan alasannya. Fikiranku saat ini begitu jauh memikirkan Nathan. Selama ini dia tidak pernah menyembunyikan sesuatu dariku. Kenapa sekarang?

"Karena pesta bukan sesuatu untukku." Jawab steffan, aku masih bingung.

"Aku harus pulang sekarang." Ujarku pada Steffan dan dia tersedak minumannya. Aku membantunya, menepuk-nepuk punggunya sampai ia merasa lebih baik.

"Secepat ini?" Tanyanya

"Yea, jam kerjaku sudah selesai dan Chuck mungkin akan segera tutup" Balasku.

"Baiklah, mau kuantar?" Steffan menawarkan.

"Tidak, aku menggunakan sepedah, tapi terimakasih." Aku berdiri dan hendak pergi.

"Hati-hati di jalan, Mary!" kata Steffan

Aku akan mengingatnya untuk berhati-hati di jalan. Karena ini cukup malam, biasanya jalanan pun sudah sepi.

to be continued,

Terpopuler

Comments

Julee

Julee

gaya 'n tata bhs nya keren Thor...

2020-08-06

4

Non Liz

Non Liz

nama lengkap Mary sm denganku, thor 😉😉😉

2020-05-06

3

Nbil

Nbil

jangan lupa mampir di ceritaku ada giveawayyy loo judulnya choice

2020-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!