Malam telah larut.
Lampu ruang makan masih menyala. Aroma sup ayam buatan sendiri perlahan menguap dari mangkuk yang dibiarkan dingin. Di ujung meja, Jenna duduk diam. Tangan mungilnya terus memegangi perutnya yang mulai membuncit.
Jenna Kaula
Aku yakin… malam ini dia akan pulang.
(Ucapnya pelan, seolah meyakinkan diri sendiri)
Tiap malam, Jenna menyiapkan makan malam sendiri.
Ia belajar memasak dari pelayan, walau dulu Jenna tak pernah menyentuh dapur. Ia hanya ingin… memberikan sesuatu untuk pria itu.
Tapi malam-malam itu hanya berakhir dengan piring yang tetap penuh. Kursi yang tetap kosong. Dan dada yang makin sesak.
Jam menunjukkan pukul 01.24 dini hari.
Hujan turun perlahan di luar jendela. Jenna masih duduk di sana, berharap langkah kaki itu terdengar di balik pintu.
Perutnya mulai terasa sakit. Tubuhnya lemah karena tidak makan. Tapi ia tetap menunggu
Jenna Kaula
Jack… pulanglah. Aku hanya ingin kita makan bersama...
Matanya mulai kabur. Tubuhnya menggigil. Ia bangkit dari kursi dengan susah payah, berniat ke dapur untuk menghangatkan sup yang sudah dingin. Tapi sebelum tangannya menyentuh pegangan panci—dunia sekitarnya berputar.
Jenna Kaula
A-aku…
BRAK!
Tubuhnya terjatuh. Kepalanya menghantam ujung meja. Darah menetes di lantai. Nafasnya tersengal. Tangan mungilnya masih berusaha melindungi perutnya.
Jenna Kaula
Tolong… bayi ini… selamatkan…
Dan gelap pun menyelimuti segalanya.
.
Rumah sakit
Suasana rumah sakit begitu tegang pagi itu. Jenna terbaring lemah dengan infus di tangan dan perban di dahi. Di sebelah ranjangnya, Nyonya Soraya—ibu Jack—menangis sambil menggenggam tangan Jenna yang dingin.
Soraya Zaeny
Sampai kapan kau harus menderita seperti ini…?
(Lirih)
Pintu kamar terbuka cepat. Jack datang dengan wajah panik setelah diberitahu pelayan bahwa Jenna dilarikan ke rumah sakit. Namun langkahnya langsung terhenti saat melihat ibunya berdiri di hadapannya… dengan mata merah dan rahang mengeras.
Jack Jayeed
Ibu…
PLAK!
Tamparan keras mendarat di pipi Jack.
Soraya Zaeny
(Marah)
Kau laki-laki macam apa?! Istrimu yang sedang mengandung cucuku pingsan karena kelelahan dan kau bahkan tidak pulang?! Di mana kau semalam, hah?!
Jack Jayeed
(Kaget dan gelagapan)
Aku… aku hanya butuh waktu sendiri. Aku tak bisa menghadapi dia sekarang..
Soraya Zaeny
BUTUH WAKTU SENDIRI?! Saat dia menunggumu semalaman? Saat dia terus memandangi pintu berharap kau pulang? Saat dia berdiri terlalu lama hingga kepalanya membentur meja dan berdarah?! APA ITU YANG KAU SEBUT LELAKI?!
Jack terdiam. Seluruh tubuhnya menegang. Tatapan ibunya adalah campuran antara luka, kecewa, dan kemarahan seorang wanita yang tahu arti perjuangan seorang istri.
Soraya Zaeny
Kau mempermalukan keluarga kita, Jack. Ibu tak peduli seberapa bencimu pada Jenna, tapi bayi dalam kandungannya adalah darah dagingmu. Dan dia istri sahmu sudah melakukan lebih banyak dari yang kau sadari
Suasana rumah sakit mendingin. Jenna sadar, matanya masih berat, perutnya terasa nyeri, dan luka di pelipisnya perih saat disentuh. Di sampingnya, Jack berdiri bukan dengan wajah penuh rindu, tapi mata tajam dan rahang mengeras.
Jack Jayeed
Apa lagi yang kau rencanakan, Jenna? Aku tak akan tertipu oleh senyum palsumu!
Jenna Kaula
*Batin
Aku bukan dia... aku bukan Jenna. Aku hanya ingin hidup tenang dan melindungi anak ini.
Jack Jayeed
Jenna… kau tidak berubah… Tapi ingat, aku tidak akan mengakui anak itu.
(Membanting pintu)
Dan pria yang datang menjenguk menatap perutnya dengan jijik, lalu pergi tanpa sepatah kata.
Safira hanya bisa menggenggam perutnya dengan gemetar. Ia bukan Jenna. Ia tidak tahu siapa pria itu. Tapi… bayi dalam tubuh ini… itu satu-satunya kehidupan yang kini ia miliki.
Comments