Blind Date

"Hai, kalian semua udah lama nunggu?" Tanya Rima, saat mereka telah berada dihadapan para cowok yang berpenampilan keren.

"Gak papa kok, kita baru aja sampai." Jawab salah satu dari tiga pria itu, membuat Yun memasang wajah datarnya saat pria itu tersenyum kearahnya.

"Senyum dong, Yun!" Bisik Luni sambil mencubit gadis itu, Yun hanya memasang senyum sekilas.

"Duduklah, kalian pasti capek." Ujar pria lainnya, Luni dan Rima pun menarik Yun duduk.

"Hm, kalian mau apa?"

"Oh, kenalan dulu dong!!" Sela yng lain, membuat pria yang terlihat tak sabaran itu tersenyum manis.

"Aku Kent, dia kembaranku, Yohan." Ujar pria tadi, Yun tersenyum mengiyakan.

"Gw Jeremy, tolong diingat ya..." Ujar pria yang duduk dihadapan Yun, tersenyum.

"Oh, aku Rima, ini Yun dan Luni. Senang bertemu kalian, apalagi Yun nih yang dandannya lama." Ujar Rima, Yun menatapnya tak terima.

"Oh ya? Seexcited itu? Katanya kau susah didekati-"

"Hm, kalian mau makan apa?" Potong Yohan, membuat Kent sadar dirinya salah bicara.

"Apa saja, terserah kalian." Ujar Luni, ramah.

"Mbak, kemarilah..."

Yun memasang wajah tak bersahabat, karna jujur saja, dia terpaksa melakukan ini. Kalau saja Rima dan Luni tak mengancamnya, mana mau dia ikutan beginian. Pelajar saja tidak melakukan hal seperti ini, masa mahasiswa sepertinya melakukan hal memalukan seperti ini? Seperti mereka sudah menyerah untuk mencari pasangan, itu pemikiran Yun tentang blind date yang sebenarnya tak Yun perhatikan kelanjutannya. Dia hanya diam, bicara hanya ketika ditanya.

Yun mulai bosan dengan acara kekanakan ini, dia mau pulang. Tidur adalah hal yang sangat diinginkannya saat ini, tapi Rima dan Luni masih betah mengobrol dengan seniornya itu. Yun mengambil ponselnya, sudah tengah malam, dia bisa tidur diluar kalau tak segera pulang.

"Hmm, permisi, apa kalian masih lama mengobrolnya?" Ujar Yun, semua mata menatapnya.

"Ada apa, Yun?" Tanya Luni, kaget.

"Aku harus pulang, sudah tengah malam." Jawab Yun, hati-hati.

Luni menatap jam tangannya, ia kaget. "Yaampun, kita sampai lupa waktu."

"Iya, seru juga ya ngobrol sama kalian." Ujar Kent, membuat Yun menatapnya datar. "Apa perlu kami antar, kami bawa motor." Ujarnya, lagi.

"Ah, nanti ngerepotin." Ujar Rima, keliatan sekali dia senang mendengar penawaran itu.

"Ayo keluar, kami antar, gak baik cewek pulang sendiri." Ujar Jeremy, Yohan juga mengangguk.

"Baiklah kalau begitu, kita gak bisa nolak." Luni cengengesan, sedangkan Yun membeku tak percaya.

Apa mereka udah gila?

***

Yun menghela nafas berkali-kali, kala ia harus bersama Kent yang ternyata berisik melebihi teman-temannya. Yun baru kali ini bertemu dengan pria bawel, bahkan mungkin melebihi seorang gadis. Sepanjang perjalanan Kent terus bertanya tanpa jeda, Yun hanya menjawab seadanya. Meskipun kesannya canggung, tapi Kent sepertinya tak memedulikan itu. Sosoknya yang humble membuat Yun merasa tak enak dengan kecanggungan yang ia ciptakan sendiri, tapi ya mau gimana, orang baru ketemu.

"Eh, ada apa tuh? Balapan liar, ya?"

Celetukan Kent membuat Yun sadar masih berada di motor bersama pria itu, tatapan Yun mengarah kearah banyak orang yang berkumpul disana.

"Seru nih, nonton ahh..."

Seketika Kent lupa pada Yun, membuat Yun terpaksa mengikutinya karna Yun juga tak bisa menolak.

"Kent, emang boleh ya nonton? Gak bekalan ketangkap polisi?" Tanya Yun, khawatir.

"Gak bakalan, kan mereka juga udah survey tempatnya kali." Ujar Kent sambil memarkirkan mobilnya, Yun terpaksa turun.

"Tapi perasaanku gak enak, pulang aja." Ujar Yun, membuat Kent mendesah.

"Gak papa, cuman perasaan kamu doang, ayo!!" Ajak Kent sambil menarik tangan Yun dengan lembut, Yun terpaksa menurut. "Wah, itu kan genk DS, mereka balapan disini rupanya." Ujar Kent, kagum.

"DS? Genk motor kampus?" Tanya Yun, kaget.

"Iya, kamu tau?" Tanya Kent, tapi fokusnya kini ke mereka. Yun menatap sekelilingnya, ia menemukan seorang pria yang tak sengaja ia bentak tadi pagi. Pria itu berdiri disamping motornya dengan helm yang akan dipakainya, sepertinya ia yang akan balapan kali ini. Entah kenapa Yun penasaran juga dengan balapan ini, karna dulu ia juga sering menontonnya bersama Sean.

Ah, jadi inget Kak Sean, kan?

"Ayo Dega, kalahin mereka!!" Teriak Kent, penuh semangat, begitupun yang lain.

"Kamu kenal cowok itu?" Bisik Yun, tak percaya.

"Tentu saja, dia adalah tangan kanan ketua genk DS." Ujar Kent, membuat Yun terdiam.

"Duh!!" Pekik Yun, saat ia terdorong kedepan hingga ia jatuh. Posisinya yang berada di barisan depan membuatnya terjatuh tepat di hadapan para pembalap yang tengah bersiap itu, membuat semua perhatian mereka tersorot padanya.

"Wah, siapa nih?" Ujar salah seorang pembalap yang tengah berada di motornya, membuat Yun menatapnya. Gadis itu berdiri sambil melihat semua orang yang tak menyangka dirinya akan jatuh, Yun merasa malu.

"Yun, kamu baik-baik aja?" Tanya Kent, tapi seseorang menghalangi Kent untuk meraihnya.

"Yun, nama loe Yun?" Tanya pria itu sambil berjalan mendekati Yun, penuh minat.

Yun refleks mundur, ia takut, tapi berusaha menyembunyikannya. Gadis itu memasang wajah datarnya, saat pria itu meraih dagunya.

"Ayo teruskan balapannya, Jay." Ujar seseorang yang Yun kenal, gadis itu menatap Dega yang masih berada di motornya.

"Manis banget, gw suka sama loe."

Ucapan Dega bagai angin lalu untuk Jay, pria berlesung pipi yang tak terlihat berbahaya itu, tapi Yun merasakan bahaya mengintainya hanya dengan bertatapan dengan pria tinggi itu.

"Jay, lepasin dia!! Ayo cepat, atau loe terpaksa di diskualifikasi." Ujar Joshua sambil menarik Yun menjauh dari Jay, pria itu menatap tajam Joshua.

"Kayaknya loe kenal cewek ini, ya?" Ujar Jay, membuat Yun menunduk.

Joshua menatap Dega, Jay mengikuti arah tatapannya. "Ah, gw ngerti. Apa cewek ini udah jadi milik seseorang?" Tanya Jay, Yun kaget.

"A-aku... Tidak-"

"Ya, dia milik Dega, jadi loe menjauh sana!!" Ujar Joshua, Yun menatap Dega yang sama kagetnya, tapi pria itu segera menetralkan raut wajahnya.

"Milik anak itu? Well, menarik." Ujar Jay, tersenyum. "Ga, gimana kalau kita ubah taruhannya?" Tanyanya, Joshua bingung.

"Maksud loe?"

"Gw gak mau motor loe itu, gw tinggal beli motor kayak gitu. Gimana kalau taruhannya si manis ini saja?" Usul Jay, Yun melotot kearahnya.

"Hei! Dia-"

Kent langsung diam, saat Jay menatapnya tajam.

"Nggak, dia bukan barang." Ujar Dega, datar. "Dia punya perasaan, gw gak mau."

"Wah, kayaknya emang benar ya dia milik loe. Sejak kapan loe peduli sama perasaan orang lain?" Tanya Jay, Yun menatap Dega yang menatapnya tajam. "Ayolah, loe gak akan kehilangannya, karna gw pengen kencan sama dia malam ini doang."

"Nggak, Jay. Kalau loe gak mau, yaudah, gw gak rugi." Ujar Dega, mengendikkan bahunya.

Jay terdiam, lalu menatap Joshua yang menarik Yun menjauh dari Jay. Tapi Jay malah menarik Yun, membuat Yun menjerit kaget.

"Hei! Dega kan, udah nolak?" Ujar Joshua, dingin. "Lepasin!!"

"Gw gak percaya dia milik Dega, gw bakal seneng-seneng sama dia malam ini."

"Nggak, Jay, sekali nggak tetap nggak."

"Dia bukan milik Dega, makanya Dega pergi." Ujar Jay, membuat Joshua menatapnya tajam.

Bugh!!

"Jangan sentuh dia, br*ngs*k!!"

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!