Keempat Belas

Bogan Bohim mengangguk, lalu berkata. “Aku dengar, lima Akademi lainnya juga hadir dalam pendaftaran ini. Seratus orang yang memenuhi syarat akan di pilih menjadi murid.”

“Namun, Akademi Pedang langit memiliki prioritas untuk memilih lebih dulu.” lanjut Bogan Bohim mempertegas.

Ndasmu Bohim menanggapi dengan tenang, “Aku juga mendengar itu, Ayah. Lagi pula, Ada kakak Bewok di Akademi Pedang langit, dan kini dia sudah menjadi murid inti disana.”

Tidak lama kemudian, dua pengintai memasuki ruang tamu kediaman keluarga Bohim.

“Bagaimana? Apakah ada pergerakan?” tanya Ndasmu Bohim begitu melihat kedua bawahanya.

Salah satu pengintai langsung menyampaikan, “Tuan muda, kami kehilangan jejek dua teman kami yang lainnya.”

“Maksudmu?” desak Ndasmu Bohim dengan kening berkerut.

Salah satu pengintai menjelaskan, “Awalnya, kami melihat ada seseorang yang keluar dari kediaman Keluarga Nugraha. Dua rekan kami mengikutinya, tapi setelah beberapa waktu, mereka belum juga kembali. Jadi… kami pun mengikuti jejak aura mereka.”

“Tapi ketika sampai di tepi Hutam Kegelapan. Jejak Aura mereka hilang begitu saja tanpa sebab, “imbuh pengintai yang lain.

Lipatan dahi Ndasmu Bohim semakin rapat, ada kebingungan pada sorot matanya, “Apakah ada seorang ahli yang melindungi Keluarga Nugraha? Bukankah kalian semua berada pada Tahap Transformasi tingkat Menengah?”

Menoleh kearah ayahnya, Ndasmu Bohim memastikan dugaannya, “kemarin ada seorang ahli yang membantu ronbongan Mastur, apakah ini orang yang sama?”

“Mungkin saja. Kalian berdua tetap awasi rumah Nugraha! Jangan bertindak gegabah! Cepat laporkan jika ada pergerakan yang mencurigakan, terutama yang terkait dengan ahli itu!” perintah Bogan Bohim kepada kedua pengintai.

“Baik, Tuan!” dua pengintai mengakui perintah, bergegas meninggalkan kediaman Ndasmu Bohim dengan cepat tanpa menoleh lagi kebelakang.

***

Hutan Kegelapan.

Setelah nostalgia sesaat di batu besar, Arsa penasaran dengan bagian dalam Hutan Kematian yang dikatakan sangat sakral dan tidak ada satu pun manusia yang berani masuk kedalamnya.

Berdasarkan dari ingatan Arsa sebelumnya, belum pernah terdengar ada yang berani masuk ke bagian dalam hutan. Terlalu mengerikan menurut informasi yang beredar di masyarakat.

Mengaktifkan sayap angin, Arsa terbang menuju seberang jurang. Ini adalah batas antara kawasan luar dan kawasan dalam Hutan Kegelapan, tempat yang menjadi sangat sakral bagi semua orang.

‘Mata Dewa, Penglihatan Malam!’ Mengaktifkan Teknik Mata Dewa, visualisasi yang Arsa lihat adalah hijau terang. Bahkan lebih jelas dibandingkan penglihatan malam dengan teropong yang di gunakan di bumi.

Tiba di puncak tebing seberang, Arsa berjalan waspada di bawah pepohonan yang besar nan rindang, rimbun dan menjulang tinggi, terdapat juga banyak semak menjalar di tanah.

Berbeda dengan bagian luar, bagian dalam Hutan Kegelapan tampak lebih lapang. Pun jarang di temukan adanya tumbuhan rambat. Hanya dedaunan kering yang tertumpuk di atas tanah, langit pun tertutup oleh lebatnya dedaunan.

Secara tiba-tiba, Arsa menghentikan langkah. Sesosok monster dengan tinggi sekitar tiga meter, kini tampak menghadang langkahnya dengan mata yang berbinar layaknya makan siang telah datang.

Bentuk Monster itu mirip dengan seekor Beruang madu, namun telinganya rucing, seluruh giginya tajam, seolah semua gigi itu adalah taring yang bisa mengoyak musuhnya.

“System, analisis!” gumam Arsa.

System. “Ding! Monster Level Ketujuh. Beruang Iblis, setera dengan tahap transformasi tingkat Kesembilan.”

Melihat hasil analisis, Arsa tetap tenang. Ia melompat, memukul Monster Beruang itu dengan Teknik Telapak Dewa.

Tidak kehilangan reaksi, Monster Beruang menangkis serangan itu dengan cakarnya. “Bam!”

Baik Arsa maupun Monster Beruang, keduanya sama-sama terpental, melebarkan jarak hingga dua puluhan meter jauhnya.

Arsa berhasil menstabilkan dirinya, langsung bergerak, berlari dan melompat kearah Monster Beruang pada saat itu juga.

“Roaaarrr…!” Monster Beruang itu meraung marah, pun bergegas kearah Arsa, sembari mengayunkan cakarnya yang besar dan tajam.

Kecepatan Monster Beruang sangat cepat, tapi Arsa justru lebih cepat dua kali lipat dari gerakan Monster Beruang, tanpa menunggu lama keduanya pun bertemu di tengah udara kosong.

‘Telapak Dewa!’ berteriak di dalam hati, Arsa mengarahkan telapak tangan kanannya, tertuju tepat ke dada Monster Beruang yang di penuhi banyak bulu yang sangat lebat.

“Bam..!” Begitu suara benturan teredam terdengar, Monster Beruang itu kembali terpental, tiga puluhan meter jauhnya, jatuh setelah menghantam sebatang pohon besar, “buk!”

Dada Monster Beruang nampak cekung, berbentuk telapak tangan kecil manusia. Dan itu adalah telapak tangan Arsa, tepat sasaran dalam mengeksekusi teknik telapak dewanya.

System. “Ding! Selamat Tuan. Tuan telah membunuh Monster Beruang tingkat Ketujuh. Poin Pengalaman bertambah tujuh puluh lima..”

Tepat dengan suara notifikasi system berakhir terdengar, aura yang ganas terdeteksi menuju kearah Arsa dengan sangat cepat, seakan ingin membalaskan kematiaan temannya.

Tidak berani gegabah, Arsa lalu mengaktifkan sayap anginnya. Namun terlambat, ia merasakan tubuhnya retak, seakan di hantam oleh logam baja yang sangat keras.

“Bam..!” Arsa dikirim terbang jungkir balik, menghantam sebuah pohon besar yang berada tepat di belakangnya.

“Rooaaaarrrr…!” auman keras dari Monster beruang lainnya terdengar menggelegar.

Melihat Monster yang sejenis dengannya telah mati, Monster Beruang yang baru saja tiba itu menoleh kearah Arsa, tatapannya tajam penuh permusuhan dan niat membunuh.

Sedangkan Arsa, sambil mengaktifkan kembali Teknik Pemulihan, ia juga mengkatifkan Teknik Langkah angin pada saat yang bersamaan.

Melompat dan berlari, menghindari kejaran Monster Beruang, yang ternyata lebih besar dan lebih tinggi dari yang pertama yang sudah berhasil di bunuh oleh Arsa.

“Sialan! Apakah itu ayah Monster Beruang yang tadi? Sial! Monster ini tingkat Kedelapan. Ini setara dengan Tahap Penyempurnaan Qi tingkat kedua.” Arsa mengutuk Monster Beruang itu berkali-kali.

Dalam lajunya, sesekali Arsa meluncurkan serangan jarak jauh. Baik itu serangan dengan menggunakan Teknik Telapak Dewa atau Teknik Tinju Bumi, semua di keluarkan olehnya secara spontan.

Namun Monster Beruang yang mengejarnya sangatlah gesit. Dengan sangat mudahnya dia menghindari setiap serangan yang Arsa luncurkan kearahnya.

Lima menit kemudian, saling kejar-kejaran itu pun berhenti di tempat yang agak lapang. Monster Beruang itu tidak lagi mengejar Arsa, tapi hanya berdiri di tepi tanah lapang itu.

Melihat ini, Arya juga berhenti berlari. Dia berdiri di atas sebongkah batu besar, warnanya hijau gelap, serupa dengan tumbuhan lumut yang sering terlihat menempel di tembok.

‘Apakah Monster ini sudah kelelahan dan menyerah untuk mengejarku?’ pikir Arsa di benaknya.

“Ayo kita bertarung!” mengatakan itu, Arsa maju selangkah. Namun ia justru melihat Monster Beruang itu mundur satu langkah.

“Sepertinya kau takut padaku, “Ejek Arsa menantang.

Memanfaatkan situasi atas ketakutan Monster Beruang, Arsa berteriak, mengepal dan menunjukkan otot lengannya, meninju batu di bawahnya berulang kali.

Melirik kearah Monster Beruang, senyum Arsa semakin mengejek. Wajah Monster Beruang itu tampak sangat ketakutan dan berubah menjadi pucat pasi.

“Hahaha… kau takut akan kekuatanku, bukan? Biar aku tunjukkan betapa kuatnya tinjuku, “mengatakan itu, Arsa mengangkat tinjunya tinggi-tinggi, siap memukul batu dibawahnya sekali lagi.

Namun ketika hendak akan meninju, secara tiba-tiba dan tak terduga, bumi bergetar. Batu hijua gelap tempat Arsa berpijak pun tampak bergerak, membuat Arsa segera melompat kesamping seketika.

Dalam beberapa tarikan napas selanjutnya, batu hijau gelap itu berdiri, menampilkan sosok yang berbeda, menatap kearah Arsa dengan tatapan tajam dan perasaan marah.

Betapa kaget Arsa kemudian, bahwa batu hijau nan gelap itu, sejatinya adalah sesosok monster yang sedang berbaring di tanah lapang dengan santai serasa seperti di pantai.

Bentuk Monster itu mirip dengan Gorilla, namun seluruh tubuhnya berwarna hijau seperti Goblin. Besar tubuhnya seukuran mobil bus, tingginya mencapai delapan meteran.

Monster aneh bak Gorilla itu memegang kepalanya, mengusapnya beberapa kali, yang kini tampak ada benjolan agak memerah terpampang jelas jika ada orang lain yang melihatnya.

‘Sial! Berarti yang kupukul tadi adalah jidat King Kong ini,’ Arsa mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

“Tuan Gorilla, eh, Tuan Goblin. Bukan, bukan, Tuan King Kong, ini bukan salahku yang menganggu tidurmu. Tapi dia!” Arsa berusaha berbicara, menunjuk jari tanpa menoleh, tertuju kearah Monster Beruang yang berada di tepi tanah lapang.

Monster bak Gorilla hijau menggeram, terus menatap Arsa dengan kemarahan yang meninggi. Merasa sangat di permainkan oleh seorang bocah manusia yang sepele.

Ketika Arsa melihat kearah jarinya yang menunjuk, ternyata tidak ada siapa-siapa disana. Monster Beruang itu telah menghilang dari tempatnya semula, entah kabur kemana.

“Sial! Berengsek kau Monster Beruang Sialan!” Arsa kembali mengutuk Monster Beruang, yang sudah melarikan diri sejak awal.

Tersenyum canggung di hadapan Monster bak Gorilla, Arsa langsung mengkatifkan sayap angin untuk melarikan diri dengan secepat mungkin dari hadapan Monster bak Gorilla.

Bagaimana pun, tidak mungkin bagi Arsa menjadi lawan dari monster yang kekuatannya setara dengan Tahap Penyempurnaan Roh tingkat Menengah, itu sama saja dengan menyetor nyawa.

Mengepakkan sayap anginya, Arsa segera meluncur melarikan diri. Tapi kecepatan monster ganas itu lebih cepat, memukul tubuh Arsa dengan genggaman tangan kanannya yang bagaikan ban kontainer.

“Bam..!” tidak mungkin tidak, Arsa meluncur seketika, menghantam bukit kecil, menyemburkan banyak darah dari mulutnya.

System. “Ding! Selamat Tuan. Teknik Pemulihan telah naik tingkat. Level saat ini adalah 2/10.”

Dengan terobosan Teknik Pemulihan ke level Kedua, yang tadinya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk pulih, kini Arsa hanya perlu delapan menit untuk pulih hingga ke puncaknya.

Segera bangkit dan berdiri, sembari menyeka bekas darah di bibirnya. Arsa terbang dengan panik, tapi sayang. Ia kembali menabrak sesuatu dengan sangat keras, hingga terpental sejauh satu kilometer, kembali memuntahkan seteguk darah segar.

Apa yang Arsa tabrak, sejatinya adalah tubuh Monster ala Gorilla itu, yang sebelumnya telah berdiri di dekatnya tanpa disadari oleh Arsa sedikit pun.

Tidak mengenal kata meyerah, Arsa bangkit dan berdiri lagi. Namun saat ini sayap anginnya tidak sempurna, disebabkan oleh kondisinya yang belum pulih secara utuh, setidaknya lima puluh persen saja.

Mengambil gerak cepat, Arsa langsung berlari. Melompat ke kiri dan ke kanan, sambil sesekali melihat kebelakang, berharap agar monster bak Gorilla itu tidak ikut mengejarnya.

‘Sial! Monster ini sangat cepat! Mimpi apa aku semalam bisa dikejar monster seperti ini.' gerutu Arsa di benak, tidak menyangka, dirinya akan menghadapi situasi bahaya seperti sekarang.

Terus berlari secara zig-zag, Tujuan Arsa adalah pinggiran Hutam Kegelapan. Namun monster bak Gorilla itu ternyata sangat cepat, semakin menutup jarak dengan posisi Arsa.

“Sial! Sial! Sial!” Arsa terus mengutuk akan situasi yang di hadapi, dirinya benar-benar dibuat tak berdaya dengan kecepatan monster bak Gorilla ini.

Tepat ketika sedang putus asa melada dirinya. sekitar satu kilo meter di depannya, Arsa melihat sebuah lubang kecil seperti mulut gua.

Tidak ada pilihan dan tanpa pikir panjang lagi, Arsa mempercepat lajunya. Langsung menuju mulut gua dengan segera, meluncur masuk kedalamnya dengan napas terengah-engah.

“Bam!” terdengar suara ledakan keras. Monster ala Gorilla itu mengamuk, menghancurkan mulut gua, mengakibatkan mulut gua tertutupi reruntuhan batu efek dari amukan sang Monster.

Tidak berhenti sampai disitu, monster itu semakin dibuat marah. memukul mulut gua secara terus menerus, menyebabkan setengah bagian dari mulut gua hancur luluh lantak.

Di dalam gua, Arsa ketakuatan setengah mati. Ia duduk di sudut bagian dalam, mengatur napas dengan perlahan, memulihkan kembali kondisinya yang memprihatinkan.

Beberapa saat kemudian, tidak ada lagi suara amukan Monster ala Gorilla. Sunyi, suasana terasa hening namun cukup menyeramkan bagi Arsa yang baru saja menghadapi situasi buruk.

‘Sebaiknya aku beristirhat dulu disini. Dasar monster sialan! Benjol sedikit saja sudah marah-marah,’ kesal dan marah Arsa mengumpat di benaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!