"Gak bisa, mereka lagi rapat!!" ujar Johnny, salah satu penjaga basecamp DS. Pria berperawakan tinggi itu membuat Yun memutar matanya, sebal.
"Ini penting, aku harus ketemu Kak Dega sama Kak Josh!!" Ujar Yun, kukuh.
"Eh, loe, bisa gak bawa cewek loe pergi dari sini? Dia ganggu kerjaan kita, tau gak?" Ujar Haekal, membuat Jemmy mendelik kearah pria yang terlihat lebih muda darinya, tapi songongnya bukan main.
"Eh, bocah, ini urusan orang dewasa. Sekolah aja yang bener, loe bolos kan dari sekolah?" Ujar Jeremy, kesal.
"Kak, aku mohon!! Aku benar-benar harus ketemu Kak Dega, temenku dalam masalah." Ujar Yun, memohon. "Kak Dega, ini Yun!!"
"Eh, loe bisa diem gak sih?" Ujar Johnny, kesal. Ia menarik tangan Yun, membuat Yun memekik kaget.
"Ada apa ini?" Tanya Yuta, tiba-tiba muncul.
"Kak Yuta, akhirnya." Ujar Yun sambil berdiri kembali, ia menghampiri Yuta. "Kak Dega ada didalam, kan? Bisa panggilin, ini penting."
Yuta terdiam, seingatnya Dega dan Yun hanya pura-pura semalam, tapi kok Yun mencari Dega sambil panik begini?
"Kak, bisa kan?" Tanya Yun, memohon. "Kak, aku harus bicara, ini masalah temanku."
"Maksudmu?"
"Perkiraan kalian semalam benar, Kent masuk rumah sakit tadi malam." Ujar Yun, pelan.
"Apa? Siapa yang menghajarnya?"
"Itu yang akan kucari tau, ayo dong, Kak, kumohon!!" Ujar Yun, memohon.
"Baiklah, cepat masuk!! Dega ada didalam, yang lain juga." Ujar Yuta, membuat Yun bergegas kedalam rumah kecil itu. "Loe mau kemana? Loe disini aja, ngerti?"
"Tapi..."
"Yun bakal baik-baik aja. Eh, kalian, jagain dia, jangan sampai dia masuk." Ujar Yuta sambil berjalan masuk, mengikuti Yun.
Yun terdiam didepan ruangan itu, saat beberapa tatapan menghujaninya. Dia sepertinya menganggu mereka, tapi Yun tak memiliki banyak waktu.
"Kak Dega, saya pengen bicara!!" Ujar Yun, pelan.
Seruan langsung memenuhi ruangan itu, kala Dega menatap Yun kaget.
"Ada urusan penting, bisa kita bicara diluar?" Ujar Yun, ragu. Sorakan semakin ramai, padahal disana hanya ada beberapa orang yang hadir, Josh saja tak hadir.
"Bicara soal apa?"
Yun terdiam, nyalinya ciut seketika mendengar nada dingin dari Dega.
"Ah, ayolah, Ga. Masa sama pacar sendiri begitu sih? Kasian, sana pergi aja!!"
"Apaan sih? Dia bukan..."
"Ga, pergi!! Ini urgent, dia harus ngomong sama loe!!" Ujar Yuta, membuat Dega menatap Yuta yang tak biasanya seserius itu.
"Ok, loe omongin lagi soal pencarian lokasi baru." Ujar Dega sambil beranjak dari tempat duduknya, sorakan tentu saja mengiringi langkahnya. "Berisik!!" Ujarnya, kesal, tapi mereka malah tertawa.
"Ada apa?" Tanya Dega, datar.
Yun menatap Dega yang membelakanginya, ia menunduk. Jujur ia takut pada pria dihadapannya, tatapan pria itu jauh lebih seram dari Sean. Yun yang biasanya galak pada seorang pria dibuat tak berkutik bila berhadapan dengan Dega, aneh bukan?
"Loe ini mau ngomong atau natap gw sepuas loe?" Ujar Dega, Yun mundur kala Dega dirasa terlalu dekat dengannya.
"Te-tentu saja bicara, saya akan bicara." Ujar Yun, pelan. "Ini tentang Kent, dia masuk rumah sakit semalam." Ujarnya, tapi reaksi Dega sungguh diluar dugaan. Pria itu hanya menghela nafas, seolah telah biasa mendengar berita seperti itu.
"Terus, apa urusan gw? loe nuduh gw? Loe tau sendiri semalam gw sama yang lain langsung pulang, kan?"
Yun menatap Dega, matanya berkaca-kaca. "Kamu udah terbiasa, ya?"
"Maksud loe?"
"Kamu tak prihatin mendengar temanku masuk rumah sakit? Apa kamu benar-benar manusia?"
"Bukannya itu resikonya? Dia yang melaporkan, tentu saja banyak yang tak menyukainya. Beberapa orang dari kami itu menggantungkan hidup dengan taruhan di jalanan, wajarlah..."
"Wajar? Menghilangkan satu nyawa hanya demi uang itu wajar, ya? Terlepas dari itu perbuatan salah atau bukan, tak seharusnya kalian melakukan itu padanya."
"Bukan kami yang melakukannya, kami gak pernah bertindak bodoh seperti itu." Ujar Dega, tak mau kalah. "Harusnya teman loe itu lebih cerdas, dia harus bisa memilih mana yang bisa dilaporkan, mana yang sebaiknya tidak dilaporkan."
"Dia begitu karna ingin melindungiku!!" Teriak Yun, air matanya terjatuh. "Dia khawatir melihatku jadi rebutan kalian, dia takut aku tak baik-baik saja."
"Maka salahin loe yang jatuh malam itu, loe juga tau Jay gak akan lepasin loe, kalau gw gak akuin loe!!" Ujar Dega, kesal.
Yun terisak, tangannya mengepal. "Aku tentu saja menyalahkan diriku sendiri, saat melihatnya terbaring disana begitu saja. Aku harusnya melarangnya kesana, aku harusnya tak terjatuh, aku harusnya tak berdiri didepan sana, aku harusnya menunggu saja di parkiran, aku harusnya tak bertemu Jay dan kamu, aku harusnya... Terlalu banyak kata seharusnya untuk kulakukan, tapi semuanya telah terjadi. Penyesalan itu gak menyelesaikan masalah, aku harus menolongnya."
"Dengan mencari mereka lalu balas dendam?" Tanya Dega, membuat Yun terdiam.
"Aku tak tau, apa yang harus kulakukan pada mereka." Ujar Yun, pelan. "Mungkin dengan mendatangi mereka, menjelaskan pada mereka tentang kejadian sebenarnya..."
"Ini gak sesimpel pikiran loe, Yun. Loe tau, beberapa orang seperti mereka takkan bisa diajak bicara, yang ada loe yang jadi korban selanjutnya." Ujar Dega, membuat Yun menunduk.
"Lalu, apa yang harus kulakukan?" Ujar Yun, terisak. Ia menyesal diam saja saat itu, padahal saat itu perasaan tak enak muncul, tapi Yun tak berani mengutarakannya.
Dega memutar matanya, ia tak tega juga melihat Yun menangis seperti itu. Gadis yang terkenal galak diantara teman angkatannya harus menangis hanya demi seorang teman, Dega tampak berpikir.
"Ok, kalau kau tak membantuku. Aku akan mencari tau sendiri, aku akan menemui mereka langsung." Ujar Yun, membuat Dega menatapnya tak percaya.
Dia benar-benar gadis gila!!
"Hei!! Loe yakin bakal lakuin itu?"
Yun menghapus air matanya, ia menatap Dega tajam. "Apapun yang bisa kulakukan, akan kuusahakan untuk lakukan, sesulit apapun." Ujarnya, nekad. Gadis itu berbalik, membuat Dega menatapnya kaget.
"Tunggu dulu..."
Dega menghela nafas, pelan.
"Ok, gw bakal bantuin loe nyari tau sekaligus bicara sama mereka." Ujar Dega, mengalah. Lagipula menemukan mereka tidak sesederhana itu, belum lagi bicara dengan berandalan yang bahkan Yun belum pernah hadapi. Ia takkan bisa melihat Yun menangis seperti tadi, apalagi kalau sampai gadis itu masuk rumah sakit. Bukan hanya ia yang menyesal, Josh juga akan marah besar padanya, karna ia pasti tau akan pertemuan di tengah rapat ini.
"Benarkah?" Ujar Yun, serak. "Terimakasih, aku sangat menghargainya." Ujar gadis manis itu, tersenyum tulus.
Deg!!
Dega terdiam sesaat, ia menghela nafas. Aishh, gadis gila, apa yang membuatmu tersenyum sesenang itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments