Happy reading (。•̀ᴗ-)✧
⋇⋆✦⋆⋇
Seperti yang sudah direncanakan, pagi ini Sienna sengaja bolos sekolah demi membebaskan sang kekasih dari pengawasan calon mertuanya. Ah, membayangkan dirinya menikah dengan Neo, membuat Sienna senyum-senyum sendiri.
"Astaga Sienna! Lupakan dulu itu. Sekarang ada yang lebih penting dari itu" Ujarnya pada diri sendiri.
Sesuai rencana, pagi ini Sienna datang ke mansion keluarga Blaze dengan alasan ingin menghabiskan waktu dengan Neo sebelum Neo pergi ke Swiss. Bahkan untuk mendukung rencananya, Sienna dengan sengaja membawakan Neo membawa sarapan yang sengaja dibuat sendiri.
Kini, ia sudah berdiri di depan mansion keluarga Blaze. Setelah memastikan penampilannya sempurna, ia menekan bel di dekat pintu masuk. Tak lama, pintu besar itu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang sudah dikenalnya dengan baik.
"Non Sienna," sapa Mbok Surti, asisten rumah tangga di mansion keluarga Blaze.
"Pagi, mbok. Neo-nya ada?" tanya Sienna, membalas sapaan dengan ramah.
"Ada, Non. Ayo masuk dulu," ujar Mbok Surti, menuntunnya ke ruang makan.
Sienna melangkah masuk ke dalam mansion dengan percaya diri, meskipun dalam hatinya berdebar kencang. Matanya langsung menangkap sosok Papa Neo yang tengah duduk di meja makan, menikmati sarapannya bersama seorang wanita cantik yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Namun Sienna dapat menebak siapa wanita itu sekaligus orang yang diduga menjadi penyebab Neo kembali ke kebiasaan buruknya.
Sienna menghentikan langkahnya sejenak, mengamati mereka dengan tatapan penuh arti. Jadi ini yang dimaksud Neo? batinnya menatap kedekatan mereka berdua.
Namun, dia segera menampilkan ekspresi polos dan lugunya seperti biasa. Dengan langkah ringan, dia berjalan mendekat dan menyapa dengan suara ceria, seolah-olah tidak ada yang aneh.
"Selamat pagi, Om Leo!" sapa Sienna ceria, seakan tidak mengetahui apapun.
Papa Neo menoleh, sedikit terkejut melihat kedatangan Sienna. Namun, senyum ramah segera terukir di wajahnya. "Pagi, Sienna. Tumben datang pagi-pagi begini?" tanyanya sambil meletakkan cangkir kopinya.
Sienna melirik wanita di sebelah Papa Neo sekilas sebelum kembali menatap pria paruh baya itu. "Aku mau ketemu Neo, Om. Bolehkan om? " Tanyanya.
"Tentu saja boleh, Neo ada di kamarnya. Om rasa dia belum bangun, mungkin kamu bisa bangunin dia," ujar Papa Neo dengan nada santai.
"Boleh, Om?" tanya Sienna dengan wajah polosnya, seolah meminta izin dengan sungguh-sungguh.
Melihat kepolosan gadis itu, Papa Neo hanya terkekeh kecil. "Tentu, Om rasa nggak ada yang keberatan. Bukannya kamu pacarnya?"
Mendengar itu, Sienna tersenyum senang. Tanpa basa-basi lagi, dia segera berjalan menuju kamar Neo yang berada di lantai dua. Langkahnya ringan, tapi pikirannya penuh dengan berbagai rencana.
Sesampainya di depan pintu, Sienna berhenti sejenak. Dia menarik napas dalam sebelum perlahan membuka pintu kamar Neo dengan hati-hati. Meski niatnya memang untuk membangunkan Neo, dia tetap tak ingin mengganggu tidur pacarnya dengan cara yang kasar.
Begitu pintu terbuka, Sienna langsung melihat Neo yang masih terlelap di atas tempat tidur. Napasnya teratur, wajahnya terlihat begitu damai. Sesaat, Sienna hanya berdiri di ambang pintu, menatap Neo dengan senyum kecil di wajahnya.
Namun, dia segera mengingat tujuan utamanya. Dengan langkah pelan, Sienna mendekati tempat tidur Neo. Dia berjongkok di sampingnya, lalu menyentuh lembut pipi Neo dengan ujung jarinya.
"Sayang... bangun," bisiknya pelan.
Neo hanya menggeliat sedikit, tapi matanya masih terpejam rapat.
Sienna mendesah pelan. Sepertinya cara lembut tidak akan berhasil. Dengan senyum jahil, dia kemudian membungkuk mendekati telinga Neo dan berbisik, "Sayang, kalau kamu nggak bangun dalam tiga detik, aku bakal cium kamu."
Mata Neo langsung terbuka. Dia menatap Sienna dengan ekspresi setengah sadar, tapi ada kilatan kaget di matanya.
"Eh?" Neo mengerjap, lalu mengusap wajahnya. "Sienna?"
Sienna tertawa kecil, puas karena berhasil membangunkannya. "Pagi, sayang!" ujarnya ceria.
Neo hanya bisa menghela napas panjang. "Gimana bisa pacarku sejahil ini pagi-pagi?"
Sienna hanya tersenyum lebar. "Karena pacarku juga suka bikin aku khawatir."
Neo menatap Sienna dengan ekspresi bingung. "Apa maksudnya?"
Sienna mendekat, menatap Neo dengan serius. "Aku datang buat bantuin kamu kabur dan aku udah punya rencana."
Mata Neo melebar. "Sienna"
"Udah, ah! Mending sekarang kamu mandi terus kita sarapan bareng. Aku udah masakin kamu, tahu!" kata Sienna, menarik Neo turun dari tempat tidur dan mendorongnya ke kamar mandi.
Neo hanya bisa menghela napas, tapi tetap mengikuti keinginan pacarnya. "Iya, iya. Aku mandi sekarang," ujarnya pasrah.
"Bagus! Jangan lama, ya! Aku tunggu di bawah!" sahut Sienna sebelum berbalik dan meninggalkan kamar Neo.
Begitu pintu tertutup, Neo menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Ada aja ulahnya... pikirnya dalam hati. Sienna memang selalu penuh kejutan, dan kali ini pun dia tak bisa menebak apa rencana gadis itu.
Setelah meninggalkan kamar Neo, Sienna kembali ke ruang makan dan mendapati Papa Neo masih duduk di sana, ditemani oleh wanita yang tadi ia lihat. Ada sedikit kecanggungan di antara mereka, tapi Sienna tetap melangkah mendekat.
"Udah bangun?" tanya Papa Neo begitu melihatnya.
Sienna mengangguk cepat. "Udah, Om. Neo-nya masih siap-siap," jawabnya dengan nada santai.
Papa Neo hanya mengangguk. "Kalau begitu, kita tunggu Neo."
Sienna pun menarik kursi dan duduk di meja makan. Sejenak, hanya keheningan yang mengisi ruangan. Tapi akhirnya, Sienna mengumpulkan keberanian untuk membuka suara.
"Um... Om, boleh aku ajak Neo keluar hari ini?" tanyanya hati-hati.
Papa Neo mengangkat alis, menatapnya tajam. "Kemana?"
Sienna menelan ludah, tapi tetap berusaha terdengar santai. "Jalan-jalan biasa aja, Om. Om tahu sendiri kan kalau besok Neo bakal pergi ke Swiss. Aku cuma mau menikmati waktu yang ada sebelum kita LDR."
Papa Neo terdiam sesaat, lalu menghela napas panjang. Bukannya menjawab, ia justru menatapnya dalam-dalam, seakan sedang menilai sesuatu.
Sienna mulai panik. Astaga, apa dia mencurigai sesuatu? batinnya.
Namun, sebelum Papa Neo sempat berkata apa-apa, langkah kaki terdengar mendekat. Sienna langsung menoleh, begitu juga semua orang di ruangan itu.
"Om rasa kalian memang sudah merencanakan ini dari awal," ujar Papa Neo tiba-tiba.
Jantung Sienna mencelos. Ketahuan?
Namun, sebelum ia bisa menyusun kata-kata untuk membela diri, Papa Neo kembali berbicara. "Baiklah. Karena penampilan kalian sudah sangat mendukung untuk ngedate, Om izinin."
Sienna mengerjap, terkejut sekaligus bingung. Dizinin? Secepat itu?
Tapi kebingungannya tak bertahan lama karena perhatiannya langsung teralihkan oleh suara kursi yang bergeser di sebelahnya. Saat ia menoleh, matanya langsung membulat.
»»——⍟——««
Untuk ilustrasi visual, aku post di ig ya. Kalian bisa follow ig aku @nuna.leo_ atau akun tiktok aku @im.bambigirls, karena aku bakal post beberapa cuplikan adegan di sana. Oke thankyou semua!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments