"Yun!! Baru kelar loe?" Tanya Rima sambil merangkul gadis itu dari belakang, Yun hanya memutar matanya. Udah tau pendek, masih aja main rangkul-rangkulan, kan jadinya Yun yang susah. "Judes banget mukanya, ishh, sahabat sendiri juga." Protesnya lagi, kesal.
"Iya, Rima sayang, gw lagi sibuk." Ujar Yun, sebal. Rima gak liat apa ya, beberapa buku yang hampir jatuh karna rangkulannya itu.
"Hehe, tugas loe banyak bener dah." Ujar Rima, tanpa dosa. "Eh, Luni kemana?"
"Mana gw tau, loe selalu berdua kemana-mana, kan?" Ujar Yun, datar.
"Heran gw sama loe, gak ada pedulinya sama sekali ke orang, tau gak?" Ujar Rima, sebal.
Yun baru saja akan membuka mulut, kala Luni terlihat berlari di kejauhan. "Noh, soulmate loe tuh!!"
"Luni!!" Teriak Rima girang, tapi Luni malah menghampiri Yun.
"Didepan ada cogan nyari loe, katanya dia pacar loe!!" ujar Luni, setengah panik.
"Apa? Cogan? Pacar Yun? Kak Dega?"
"Bukan!! Gw gak kenal, ayo cepat!!" Ujar Luni sambil menarik Yun, meninggalkan Rima yang menggigit jarinya, kesal karna ditinggal. "Ayo, Yun!!"
"Iya, bentar, Lun, gak sabaran banget." Ujar Yun, gak Rima, gak Luni, dua sahabatnya ini gak sabaran kalo udah mengenai cogan.
"Tuh!!" Ujar Luni sambil menunjuk seorang pria diatas motor dengan jaket kulitnya, tangannya memegang makanan yang sedari tadi dia makan dengan lahap. "Lagi makan serampangan aja ganteng banget, nemu dari mana loe mahkluk seksi begitu?"
"Dia mantan pacar gw, yang kalian sebut mantan tak terlupakan." Ujar Yun, sebal. "Kenapa dia selalu bilang gw pacarnya sih?"
"Wahh, beneran, Yun? Kalo yang modelan begitu sih, wajar gak bisa dilupain. Kalo gw mungkin lebih milih bertahan, meskipun dia selingkuh." Ujar Rima, tiba-tiba saja muncul sambil merangkul leher keduanya.
"Rima, sakit!!" Ujar Luni, sebal. "Eh, Yun, mantan loe punya temen modelan begitu, gak?"
"Apaan deh? Bad boy semua temen dia mah, mending sama Kak Yohan, sama Kak Jemmy." Ujar Yun, datar.
"Badboy lebih nantangin tuh, Yun." Ujar Luni, terkekeh pelan.
"Setuju, mereka lebih greget." Ujar Rima, yang kemudian diangguki Luni. "Lagian senior kita itu, Jemmy, Yohan, Kent, udah gak ngehubungin kita lagi tuh, gak tau kenapa."
Luni mengangguk, membenarkan. "Gw denger Kent dibawa keluar negeri, mungkin lanjut berobat kesana."
"Beneran? Kok gw gak dikasih tau?" Ujar Yun, kaget. Karna ia benar-benar tak tau itu semua, apa karna Yun terlalu sibuk dengan urusannya?
"Loe sibuk mulu sama Kak Dega, gw aja gak tau tentang tuh cogan." Ujar Rima, sebal.
"Gw baru ketemu kemarin sama Kak Sean, dia bantuin gw waktu gw dikejar berandalan." Ujar Yun, acuh.
"Apa? Berandalan? Yang benar?" Teriak Luni, membuat Yun menutup telinganya.
"Tapi loe gak papa, kan? Loe gak diapa-apain, kan? Loe gak kekurangan sesuatu apa gitu?" Tanya Rima sambil memutar tubuh Yun, membuat Yun memekik kesal.
"Ya! Rima!! Loe gak bisa ya kalem dikit, aishhh!!" Ujar Yun sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, membuat Rima terkekeh pelan.
"Woahhh, dia kesini!!" Ujar Luni, membuat Rima dan Yun mengikuti arah tatapan mereka.
"Hei!! Aku bisa mendengar teriakan kamu dari sana lho, Yun!!" Ujar Sean, Yun tentu saja kaget melihat Sean telah berdiri berhadapan dengannya. Sejak kapan dia jalan kesini? Apa Sean secepat itu?
"Hah? Ah, iya, maaf." Ujar Yun sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, membuat kedua sahabatnya terkikik pelan. "Hm, kenalin, mereka temanku, Rima dan Luni." Ujarnya, membuat Sean menyadari kehadiran dua orang gadis lain dihadapannya.
"Oh, iya, gw Sean!!" Ujar Sean sambil mengulurkan tangannya, membuat kedua gadis itu menjabat tangannya dengan malu-malu. "Hm, udah selesai?" Tanyanya, perhatiannya kembali teralih pada Yun.
"Hm, aku masih punya banyak tugas." Ujar Yun sambil menepuk buku dipelukannya, membuat Sean mengambil buku-buku itu.
"Kerjakan di hotelku, yuk!!"
"Uh, ngegas!!" Bisik Rima, membuat Yun menatapnya kesal.
"Kalian gak perlu berpikir macam-macam, kami gak pernah melakukan..."
"Kita pergi yuk, Kak. Bye, Rim, Lun, ayo!!" Ujar Yun sambil mendorong Sean pergi dari sana, membuat mereka menjadi pusat perhatian. Yun yang judes pada pada pria, sang pemilik julukan Cold Princess, yang terlihat tak tersentuh, tengah bersama dengan seorang pria asing, tentu saja membuat mereka heran melihatnya bisa akrab dengan pria tinggi itu.
"Lho, Yun, mau kemana?" Tanya Sean, saat gadis itu malah melewati motornya.
"Aku mau pulang, memangnya kenapa?" Tanya balik Yun, bingung.
"Kan aku sudah menjemputmu, ya kau pulang bersamaku." Ujar Sean sambil menunjuk motornya, membuat Yun menatap motornya.
"Hmm, aku... Aku harus pulang, aku banyak tugas, beneran deh." Ujar Yun, merasa tak enak. "Aku tak bisa nemenin Kakak, maaf ya..."
"Kau kan bisa mengerjakannya di hotelku, aku takkan mengganggumu." Ujar Sean, cemberut.
"Aku beneran gak bisa, ini harus kukerjakan malam ini juga. Maaf ya, aku belum ada waktu untuk menemanimu." Ujar Yun, penuh penyesalan. Dia akan mengambil bukunya, tapi Sean menghindarinya. "Kak, jangan kayak anak kecil!!"
"Aku takkan mengganggumu, aku janji, aku hanya ingin melihatmu." Ujar Sean, merajuk.
"Aku serius tak bisa, Kak, mengertilah!!" Ujar Yun, membuat Sean menghela nafas.
"Aku menunggumu sedari pagi, lho, tega banget!!" Ujar Sean sambil mengerucutkan bibirnya, Yun segera mengambil bukunya.
"Kakak sendiri gak menghubungiku, aku jadi tak tau." Ujar Yun, sebal.
"Gimana kalau kuantar kau kerumahmu?" Usul Sean, kemudian.
"Nggak, aku gak yakin, Kakak beneran bawa aku pulang. Aku naik bus atau taksi aja, Kakak pulang saja ya..." Ujar Yun sambil menepuk bahu Sean, lalu ia berjalan pergi. "Akan kuhubungi setelah sampai!!"
"Ok, janji ya, awas kalau nggak!!" Teriak Sean, senyuman langsung menghiasi bibirnya. Rasanya kembali seperti dulu, saat ia masih menjadi pemilik wajah manis itu. Tanpa pikir panjang, Sean segera naik motornya. Tapi sebelum itu, apa salahnya mengantar Yun dari belakang. Siapa tau ia bisa menemukan rumah Yun, kemudian menjemputnya setiap hari. Bukankah hal itu membuat kesempatan untuk menarik Yun kembali semakin besar? Sean terkekeh, ia pun mengikuti Yun yang berdiri didepan gerbang universitas. Sengaja ia terlihat pergi dari sana agar gadis itu melihatnya seperti telah pulang, padahal dia langsung bersembunyi kala Yun lengah.
"Bersembunyi dari Yun itu gak mudah, kenapa dia harus secerdas itu sih?" Gerutu Sean sambil menaruh helmnya, lalu memperhatikan Yun dari kejauhan. "Coba kamu mau pulang sama aku, kamu gak akan berdiri panas-panasan begitu, Yun!!"
Tiba-tiba sebuah mobil melewati Sean, mobil yang agak kencang itu membuat Sean berpaling sejenak kearahnya. "Aishh, mereka itu gak punya otak apa ya? Bagaimana kalau ada yang tertabrak?" Gerutunya, lagi. Tapi ia mengerutkan keningnya, saat mobil itu berhenti tepat didepan Yun.
Beberapa orang berbaju hitam turun dari sana dan langsung menyeret Yun, membuat gadis itu panik seketika. Sebelum Yun sempat teriak, gadis itu sudah terkulai lemas karna salah satu dari mereka menyumpal mulutnya dengan sapu tangan. Mereka pun menyeret Yun masuk kedalam mobil, lalu meningalkan tas dan buku yang dibawa Yun.
"Siapa mereka? Apa mereka salah satu dari tiga bocah bodoh kemarin? Aishh, aku kecolongan lagi!!"
Tanpa pikir panjang, Sean segera menyalakan motornya, mengikuti mobil itu, berusaha untuk tak dicurigai sang pemilik mobil.
"Tempat apa ini?" Ujar Sean, kala mereka memasuki sebuah tempat yang benar-benar asing untuk Sean, tempat yang jauh dari keramaian kota. Sean masih berusaha mengikuti mobil yang membawa Yun tiga puluh menit yang lalu, masih bertahan dengan jarak yang sama. Beberapa kali Sean hampir kehilangan mobil itu, tapi untungnya kejelian matanya tak bisa dibohongi. Mobil itu pun akhirnya berhenti disebuah rumah kecil di dekat hutan, Sean menyembunyikan motornya jauh dari sana. "Siapa mereka?" Gumamnya, ia melihat Yun masih tak sadarkan diri. "Beraninya mereka menyentuh Yun, lihat saja, aku akan bawa EXO kemari!!" Gumamnya lagi, ia melihat Yun digendong menuju kedalam rumah itu. Ia mengambil ponselnya, lalu menghubungi Kai. "Gw perlu bantuan loe dan yang lain, nanti gw share lokasinya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments