Happy Reading (。•̀ᴗ-)✧
⋇⋆✦⋆⋇
Setelah tiga puluh menit berkutat dengan kuis dadakan dari Bu Rika, akhirnya Sienna berhasil menyelesaikan keempat soal yang diberikan.
Di seberang layar, Neo yang sejak tadi mengamati Sienna ikut merasa lega. Baru beberapa menit lalu, wajah gadis itu tampak seperti sedang menanggung beban negara, tapi sekarang ekspresinya jauh lebih ceria.
Dengan semangat, Sienna segera mengumpulkan lembar jawabannya, lalu kembali ke kursinya dengan perasaan lega. Tak lama kemudian, bel istirahat berbunyi, menambah kebahagiaannya. Akhirnya! batinnya penuh semangat. Setelah pagi yang cukup menguras tenaga, sekarang saatnya mengisi ulang energinya.
"Baiklah, pelajaran hari ini cukup sampai di sini," ucap Bu Rika sebelum meninggalkan kelas.
Sienna menghela napas lega, lalu segera beralih ke ponselnya. "Sayang, temenin aku makan, ya," pintanya pada Neo yang masih terlihat nyaman dalam posisi tidurnya.
Di seberang sana, Neo hanya tersenyum kecil dan mengangguk tanpa banyak bicara.
Sienna pun beranjak keluar kelas, berjalan menuju kantin. Di sela langkahnya, ia terus mengajak Neo berbicara. "Jadi, kapan kamu sampai?" tanyanya.
"Tadi, beberapa jam yang lalu," jawab Neo santai.
Sienna mengangguk paham. "Gimana Swiss? Kamu suka di sana?"
Neo terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Sejauh ini, belum ada yang menarik."
"Terus, kapan kamu mulai masuk di sekolah baru kamu?" tanya Sienna penasaran. Namun, sebelum Neo sempat menjawab, gadis itu sudah lebih dulu melanjutkan dengan nada menggemaskan.
"Ingat ya, sayang, di sekolah baru jangan nakal! Jangan lirik-lirik cewek cantik. Awas aja kalau kamu centil, aku bakal samperin kamu!" cerocosnya penuh peringatan.
Neo yang mendengar ancaman itu hanya terkekeh pelan. "Aku belum jawab, tapi kamu udah ngasih ultimatum duluan," sahutnya dengan nada geli.
Neo masih tersenyum mendengar jawaban polos Sienna. "Ya, antisipasi aja sih," katanya ringan, seolah ucapannya tadi memang hal yang wajar.
"Ya udah, aku mau pesan makan dulu. Jangan dimatiin teleponnya!" perintah Sienna sebelum fokus mengantre di kantin.
Neo hanya menggeleng kecil, merasa gemas dengan sikap kekasihnya. "Iya, iya, siapa juga yang mau matiin?" balasnya santai, membiarkan panggilan tetap tersambung sementara Sienna sibuk memilih makanannya.
Selagi menunggu Sienna mengantre, Neo awalnya hanya berniat membuka media sosial untuk mengisi waktu, tetapi matanya langsung tertuju pada postingan terbaru dari sekolah lamanya atau sekolah tempat Sienna masih bersekolah saat ini.
Tatapannya masih terpaku pada layar ponselnya, membaca setiap detail postingan dari sekolah lamanya. Senyumnya yang tadi mengembang kini lenyap, digantikan oleh ekspresi dingin dan tatapan tajam.
Sienna yang baru saja menyelesaikan antreannya tidak menyadari perubahan sikap Neo. Dengan wajah sedikit cemberut, dia kembali mengarahkan kamera ponselnya ke wajahnya sendiri.
"Ih, padahal udah jelas-jelas aku yang ambil duluan, bisa-bisanya dia bilang dia yang dapat duluan," gerutunya kesal, mengingat insiden kecil yang baru saja terjadi di kantin.
Namun, saat tidak ada respons dari Neo, Sienna mulai merasa aneh. Dia mengernyit, menatap layar ponselnya. "Sayang?" panggilnya, mencoba menarik perhatian Neo yang tampaknya tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Sienna akhirnya menyadari perubahan ekspresi Neo yang tiba-tiba mengeras. Kebingungan langsung menyelimutinya saat mendengar nada dingin Neo.
“Ada yang mau kamu jelasin ke aku?” tanyanya, tatapannya tajam menusuk.
Sienna mengerutkan kening, mencoba memahami maksud perkataan Neo. “Hah? Maksudnya?”
“Buka postingan terbaru sekolah,” perintah Neo tegas.
Tanpa banyak bertanya, Sienna buru-buru membuka akun sekolahnya. Begitu matanya menangkap isi postingan terbaru, mulutnya langsung menganga.
Akun sialan! Awas aja, habis ini gue samperin tuh admin Lambe Turah sekolah! umpatnya dalam hati.
Sienna menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri sebelum menatap kembali layar ponselnya. Namun, sebelum sempat mengatakan apa pun, suara Neo kembali terdengar, kali ini lebih menuntut.
“Jadi?” tanyanya, menunggu penjelasan.
Sienna menghela napas pelan, mencoba menyusun kata-kata yang tepat. “Itu nggak benar, sayang. Sumpah, aku nggak sengaja ketemu dia di bus…”
“Bus?” potong Neo cepat, jelas terkejut.
Sienna mengangguk pelan. “Huft… iya.”
Neo semakin heran. “Kamu naik bus? Kenapa? Bukannya biasanya Pak Doni yang antar jemput kamu?”
Sienna mengembuskan napas panjang sebelum menjawab, “Dua minggu ke depan aku harus naik transportasi umum. Ini hukuman dari Mama karena aku bawa kamu kabur waktu itu.”
Neo terdiam sejenak, lalu ekspresinya semakin mengeras. “Aku bakal ngomong ke Mama kamu.”
“Eh, jangan, sayang!” Sienna buru-buru menolak. “Aku nggak papa kok,” lanjutnya, berusaha menenangkan Neo. Dia tahu kalau Neo sampai bicara dengan ibunya, masalah ini bisa semakin rumit.
"Oke, terus kenapa ada adegan gendong di sini?" tanya Neo, suaranya masih mengandung nada dingin, meskipun dia berusaha menahan emosinya.
Sienna menelan ludah, merasa sedikit terpojok. Dia tahu cepat atau lambat Neo akan menanyakan hal ini. “Gerbang sekolah udah ditutup pas aku sampai,” jawabnya pelan.
Neo hanya diam, menunggu kelanjutan ceritanya.
“Terus… Raven ngajak aku lewat gerbang belakang. Aku pikir itu ide bagus, tapi ternyata gerbang belakang juga dikunci. Aku nggak punya pilihan selain manjat pagar,” lanjutnya, mulai merasa gelisah.
Neo masih menatapnya tajam, membuat Sienna semakin gugup.
“Pas aku manjat, pijakanku kurang pas dan aku jatuh. Tapi untungnya…” Sienna menggigit bibirnya sebelum melanjutkan, “Raven nangkep aku. Itu aja, nggak ada yang lain.”
Neo masih diam, ekspresinya sulit ditebak.
“Sayang, maaf… Aku tahu aku nggak nurutin perintah kamu buat jauhin dia, tapi please jangan marah, jangan diemin aku,” bujuk Sienna, suaranya terdengar penuh harap.
Neo tetap diam, ekspresinya sulit ditebak. Sienna menatap layar ponselnya dengan cemas, menunggu respons yang tak kunjung datang.
Setelah beberapa saat hening, akhirnya Neo membuka suara. "Mulai besok, supir aku yang antar jemput kamu," ucapnya dengan nada tegas, seolah keputusan itu sudah final.
Sienna langsung mengerutkan kening. “Eh, nggak usah, sayang. Beneran, aku gapapa kok. Lagian, ini cuma dua minggu...”
"Nggak ada bantahan, Sienna!" Tegasnya, membuat Sienna langsung terdiam. Nada suaranya jelas menunjukkan bahwa ini bukan sesuatu yang bisa didiskusikan.
"Lanjutkan makanmu, aku mau bersih-bersih," ucap Neo singkat sebelum tiba-tiba mengakhiri panggilan.
Sienna menatap layar ponselnya yang kini gelap, masih belum percaya kalau Neo benar-benar memutuskan panggilan tanpa memberinya kesempatan untuk bicara lebih lama.
"Dia marah…" gumamnya pelan, perasaan sedih mulai menguasai hatinya. Mood-nya yang tadi sempat membaik langsung kembali berantakan, semua gara-gara gosip murahan itu.
Tanpa banyak pikir, Sienna mendorong nampannya ke samping, tak lagi berselera melanjutkan makan. Ada hal yang lebih penting baginya sekarang—mencari admin akun gosip sekolah yang telah membuat masalah ini.
Dengan langkah cepat dan penuh amarah, Sienna menyapu pandangannya ke seluruh kantin, hingga akhirnya matanya menangkap sekelompok gadis yang tengah tertawa riang di sudut ruangan. Wajahnya langsung mengeras.
"Ketemu," gumamnya, lalu tanpa ragu, ia melangkah menuju mereka. Matanya langsung mengunci satu orang di antara mereka, seseorang yang ia yakini bertanggung jawab atas kekacauan ini.
Tanpa banyak basa-basi, Sienna langsung menyiram segelas jus jeruk ke arah gadis yang ia yakini sebagai dalang dari semua ini.
Suasana kantin yang awalnya riuh mendadak hening. Semua mata tertuju pada mereka, terkejut dengan tindakan Sienna yang begitu tiba-tiba.
"Lo apaan sih, Sienna?!" teriak gadis yang kini bajunya basah oleh jus jeruk, wajahnya merah padam menahan amarah.
Sienna menatapnya tajam, tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Harusnya gue yang nanya, lo apaan sih? Gue udah pernah peringatin lo buat nggak nge-post apa pun tentang gue atau cowok gue di akun gosip murahan lo itu!"
Sienna melangkah maju, menatap gadis itu dengan penuh emosi. "Tapi lo masih berani aja nge-post soal gue dengan caption yang bikin orang mikir gue cewek murahan? Lo pikir gue bakal diem aja?!" suaranya meninggi, membuat suasana semakin tegang.
"Tapi emang bener, kan, lo cewek murahan!" sahut Mika, admin akun gosip sekolah, dengan nada penuh ejekan.
Sienna mengepalkan tangannya, menahan emosi yang hampir meledak.
"Buktinya apa? Baru ditinggal cowok lo, lo udah ada yang baru!" tambah Mika dengan senyum sinis, seolah menikmati kekacauan yang ia ciptakan.
Kesabaran Sienna langsung habis. "Jaga mulut lo!" bentaknya, lalu tanpa ragu, ia melangkah maju dan menjambak rambut Mika dengan kuat.
Suasana kantin langsung ricuh. Beberapa siswa berteriak kaget, sementara yang lain justru bersorak heboh melihat pertikaian ini. Mika tentu saja tak terima diperlakukan seperti itu, ia balas menjambak rambut Sienna.
Akhirnya, aksi jambak-menjambak pun terjadi.
Di sisi lain, Raven dan teman-temannya baru saja memasuki kantin. Melihat keributan yang terjadi, mereka langsung terdiam sesaat sebelum akhirnya Raven berlari mendekati kerumunan.
Tanpa ragu, ia menerobos dan berusaha memisahkan dua gadis yang tengah bertarung sengit. Namun, tenaga Sienna yang sedang dipenuhi amarah cukup besar, membuat Raven akhirnya mengambil keputusan cepat dengan memeluknya erat untuk menahannya.
"Lepasin gue!" geram Sienna, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Raven.
"Udah, Sienn" bujuk Raven dengan nada lebih lembut.
"Gak! Lepasin gue! Gue harus kasih dia pelajaran!" Sienna masih berusaha memberontak, tapi Raven tetap mempertahankan pelukannya.
Melihat Sienna semakin berontak, akhirnya Raven mengeraskan suaranya. "Cukup, Sienna!"
Keributan seketika terhenti. Semua yang ada di kantin terkejut mendengar bentakan Raven, termasuk Sienna. Matanya membulat, menatap Raven tajam.
Keheningan sesaat itu pecah oleh suara Sienna yang penuh emosi. "Ini semua gara-gara lo! Kenapa sih lo selalu gangguin gue? Gue benci lo, Raven! Jangan pernah deketin gue lagi!"
Raven terdiam, terkejut dengan ucapan Sienna. Tanpa sadar, pelukannya melemah, memberi celah bagi Sienna untuk melepaskan diri. Tanpa menunggu lebih lama, Sienna segera pergi, meninggalkan kantin dengan langkah cepat dan penuh emosi.
Raven tetap berdiri di tempatnya, matanya masih mengikuti kepergian Sienna. Suasana kantin yang semula gaduh perlahan kembali normal, tetapi tidak bagi Raven. Kata-kata Sienna terus terngiang di kepalanya.
"Gue benci lo, Raven. Jangan pernah deketin gue lagi."
Tangannya mengepal, matanya menatap kosong ke arah pintu keluar kantin. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada sesuatu yang benar-benar hilang.
Wah... Wah... Wah... Ada apa nih? Pasti udh pada bisa nebak ya? Ternyata yg Neo takutkan beneran terjadi lo, kira" Gimna menurut kalian?
»»——⍟——««
Hallo semua✨
Sebelum makasih udh mampir🐾
Buat yg suka cerita aku mohon dukungannya ya, biar aku semangat updatenya💐
Dan jangan lupa follow akun ig aku @nuna.leo_ atau akun tiktok aku @im.bambigirls. Karena disana aku bakal post visual dan beberapa cuplikan. Oke see you semua!(◠‿◕)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments