Kedua pria itu saling melempar tatapan tajam, ruangan yang tadinya banyak perabotan kini sudah bersih. Pendukung kedua kubu sudah berkumpul, membuat suasana semakin ramai dengan sorakan dukungan mereka. Bahkan bukan hanya genk keduanya, beberapa anggota genk yang lain juga terlihat bergabung untuk melihat siapa yang paling kuat di antara genk berpengaruh di kota mereka itu.
Yun berdiri disana, diapit oleh kedua orang besar, anak buah Jay. Gadis itu tak lagi menangis, wajahnya datar seolah tak bisa tersentuh oleh siapapun, berbeda sekali dengan yang tadi. Tatapan tajamnya memperhatikan Dega dan Jay yang menjadi pusat perhatian hari ini, ia tak mengharapkan ini terjadi. Ia harus menelan kekecewaan, saat Dega melanggar janjinya. Ia hanya ingin menyelesaikan semuanya dengan baik, ia memang tak seharusnya mempercayai para berandalan seperti mereka.
Dega menatap Yun, memohon izin sekaligus meminta maaf. Tapi hatinya mencelos, Yun sama sekali tak memberinya respon baik. Dega mengepalkan tangannya, ia merasa bersalah tentunya. Tapi apa ada jalan lain? Beritahu dirinya, kalau memang ada jalan yang lebih bisa dilakukannya daripada ini?
Suara bel menandakan keduanya harus bersiap ke stage yang telah mereka persiapkan, Dega menghela nafas. Jay tersenyum sinis, ia melempar ciuman dari jauh kearah Yun yang masih memasang wajah datarnya. "Dia manis, bukan?" Tanyanya, saat berhadapan dengan Dega.
Dega melirik Yun, ia menghela nafas. "Bisa kita mulai saja?"
Bugh!!
Pukulan pembukaan dari Jay membuat Dega sedikit terhuyung, tapi ia masih bisa berdiri. "Bagaimana?"
"Boleh juga!!" Ujar Dega, sinis.
Bugh!!
Lagi-lagi pukulan Jay mengarah kearah wajah Dega, membuat mulut Dega sobek sedikit. Dega masih bertahan, membuat Jay heran.
"Loe gak mau lawan gw? Loe sengaja mengalah?" Tanya Jay, tak mengerti.
Dega mengernyit, rasa perih tak dirasakannya. Ia masih teringat janjinya, Yun juga marah karna itu. Tadinya ia ingin menutup mulut besar Jay, tapi melihat respon yang diberikan Yun membuat semangatnya hilang. Dega tak mengerti, kenapa ia begitu memikirkan permintaan Yun, tapi ia tak ingin melihat Yun menangis seperti tadi. Dan kalau ini yang diinginkan Yun, ia akan menurutinya. Mungkin nanti setelah gadis itu jadi milik Jay, gadis itu akan mengerti kenapa dia menyetujui ini semua. Ia juga tak memikirkan tentang harga dirinya didepan mereka, harga dirinya tak seberapa dibanding ia harus melanggar janjinya pada gadis itu. Entah sejak kapan Yun begitu mempengaruhinya, Dega hanya tak bisa membiarkan harga dirinya hancur didepan gadis itu.
Bugh! Bugh! Bugh!!
Entah yang keberapa kali pukulan Jay mengenai tubuh Dega, tapi pria itu hanya bertahan, tak melawan sedikitpun, bahkan untuk mendorong sekalipun. Jay mulai merasa ini tak adil, dia sudah membuat Dega terluka, tapi dirinya masih bisa berdiri tanpa cela. Dia ini serius atau tidak, sih? Apa gadis itu begitu berarti untuknya? Apa sebenarnya perjanjian yang mereka bicarakan itu?
Sorakan yang awalnya ramai, kini mulai mereda dengan sendirinya. Semua orang kecewa melihat Dega tak melawan, semua orang ingin melihat mereka berduel dengan sungguh-sungguh, bukan bermain seperti ini.
Yun melihat Dega yang hampir ambruk, tapi tetap mencoba bertahan. Hatinya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya Dega pikirkan? Apa yang membuatnya mau menerima taruhan itu tapi tak berusaha memenangkannya? Apa ia tak cukup berharga untuk pria itu? Katanya ingin melindunginya, tapi kenapa pria itu tak melawan sedikitpun? Apa yang dia rencanakan?
Josh menatap Dega yang masih mempertahankan dirinya yang sebenarnya telah diujung batas, Josh memijat keningnya. Ia tau tentang perjanjian Dega dan Yun, pasti itu yang membuat Dega tak melawan sampai saat ini. Lalu, kenapa Dega menyetujui taruhan ini? Memberi Yun pelajaran ataukah memikirkan cara lain untuk merebut Yun? Atau mungkin ia sudah terpengaruh oleh Yun hingga ia tak mau melanggar janji yang mereka sepakati?
Josh sudah memberi nasihat pada Dega, tapi pria itu tak mau dengar. Sekalipun Josh memohon agar Dega melawan sekali saja, tapi pria keras kepala itu hanya membiarkan omongannya berlalu begitu saja.
Bruk!!
Untuk kesekian kalinya Dega terjatuh karna pukulan Jay, tapi lagi-lagi pria itu berdiri dengan terhuyung. Jay menatapnya kaget, ia pikir semuanya berakhir. Ia mulai kelelahan dan jengah, melihat Dega yang begitu keras kepala mempertahankan dirinya membuat pria itu semakin penasaran dengan perjanjian itu.
"Istirahat!!" Ujar Jay sambil berbalik, dirinya menatap Yun yang masih datar disana. Siapa sebenarnya gadis itu? Kenapa Dega begitu kukuh pada pendiriannya? Apa ia seistimewa itu? Dirinya hanya menyukai Yun karna dia manis, tapi tak mengetahui apapun tentang gadis berwajah datar itu.
"Lama-lama gw malu nantangin dia, gw kira bakal seru ngeliat dia berjuang demi cewek itu." Ujar Jay, kesal. Ia menatap Dega yang diberi minum oleh Josh, pria itu sudah tak bisa fokus pada pertandingan mereka. "Apa dia sudah benar-benar jatuh pada pesona gadis itu?"
"Bukankah ini kesempatan loe, Bos?" Tanya Andrew, membuat Jay mendelik padanya.
"Gw gak bisa ngambil kesempatan itu, kalau dia gak ngelawan, sama aja gw kayak pengecut. Kalau kali ini dia gak ngelawan, gw bakal benar-benar bunuh dia." Ujarnya sambil menatap Yun yang menatap Dega, matanya menyorot marah. Gw gak bakal maafin loe juga, kalo loe biarin Dega kalah dari gw dengan caranya ini!!
Bel kembali berbunyi, Dega menghela nafas, melirik Yun sekali lagi, lalu melangkah maju dengan sisa tenaga yang dimilikinya.
"Siap mati loe? Kalo loe masih gak ngelawan gw, loe bakal mati ditangan gw, Ga."
"Gw gak nyesel mati ditangan loe kok, loe gak perlu takut." Ujar Dega, sinis.
Jay tak mengerti, Dega masih bisa tersenyum dalam keadaan seperti ini? Apa segila ini cintanya pada Yun? Apa dia benar-benar menyukai gadis itu? Atau hanya karna ia ingin menguji kesabaran Jay?
Bugh!!
Tiba-tiba Jay melemparkan pukulan kearah rahang Dega, membuat pria itu tersungkur seketika. Hanya pukulan kecil tapi mampu membuat Dega ambruk, sisa tenaga Dega tak banyak lagi. Sang wasit mulai menghitung dari sepuluh, semua penonton mulai mendesah kecewa. Dega sudah tak memiliki tenaga untuk bangkit, dirinya kini pasrah. Dicap pengecut lebih baik daripada harus dibenci Yun, itu yang dipikirkannya. Ya, Dega lebih memilih menepati janjinya pada Yun dibanding harus kehilangan semua kepercayaan gadis itu. Tak apa kehilangan gadis itu, yang penting hanya ia yang akan didatangi gadis itu. Entah itu pikiran dari mana, tapi Dega sendiri merasa dirinya senang bisa menepati janjinya pada Yun. Meskipun dirinya tersakiti, asal Yun masih mempercayainya, Dega bisa merelakan segalanya.
"Kau bodoh, Kak!!"
Teriakan itu membuat Dega membuka matanya, hitungan yang masih berlangsung itu seketika terhenti. Semua menatap Yun, termasuk sang wasit sendiri.
"Apa yang kau pikirkan, sih?" Teriak Yun, air mata gadis itu kembali mengalir. "Kau ingin aku kembali merasa bersalah pada mereka? Padamu juga?" Ujarnya, suara itu membuat Dega perlahan bangkit.
Sang wasit mundur, memberi waktu mereka untuk bicara satu sama lain. Jay juga ikut mundur, ingin sekali lagi memberi kesempatan pada Dega untuk melawannya.
Dega menatap Yun yang berdiri tak jauh darinya, kini ia tak diapit oleh anak buah Jay lagi, Jay memberi mereka isyarat untuk melepaskan Yun.
"Kau ingin menyiksaku?" Tanya Yun, lagi. "Kau ingin masuk rumah sakit dan membunuhku perlahan, seperti mereka? Kau ingin aku bunuh diri karna rasa bersalah ini?"
"Yun..."
"Dengarkan aku, Kak!! Sebenarnya aku pernah berhubungan dengan orang yang lebih gila dibanding dirimu, dia, maupun yang lain. Jadi kumohon, jangan seperti ini, Kak."
"Kau melakukan ini karna tak mau bersama Jay, kan? Kau ini egois, kemarin kau suruh aku untuk melakukan perjanjian, lalu sekarang kau suruh aku melawannya." Ujar Dega, Yun tertegun. Ternyata benar dugaannya, Dega begitu karna perjanjian itu.
"Lupakan perjanjian itu, Kak. Lindungi aku dan teman-temanku, kumohon!!"
"Tidak semudah itu, Yun!!" Ujar Dega, membuat Yun terdiam. "Aku tak semudah itu melupakan perjanjian itu, aku adalah seorang laki-laki yang..."
"Lupakan perjanjian itu!! Anggap kau tak pernah mendengarnya!! Kau bilang akan melindungiku, itu juga sebuah janji, kan?"
"Tapi itu janjiku, sedangkan ini kesepakatan kita." Ujar Dega, tegas.
"Baiklah, terserah padamu!! Aku membencimu, Kak!!" Ujar Yun, ia berbalik sambil mengepalkan tangannya. "Katakan hasilnya padaku, jika kalian sudah selesai!!" Ujarnya sambil berjalan meninggalkan ruangan itu, Dega melihat kepalan tangannya.
"Yun, kau mau kemana?"
"Bukan urusanmu!!"
Dega menghela nafas panjang, ia menatap Jay. Dega memikirkan kembali ucapan Yun, akankah Yun serius dengan ini. Baiklah, kuharap keputusanmu itu takkan membuatmu semakin marah padaku. "Ok, gw serius kali ini, Jay!!"
Ucapan itu membuat langkah Yun terhenti, ia berbalik menatap Dega yang mulai bersiap melawan Jay.
Jay terkekeh pelan, ia pun bersiap. "Oh, ok, siap-siap loe malu seumur hidup loe!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments