Mama jangan nikah lagi

"Mama masih butuh seorang Papa buat adik-adik mu Dri, kalau masih sendiri yang pikul mama enggak kuat."Setetes air mata ku tanda kehancuran kehidupan ini,gimana aku mau kasih pendapat disaat kata-kata mama barusan amat menghancurkan dunia ku.

"Terserah mama,kalau memang mama pengen cepat-cepat lupain papa gak masalah,

bahagia buat keputusan mama ya,dan tolong untuk kedepannya jangan berani ganggu aku lagi."Panggilan terakhiri dengan blokiran dari ku.Aku membisu menatap entah kemana perginya, hingga hari-hari berlalu bibi kembali kerumah."Kak Maaf kalau bibi harus buka masalah masa lalu,"ada masalah apalagi ini.

"Soal apa ya bik,"aku duduk dekat dengan bibi."Hari Minggu itu kamu gereja enggak?" apakah ini akan menjadi masalah baru lagi,jangan ya Tuhan aku masih terpukul dengan berita dari Mama jangan buat masalah lagi dari Bibik."Iya bik,"jawab ku.

"Siang, harusnya kam ketemu dong dengan teman bibik."pertanyaan itu amat mencecar ku, seolah aku berada diambang kehancuran saat ini."En-enggak bik,aku enggak ketemu mungkin teman bibi sudah deluan kali," ucapku berbohong."Kamu bohong kak, ada yang kamu tutupi," ohhh iya aku lupa yang dihadapan ku ini seorang psikolog nama UNIMED mampus."Maaf bik,tapi aku gereja kok.Aku tersesat bik," jelas ku.

"Bibik kecewa kak, untuk hal sekecil ini aja kamu sudah bohong.Lagian bibi juga sudah kasih alamatnya kan, enggak Bibi lepas gitu aja.Masa untuk baca maps aja kamu enggak ngerti kak gimana sih," air mata ku pecah dihadapan bibi namun tak meluluhkan hatinya untuk ku."Lain kali kamu jangan bohong-bohongan dong kak, please."Entah kenapa aku beranggapan lebih dari kata-kata bibik itu ingin rasanya pulang segera tapi mau pulang bagaimana aku juga bingung dengan kondisi disana.

"Maaf bik," langkah ku meninggal kan bibik,"Halo dak,"sepertinya mama menelepon Bibik lebih baik aku tinggalkan mereka ngobrol dan menelepon adik-adik ku dikampung sudah lama tidak mengobrol dengan mereka."Kak, Mama..." aku memotong pembicaraan Lika adik pertama ku."Enggak usah dilanjut dek,Kakak sudah tahu...Kalian bagus-bagus disana ya dek saling jaga satu sama lain." Lika menangis sejadinya, bagaimana tidak di usia kami yang masih membutuhkan orang tua harus terpaksa menerima takdir seperti ini.

"Iya kak, Sehat nya kakak kan."Aku mengangguk tiba-tiba mama nongol entah darimana membuat ku mengakhiri panggilan itu dan terus menolak walau berulang kali ditelpon."Kak," ketukan pintu kamar menandakan bibi lagi diluar."Iya Bi," aku datang dengan mata sembab."Besok lusa bibi antar ke gereja ya, bangunin bibi kalau bangunnya kesiangan,"bibik lanjut ke kamar adik-adik tidak berani menatapku.

Agenda malam ini adalah tangisan tiada akhir antara aku dan nasibku siapakah yang menang nantinya,aku juga berharap ada kejadian membuat Mama gagal menikah.Entah kenapa mulai dari zigot aku sangat benci yang namanya ayah tiri, ibu tiri adik tiri dan selanjutnya apapun itu berlabel tiri.

Hari ini amat melelahkan bagiku, di Facebook tempatnya emak-emak ber-sileweran mengupdate status tentang pernikahan mama yang amat meriah seperti tak percaya tambah lagi beban pikiran ku, dari foto yang ku lihat sepertinya aku tidak lagi menjadi anak pertama,suami Mama membawa 2 anak bersama nya.1 anak laki-laki yang kelihatannya jauh dari aku dan 1 anak perempuan yang seumuran dengan Lika.Johanes adik kecilku nampak tidak bahagia,aku yakin dari umurnya 12 Tahun sampai seterusnya tak akan ada kenangan tentang Papa dibenaknya, harapan ku Papa tiri itu tak lah semenakutkan bayangan ku.

Tak ada tanggapan berlebih dari ku,toh Mama juga sudah bahagia dengan pilihannya sampai mana nantinya bahagia itu berakhir kan ketahuan,tugas ku hanya memantau saja tidak lebih dan tidak kurang.'Bahagia selalu kak, sudah lengkap 2 pasang anak mu,'sstt caption postingan Tante anji** ini,kamu nganggap aku apa? Anak tiri? Jadi tau kan kenapa aku benci sesuatu yang tiri,ya aku benci diriku sendiri.

Hati ku mulai sakit menerima ini semua, bagaimana bisa seperti runtuhan tanah longsor yang terus-menerus menimbun ku hingga untuk bernafas saja sangat sulit

bagiku, termenung terus menerus termenung apa gunanya aku harus bangkit terlebih hari untuk aku kuliah semakin dekat,senang rasanya salah satu mimpiku terwujud semoga menjadi jalan untuk mimpi-mimpi lainya."Kakak kenapa?Lagi stress ya,"Nia datang ketempat tidur ku dengan berbagai macam permen ditangannya."Kakak mau?" aku menganggukkan kepala ku.

Nia menemani ku malam ini,disusul dengan Ani yang juga ikut tidur bersama ku.Aku berada ditengah anak kembar ini dalam doaku sangat berharap bisa memiliki anak kembar sama seperti mereka,dan kan kalau anak ku tentunya tidak mengenakkan hijab jadi bisa aku ikat-ikat rambutnya,huuh membayangkan nya saja sudah mengembalikan semangatku.

Hari ini aku demam tinggi, sangat panas sampai menyentuh angka 40° c bibi mencoba menurunkan demam ku dengan kompres apotek,tak lupa minum obat dan ya Bibik berusaha menyuruh Kila untuk pulang lebih cepat agar aku bisa ditangani oleh dokter.Yah dalam waktu sejam setengah Kila datang,ia membantu Bibi membopong ku turun ke bawah untuk dibawa kerumah sakit begitu juga dengan adik-adik yang ikut bersama kami."Bik mual,"bibik mengelus punggungku dan beberapa minyak yang berbeda-beda.

"Pelan-pelan dirimu bawa mobilnya,"senggak nya pada Kila, syukur nya Kila bukan tipikal laki-laki pemarah yang ada ia diam, memperbaiki lalu memberikan komentar."Kenapa bisa deman Adri?Minum es,"bukannya cepatan kerumah sakit malah ngobrol,aduh gimana sih ini Kila.

Dokter langsung menangani ku, dari dokter aku jadi tau ternyata penyakit lambung itu bukan hanya terjadi karena telat/bahkan enggak makan tapi ada faktor internal juga dari pikiran yang mengakibatkan sakit kepala dan bisa demam seperti ini.

...Aku muntah setelah beberapa menit minum obat dari dokter, khasiat nya mujarab banget tapi jujur aku takut kalau masuk rumah sakit'...

Selain soal biaya, takut juga untuk merepotkan Bibi apalagi adik-adik harus tinggal seperti ini, siang hari aku minta untuk dipulangkan begitu juga dengan izin dari dokter sehingga tak perlu memperpanjang biaya disini."Yakin kak?" dari raut wajah bibi ragu kalau wajah pucat ku sudah sehat."Sudah bik,aman" aku tersenyum.Lagi-lagi Bibik membopong ku turun dari tempat tidur dan mendorong kursi roda ku sampai dengan mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!