■■■■
Malam ini keluarga Alterio makan dalam diam terlihat juga sedikit ketegangan disana.
"Eheem..." papi coba buka suara. Karena suasana sekarang sangat memperjelas keadaan keluarga mereka yang sedang dirundung masalah.
"So, bagaimana Zach?? Apa kau sudah ambil keputusan nak??" Papi melanjutkan suaranya.
"Sudah pi, Zach juga sudah menemukan orangnya." Setelahnya ia melanjutkan lagi memakan makanannya seperti terlepas dari beban.
"Anak siapa nak?? Bergerak dibidang apa perusahaan ayahnya?? Lulusan mana?? Lalu apa kegiatannya sekarang, kap-" Mami memberondongi Zach dengan berbagai pertanyaan.
"Mi.." papi menginterupsi rentetan pertanyaan istrinya yang sudah seperti kereta express tersebut.
"Mi, bertanya satu-satu, anak kita akan pusing jika mami over antusias begitu."
Sepertinya keluarga Alterio sudah kembali kekeadaan semula, ya walaupun belum sepenuhnya.
"Baiklah, siapa dia nak??" Tak berhenti, mami kembali bertanya. Sungguh beliau sangat penasaran.
"Bukan siapa-siapa mi. Dia hanya seorang gadis penjual bunga, sepertinya dia juga baru lulus SMA." Jelas Zach singkat, karena sejujurnya ia juga tak tau apa-apa perihal gadis itu.
"Zach...yang benar saja nakk." Mami berucap seakan tak percaya akan penjelasan putranya.
"Benar mi. Kapan Zach pernah berbohong??"
"Nak, jangan karena demi menutupi malu keluarga kita kau mengesampingkan bibit bebet bobotnya nak. Bagaimana kalau dia bukan gadis baik-baik. Bagaimana kalau dia hanya ingin mengeruk harta kita nak??" Lagi, mami memprotes karena tak setuju jika Zach hanya akan bermain-main.
"Mi, mami harus liat dulu siapa gadis itu. Jangan asal ngedumel tak jelas begitu." Papi menimpali omelan istrinya.
Zach hanya diam melihat perdebatan orangtuanya. Sebenarnya dia juga tak yakin dengan ini semua, bagaimana jika gadis itu benar bukan wanita baik-baik, atau mempunyai latar belakang yang buruk.
Entahlah, tapi hati kecilnya berkata bahwa gadis itu akan bisa dikendalikannya.
°°°°
Dilain tempat Celo berjalan lunglai menuju rumahnya. Ia bingung apa yang harus ia katakan jika saja nanti neneknya bertanya.
"Celo sayang. Kau dari mana saja nak?? Kenapa seharian kemarin tak pulang? Apa terjadi sesuatu nak?? Perasaan nenek sangat tak enak dari kemarin??" Nenek menyambut cucu satu-satunya itu begitu ia tau Celo yang masuk dalam rumah mereka. Ia begitu panik, apalagi keadaan Celo yang sekarang bisa dikatakan tidak baik-baik saja.
"Celo tidak apa-apa nek, nenek lihatkan Celo baik-baik saja. Kemarin Celo menemani bibi pemilik kedai. Makanya Celo tidak pulang." Celo memilih berbohong ia tak mau jika neneknya harus ikut menanggung beban pikiran akan masalah yang ia alami.
"Benarkah begitu?? Kau sedang tidak berbohongkan nak sama nenek??"
Bagaimana nenek akan percaya, jika dilihat-lihat Celo sangat memprihatinkan.
"Tidak nek, bagaimana mungkin Celo akan berbohong. Nenek selalu mengajarkan Kejujuran adalah jalan menuju kebahagiaan. Jadi jika Celo berbohong makan Celo akan kehilangan jalan untuk bahagia. Ya kan nek??" Ia menghampiri wanita tua yang sangat disayanginya itu untuk kemudian dipeluknya dengan erat. Nampak seperti ia sedang mengisi lagi energi dalam tubuhnya.
"Baiklah, nenek percaya padamu sayang. Bebersihlah dalam kamar, lalu makan dan istirahat. Nenek tau kau pasti sangat lelah." Beliau berkata sangat lembut seraya mengusap lembut pipi cucu mungilnya itu.
Setelah selesai dengan ritual bersih-bersihnya, Celo berniat akan benar-benar tidur karena ia sungguh-sungguh lelah. Namun sebelum itu ia menyempatkan diri melihat kondisi ayahnya apakah beliau baik-baik saja.
Barulah ia kembali kekamarnya, merebahkan tubuh mungilnya mencoba memejamkan mata agar bisa terlelap secepatnya. Sesaat sekelabat bayangan dan ucapan Zach terlintas begitu saja.
Kantuk yang tadinya menghantam hilang entah kemana, Celo terpikirkan pilihan yang tadi ia ambil apakah ini pilihan terbaik baginya??
Karena terlalu pusing, Celo mamaksakan diri agar terlelap dan akhirnya alam bawah sadarnya membawanya kedalam mimpi.
°°°°
Celo sudah kembali seperti biasa, ia kembali kerutinitasnya menjemput nafkah untuk orang tercintanya.
"Ayah, nenek Celo berangkat dulu."
Sebelum pergi gadis itu mengecup kening ayahnya lalu beralih kepipi keriput neneknya.
"Hati-hati sayang... jangan bekerja terlalu keras."
Celo hanya tersenyum menindaki kekhawatiran neneknya.
Sama dengan dirumah, bibi pemilik toko juga cemas akan keadaan Celo. Bibi sebenarnya tau apa yang menimpa Celo, tapi beliau tak memberi taukan pada neneknya karena pasti Celo tak akan setuju akan hal itu.
Bibi juga tak bisa membantunya karena sungguh Zach benar-benar berkuasa dan menakutkan.
"Celo, apa kau baik-baik saja nak? Kau tak terlukakan??"
"Celo tak apa-apa bi. O ya bi, terimakasih bibi tidak memberi taukannya pada nenek. Celo takut nenek akan cemas."
"Iya nak, sama-sama. Maafkan bibi, bibi tidak bisa berbuat apa-apa..." bibi itu berucap dengan sangat penuh penyesalan.
"Jangan begitu bi. Celo tidak apa-apa." Ia menyunggingkan senyumnya memberi kesan bahwa ia sudah baik-baik saja.
"Cah...baiklah. Pertama apa yang harus kita kerjakan hari ini??" Celo mencoba kembali bersikap seperti biasanya dan mengerjakan apa yang harus ia kerjakan.
°°°°
Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan kecil, Zach memutuskan untuk mencari Celo. Ia harus membawa gadis itu ke orangtuanya dan tentu saja gadis itu harus mempersiapkan diri untuk pernikahan mereka. Ya, seperti keputusannya bahwa Celo bersedia menikah dengannya.
"Ahh...bodoh kau Zach!! Kemana kau akan mencari gadis itu?? Malas saja kalau harus ke kantor polisi untuk mengetahui alamatnya. Apa aku cari disekitar tempat kejadian kemarin saja?? Ya. Sepertinya itu lebih efektif." Zach melajukan mobilnya pelan celingak celinguk kiri kanan, berharap Celo akan menampakkan diri.
Cukup lama ia seperti orang bodoh, akhirnya entah berjodoh apa bagaimana ia tak sengaja melihat Celo sedang merapikan bunga disebuah toko bunga tepat disamping kiri Zach.
Tanpa buang waktu ditepikannya mobilnya lalu menghampiri Celo.
"Selamat siang nona.."
Celo yang mendengar suara yang tak asing baginya selama 2 hari belakangan, merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia takut jika Zack akan menyeretnya lagi.
"Tuu-ann..."
"Ya. Ini saya nona. Anda tidak lupa bukan dengan kesepakatan kita kemarin?? Atau kita akan kembali ke-"
Celo lansung memotong ucapan Zach, ia takut pria itu akan mengancamnya lagi.
"Sayya tiddak lupa tuan." Gagap Celo akan ancaman Zach.
"Kalau begitu anda pasti bersedia ikut dengan saya."
"Baiklah. Saya minta izin dulu dengan bibi pemilik kedai ini."
Zach mengangguk tanpa bersuara.
Beberapa saat lamanya Celo keluar diiringi bibi itu.
"Tuan, anda akan membawa Celo kemana?? Jangan ganggu dia lagi tuan.." ucap bibi itu dengan nada sedikit marah.
"Tenang bibi, ini hanya bisnis kecil antara kami. Ya kan Nona..." Zach menatap kearah Celo.
"Y-ya bibi. Bibi tidak usah khawatir." Selalu saja dia menyunggingkan senyumannya.
Mereka berlalu meninggalkan bibi pemilik kedai. Zach membawa Celo memasuki mobilnya lalu pergi.
"Kita akan kemana tuan??" Celo bertanya karena Zach tak lagi bicara selama diperjalanan dimobil.
"Saya akan memperkenalkan anda pada keluarga saya tentu saja sebagai calon menantu mereka." Ia mejawab pertanyaan Celo tanpa menatapnya sedikitpun.
"..." lalu mereka kembali dalam diam.
■■■■
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Andrean Brima
Jd ingat waktu dulu saudara sepupuku yg akan menikah yg jd penghalang bpknya, karena d liat dr keluarga calon suami bibit bebet, bobot yg jd kendala nya, tp tetap maju ntuk menuju keridhaan Allah SWT... karena niat yg suci...
2021-08-02
0
Triiyyaazz Ajuach
kasian klau nanti mertuanya galak
2021-05-08
0
@ Teh iim🍒🍒😘
👍👍👍👍
2020-08-31
1