365 Hari Menjadi Ibu
Untuk kisah nyata ini aku samarkan nama dan detail nya diriku, tapi tak semuanya...Lahir 21 silam yang lalu dan hanya memiliki pengalaman kerja sebagai resepsionis klinik swasta dikampung ku membuat hati bibi ku iba untuk membawa ku ke jenjang pendidikan yang lebih baik,ia mengundang ku untuk tinggal bersama nya sekiranya membantu pekerjaan rumah sebagai gantinya ia akan membantu biaya ku untuk lanjut ke bangku perkuliahan, sudah 2 Tahun lamanya aku memutuskan untuk belum melanjutkan perkuliahan ku, senang rasanya memiliki bibi yang perhatian seperti ia.
"Kakak Ella,"sapa bibi layaknya ramah.Bibi seorang mualaf yang sejati ia sangat mengimani ke imanan nya yang baru,ya berbanding terbalik dengan ku dengan pede memakai baju terbuka dan pusaran bumi ini terlihat amat jelas.Sekilas wajah kami amat mirip bedanya bibi sedikit pendek dari aku begitu juga dengan kulit nya yang sedikit gelap dari aku.Bibi adik perempuan Papa ku,adik paling Papa sayang hingga akhir hayatnya begitu juga dengan bibi.
Perjalanan yang melelahkan tas ransel,koper dan 1 tas tenteng membuat ku sedikit keberatan tapi bukan berarti bibi tak ingin membantu ku ya, justru ia berinisiatif untuk membawa tas ransel ini hanya segan untuk melepaskan beban ini kepada bibi."Kila enggak ikut jemput bi,"tanya ku dengan panggilan akrab pada suami bibi tak lain ialah paman ku."Kila masih kerja," kami pulang menuju rumah.Satu kamar kosong telah disediakan bibi dilantai 2 rumah nya,aku berbenah dan bersihkan badan."Nanti turun ke bawah langsung makan aja la,"kata bibi meninggalkan.
Pintu kamar terkunci rapi, selesai nya mandi dan melaksanakan *double cleaning* aku memilih untuk tidur sampai hari menjadi pagi,pukul 7:30 pagi, berbenah rumah dan lanjut menemani bibi masak didapur."Tanggung jawab kamu lantai 2 aja La," bibi amat gemulai memasak untuk kami,tak lama langkah pria bertubuh tinggi dan badan yang tidak terlalu berisi menghampiri kami,ia menyapa bibi dengan pembahasan mereka, selaku pendatang aku menurunkan kepala ku dan memberikan salam pada Kila(paman) ku."Kila,"sapa ku dengan senyum dan ramah. "Eh kapan sampai kak," ia juga ramah menyambut kedatangan ku.
"Kalau untuk masak biar bibi aja,kamu enggak usah."Dari yang ku tangkap sih Kila tidak ingin makan kalau bukan bibi yang masak ya sudah aku turutin saja perintah bibi.Naik ke lantai dua dengan se-ember pakaian dilanjut suara anak kecil yang asing ku dengar,kala pakaian sudah rapi dijemur,2 Anak kembar mendatangi ku seraya pelukan akrab ku terima dari mereka."Kakak Ella,"sapa mereka dengan manja."Mana Nia ma Ani nih,"kata ku sambil menarik mereka di sofa."Ini Nia kak,yang ada tahi lalat nya." salah satu anak kembar itu membuka hijabnya.
Dari hijab yang terbuka aku sudah mulai paham membedakan mereka,kalau Nia berambut panjang dan berkulit sedikit putih sedangkan Ani sebaliknya, mereka lanjut membawa mainan dan beberapa barang kepada kamar disebelah ku."Sesuai janji Mama kalau kakak Ella datang kita bisa tinggal dikamar atas," bibi hanya tersenyum meninggalkan kami.
Langkah ku keluar menatap balkon kosong melihat situasi bangunannya enak banget dibuat sofa dan meja disini apa aku pindahin aja ya sofa yang ada di sudut ruangan,ah tanya bibi dahulu deh."Bi,diatas enak tuh dibuat sofa sama meja jadi bisa melihat jalan raya." bibi menganggukan kepalanya."Bei dengar kan dirimu," astaga aku enggak lihat ada Kila dibalik pintu dapur.
"Ntar,"jawab Kila sedikit teriak.
Bibi dan aku terpaut usia 21 Tahun jadi kalau untuk obrolan masih sangat tidak beda jauh ya, lagi pula bibi ku ini gaul modelnya,anti kudet lah.
"Makan kak,"putu bambu buatan bibi tersaji untuk ku,kami duduk mengobrol dihadapan meja kaca ini."Papa sudah berapa lama sih kak enggak ada,"tanya bibi membuka obrolan diantara kami."Jalan 2 Tahun Bi,"suatu kesedihan bagi bibi ke-3 Abang nya meninggalkan ia dan bahkan ia tidak bisa balik ke kampung untuk sekedar berziarah dimakam itu.Bibi ku ada 4 dan ke-4 nya sangat akrab dengan ku.
Bibi ku yang satu ini sedikit tegas beda dengan ke-3 bibi ku yang lainnya, nanti juga kalian bakal kenal dengan bibi yang lainya.
Setelah makan siang dan pagi selesai bibi membawa ku ke pasar untuk belanja mingguan disana ada juga kenalan/ keluarga kami tapi hubungan nya terlalu jauh kalau dari adat."Ini beru di kamatuah? Udah besar ya." kata wanita penjahit itu, kios nya berada di pinggiran pasar Depok ini."Ia kak,beru si kama ini.Kalau si Andi kan enggak ada beru nya,kalau Si jenda anak perempuan,anak laki-laki pun enggak ada."
Suntil/sirih yang dipadu dengan perbumbuan menyatu menjadi merah di bibir bibik itu."Jadi gimana rencana ndu tentang permen kita ini."
Ndu:(kamu,dalam bahasa Karo)
Permen:(Sebutan untuk menantu perempuan,atau seseorang wanita yang memiliki Beru sama seperti kita tapi secara usia/adat ia lebih muda)
"Kuliah dia kak,sama akulah dia tinggal,"singkatan saja bik batin ku mulai bosan dengan obrolan mereka, nyatanya mereka sanggup bercerita sampai 3 jam lamanya,aduh pusing banget aku."Pulang lah kami kak,gak jadi belanja."
"Makanya dek,pagi kian kau datang."baiknya Bibik itu menghantarkan kami sampai pergi jauh dari rumah nya,bibi sedikit bercerita hanya saja suara dari kereta yang melintas dan laju motor membuat fokus telinga ku tidak terkonsentrasi pada obrolan bibi."Kila enggak marah bik adik-adik kita tinggal lama," gelengan bibi jadi saksi kalau bibik sudah terbiasa pergi lama begini."Aku langsung ke atas ya bik," ku tinggal bibik dengan Kila ngobrol diluar rumah, entah apa yang mereka sepakati biarlah mereka yang tau itu.
Adik-adik itu sedang tidur siang, dilanjutkan dengan aku yang ingin berbalik ke kamar ternyata Kila naik ke atas untuk menentukan sesuatu kira-kira apa ya,ah biarlah itu menjadi urusannya.
Pintu kamar mereka terbuka dan nampak jelas kamar yang tadinya rapi malah jadi kapal pecah dalam beberapa detik,"Nanti beres kan lagi ke semula ya dek,"ucap ku sedikit menahan emosi kepada mereka."Ok kakak."
Sudah seharian aku sampai disini tpi teman kerja atau pun bermain seolah melupakan ku secepat itu ya batinku, entah permasalahan ibu/ bapak kedepannya bagaimana.
"Kakak tinggal dulu dek,"balik ke kamar dan memutuskan untuk kembali tidur, capek banget tau perjalanan Medan- Jakarta .biar pun cuman 2 jam di pesawat tapi transit kereta ini amat melelak
'Semangat dikampung orang." pesan dari Hela Mamak tak lain dan tak bukan ialah kekasih gelap ku saat ini, sedih banget harus meninggalkan mereka.
Tapi bukannya tertidur aku malah bebenah rumah sampai jam 3 baru tidur makan lngsung otw dia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
iqbal nasution
0oe..
2025-07-03
0