Bangsawan Hitam

Angin malam berhembus pelan, membawa aroma darah dan abu dari pertempuran yang baru saja usai.

Kapten Mira berdiri di hadapan Rai, matanya menatap tajam, penuh rasa ingin tahu.

Di belakangnya, enam Player Iron Fang menyapu sisa Goblin yang masih bergerak, suara pekikan dan jeritan makhluk itu memenuhi udara.

Rai tetap diam, tangannya masih mengenakan Cerberus yang sedikit berasap setelah membakar Troll tadi.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Mira dengan nada santai, tetapi penuh tekanan.

Rai menyilangkan tangan.

"Aku pikir jawabannya sudah jelas."

Mata Mira berkilat.

"Jadi kau yang membunuh Troll itu?"

Ruben yang berdiri di samping Rai tersenyum miring.

"Apa masalahnya kalau memang begitu?"

Mira menghela napas pelan.

"Bukan masalah... hanya saja, orang luar seperti kalian biasanya tidak punya kekuatan untuk melakukan itu, apalagi kau hanya Rank E, bagaimana mungkin memiliki kemampuan menghabisi Troll seperti." Kata Mira sambil melihat Troll yang sudah hangus

"Tetap saja, meskipun Aku hanya Rank E tetapi skill apiku bisa dibandingkan dengan skill rank S," elak Rai.

Mira tidak menepis kata-kata Rai karena banyak Player Rank rendah memiliki skill setingkat Rank S, contohnya Selena Ignis meskipun hanya Rank C tetapi skill apinya bisa disejajarkan dengan Mage dari Arcane Tower di Kalimantan.

Profesor Lamberto maju selangkah, suaranya terdengar tenang.

"Kami hanya ingin melewati wilayah ini tanpa masalah kapten, tidak ada alasan bagi kita untuk saling mengganggu, bukan?"

Mira menatapnya, lalu mendengus.

"Tentu saja, tapi aku tak bisa membiarkan orang luar yang memiliki kekuatan misterius lewat begitu saja tanpa pengawasan."

Rai bisa merasakan ketegangan yang meningkat.

Jika Mira merasa mereka adalah ancaman, maka pertempuran melawan Iron Fang tak terhindarkan.

Dan meskipun mereka bisa mengalahkan Troll...

Bertarung melawan Player Rank C sejumlah tujuh orang dan tanpa persiapan adalah masalah yang berbeda apalagi pertarungan terbuka sudah dapat dipastikan hanya kematian yang akan diterima Rai dan yang lain.

"Kapten Mira! Laporan dari pusat!"

Salah satu anak buahnya datang dengan wajah tegang, membawa perangkat komunikasi.

Mira mengambilnya dan mendengar laporan itu sebentar, ekspresinya berubah.

"...Sial."

Dia menoleh kembali ke Rai.

"Kalian beruntung."

Rai mengangkat alis.

"Kenapa?"

Mira menatapnya tajam.

"Break Dungeon ini lebih parah dari yang kita duga, kami baru saja mendapat laporan bahwa ada dua Troll lagi dan satu Ogres yang muncul di timur."

Dia menyimpan alat komunikasinya dan melangkah mundur.

"Kami tidak punya waktu untuk bermain dengan kalian."

Dia menatap Rai sekali lagi.

"Aku akan membiarkan kalian lewat tapi jika kalian menyebabkan masalah di wilayah Iron Fang..."

Sebuah senyum dingin muncul di wajahnya.

"Aku akan mencarimu sendiri."

Tanpa menunggu jawaban, Mira memberi aba-aba kepada timnya dan mereka segera pergi ke arah timur.

Rai menatap punggung Mira yang menjauh.

Dia tahu.

Wanita itu bukan tipe orang yang melupakan sesuatu begitu saja.

**********************************

Perjalanan menuju pusat markas Iron Fang tak semudah yang dibayangkan.

Mereka telah melewati perbatasan yang ketat, Break Dungeon, menghadapi Troll, Goblin dan hampir bertarung dengan Kapten Mira.

Namun sekarang mereka telah tiba ditempat yang mereka tuju

Palembang.

Kota ini adalah pusat kekuatan Guild Iron Fang, gelap, brutal, dan tanpa belas kasihan.

Di sinilah para pembunuh dan tentara bayaran berkumpul, di bawah aturan tangan besi Guild terkuat di Sumatera.

Bendera berlambangkan kepala serigala yang menggigit pisau dimana-mana menandakan kekuasaan mereka.

Namun, di balik bayang-bayang kekuasaan, ada seseorang yang beroperasi di luar kendali Iron Fang.

Bangsawan Hitam.

Banyak yang percaya dia adalah sosok misterius di balik layar, seorang informan yang mengetahui rahasia terdalam kota ini.

Dan dialah yang Rai cari.

Rai ingin mencari informasi apapun terkait keberadaan Togar dan seperti apa Damar The Butcher pemimpin Guild Iron Fang.

**********************************

Berkat informasi dari Pak Hari, Rai dan timnya menemukan sebuah bangunan di tepi sungai Musi, Rumah Pelabuhan.

Bangunan tua ini terlihat lusuh, tetapi dijaga ketat oleh pria-pria bersenjata.

Saat mereka mendekat, seorang pria bertubuh besar dengan tatapan tajam seperti serigala menghentikan mereka.

"Kalian siapa?"

"Kami ingin bertemu dengan Bangsawan Hitam," kata Rai tanpa basa-basi.

Pria itu cukup terkejut mendengar kata Bangsawan Hitam disebutkan.

"Bangsawan Hitam? Siapa dia? Kami tidak pernah mendengarnya, enyahlah dari sini."

"Tidak peduli seberapa besar yang kalian bayar, dia tidak akan mau menemui Player sepertimu."

Ruben mendecakkan lidahnya.

"Brengsek, jadi kita harus menemuinya dengan cara lain?"

Namun sebelum mereka melakukan sesuatu, Rai mengeluarkan sebuah benda dari dalam jaketnya.

Medali hitam berukiran ular melingkar.

Penjaga itu langsung terdiam.

Matanya melebar, wajahnya berubah dari arogan menjadi penuh keterkejutan.

"Itu..."

"Pak Hari yang menyuruh kami ke sini," kata Rai.

Tanpa banyak bicara, penjaga itu membawa mereka ke dalam.

Di sebuah ruangan yang remang-remang, seorang pria tua dengan rambut putih dan mata penuh luka masa lalu menatap mereka dari balik meja.

Ketika dia melihat medali hitam itu, ekspresinya berubah.

"Pak Hari..."

Suara itu dipenuhi emosi yang dalam.

"Sudah lama sekali..."

Rai menatap pria itu dengan tenang.

"Jadi anda benar-benar mengenalnya?"

Pria tua itu menghela napas panjang.

"Dulu... saat aku masih muda dan gegabah, aku melakukan kesalahan besar, aku hampir mati dalam misi yang mustahil..."

"Dan Pak Hari-lah yang menyelamatkanku."

Matanya berkilat penuh kenangan.

"Sejak saat itu, aku berjanji akan membayar hutang nyawa ini kapan pun diperlukan."

"Jadi jika kalian datang dengan medali ini... aku akan membantu kalian."

Setelah mendengar tujuan mereka, Bangsawan Hitam akhirnya berbicara.

"Damar 'The Butcher King' adalah ketua Guild dari Iron Fang."

"Dia dikenal sebagai raja penyembelih karena kebiasaannya menyiksa dan membantai musuh-musuhnya dengan brutal."

"....."

"Sangat sulit untuk menyentuhnya, karena dia memiliki barisan pasukan kuat yang bernama Bloodhounds, kumpulan Player berbakat terdiri dari Rank A."

Tampaknya untuk bertarung langsung dengan Damar tidak mungkin tanpa melewati mereka pikir Rai.

"Lalu bagaimana dengan Togar si Iron Juggernaut apakah anda mengetahuinya?"

"Tentu saja aku tahu, Togar adalah orang nomor dua di Iron Fang dan menjadi kepercayaan Damar."

"Bagaimana mungkin dia menjadi Orang Nomor dua jika Ranknya hanyalah B sementara di Bloodhound maaih banyak Player Rank A"

"Kau tidak mengerti Rai, kadang Rank tidak menjamin kekuatan asli para Player, meskipun Togar hanya Rank B tetapi dia memiliki Skill namanya Titan Strength yang bisa menandingi kekuatan Rank S sekalipun."

Rai mengingat baik baik kekuatan Togar.

"Selain itu dia juga dipercaya menjalankan Arena Darah."

"Arena Darah? Apa itu?"

"Tempat itu mirip Coloseum yang menjadi tontonan Favorit para Player dimana banyak manusia biasa bertarung melawan Player ataupun sesama Player."

Rai menyipitkan mata.

"Biarpun beberapa manusia biasa dikumpulkan tetap saja tidak akan bisa mengalahkan para Player."

Bangsawan Hitam mengangguk.

"Tepat sekali, daripada pertarungan tempat itu lebih mirip sarang pembantaian, para manusia yang tidak mampu membayar hutang dan pajak terpaksa bertarung untuk melunasi hutang mereka."

Mendengar itu semakin membuat Rai semakin muak dan menambah alasan untuk membunuh Togar dan Damar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!