Malam pun tiba lagi, memperlihatkan kerlap kerlip bintang yang indah di kegelapan malam dan bulan yang tersenyum menjawab segala kerlipan bintang bintang yang bertabur.
Elsa sekeluarga melalui malam seperti malam malam biasanya. Beberapa minggu lagi, Elsa ber umur 18 tahun.
Elsa menatap kosong keadaan di luar rumah, matanya memandang ke jalanan melalui kaca rumahnya. "Seperti apa hidupku kedepan?" Gumam hatinya.
Ia merasahidupnya begitu kosong, "umurku baru 18 tahun. Bagaimana keadaanku di tahun-tahun akan datang?" Batin Elsa.
"Akankah ada yang menguatkanku dalam menjalani hidup ini? Selain kebahagian nenek dan balas budi? Atau pun berbakti kepada paman dan bibi?" Gumam hati Elsa lagi.
Elsa melihat neneknya yang begitu serius menonton tv, acara tausyiah agama. Dia mendengari dengan cermat segala kata-kata nasehat di acara tv itu.
Ustadz pengisi di acara itu menerangkan mak'na cinta.
"Janganlah engkau mencintai mahluk, kau akan kecewa, cintai lah TUHAN mu, maka kau akan mendapat cinta yang lebih dari cinta yang kamu beri."
Elsa merasa itu suatu energi baru yang masuk kedalam dirinya.
"Baik nek ... aku mencintai nenek, karena Allah mencintai orang yg berbakti, aku nggak akan nyakitin nenek, karena Allah benci orang yang durhaka pada orang tua, bagiku paman, bibi, nenek, adalah orangtuaku," dalam hati Elsa.
Elsa bangkit dari tempat duduknya, dia langsung memeluk neneknya. "Elsa sayang ... sama nenek, jika Elsa salah, tegur dan nasehati Elsa ya nek ...." pintanya.
"Tentu sayang ...." kata Marni sambil menepuk punggung Elsa.
Sejak hari itu, Elsa semakin manja kepada neneknya, seolah Elsa yang kanak-kanak, yang manja, kini kembali.
Elsa lupa akan Alvin, karena rasa cinta pada keluarganya lebih besar dari pada perasaan pubertasnya.
"Jika ka Alvin beneran cinta, ka Alvin pasti melamarku, tapi nyatanya? Ah sudahah ... lupakan Alvin ...." dalam hati Elsa,
Elsa lebih memilih melupakan masalahnya dengan Alvin, apalagi saat mengikuti pengajian di mesjid ustadz menerangkan hukum-hukum dan batas-batas wanita dan laki-laki yang bukan mahram. Membuatnya mantap tidak ingin pacaran.
Semakin mudah Elsa melepaskan segala rasa yang menurutnya indah sebelumnya demi senyum di wajah neneknya, yang merawatnya dari bayi, hingga kini.
*****
Beberapa pemuda datang melamar Elsa. Namun entah mengapa Marni menolak. Sedang Elsa selalu menyerahkan keputusan pada neneknya, dia senang neneknya menolak lamaran yang datang, dia ingin lebih lama lagi bersama sosok yang begitu ia cintai, yaitu neneknya.
"Mak ... apa yang emak cari? Ini sudah lamaran keberapa, yang emak tolak," lirih Maya.
"Mereka bukan laki-laki yang baik, mak kenal betul penunggu lapangan itu," jawab Marni sinis.
Walau usia Marni sudah tua, namun tubuhnya masih kuat untuk berjalan mendatangi mesjid-mesjid, dan mengikuti setipa pengajian yang berlangsung. Saat pulang pengajian, Marni mudah mengenali setiap pemuda-pemuda yang ada di sekitarnya dan tahu betul, seperti apa perilaku mereka.
Waktu yang di lalui pun tidak terasa, sekarang Dzikri kelas 4 SD dan Ardi kelas 2 SMK.
Sedang Elsa tidak ada yang berubah pada hidupnya. Dia tetap menjalani kehidupan seperti biasa.
Namun terkadang sesekali ia mengantar atau menjemput Dzikri jika bibinya sedang tidak enak badan.
Elsa sedikit pun tidak melirik bengkel tempat Alvin bekerja, Alvin masa lalu baginya yang harus dia lupakan, terus berusaha untuk melangakah ke masa depan. Alvin kadang curi-curi pandang, dia memandangi Elsa, jika Elsa lewat didepan bengkelnya. Namun hanya bisa sebatas memandang.
---------------------
Elsa, Dzikri, Wijaya dan Maya. Malam ini mereka mengisi waktu dengan jalan-jalan. Mereka membawa Dzikri karena prestasi Dzikri naik kelas dengan peringkat yang lumayan baik.
Akhirnya mereka sampai ke pasar malam, dengan mengendarai 2 buah motor. Elsa dan Maya, Dzikri dan Wijaya, paman Elsa.
Mereka begitu menikmati indahnya malam, Dzikri pun begitu antusias menaiki, bermacam wahana yang ada.
Tiba-tiba Elsa menemukan gadis kecil yang menangis, kira kira ia berumur 4 tahunan, di sebuah arena mandi bola. Melihat itu Elsa berusaha menenangkan anak itu, lalu membawanya pada petugas keamanan. Hampir 1 jam Elsa bersama anak itu tidak ada tanda orangtua anak itu datang,
"Dasar!!! Orang tua tidak bertanggung jawab," gerutu hati Elsa, dia sangat kesal melihat anak terlepas begitu saja dari pengawasan orang tuanya.
"Dedek sama siapa?" Tanya Elsa.
"Ayah ...." lirih gadis kecil
"Mamanya mana dek?" Tanya Elsa.
Gadis kecil itu menggeleng.
"Dasar laki-laki ceroboh!!! pantas ditinggal istri," gerutu Elsa.
Elsa nelpon pamannya menceritakan yang terjadi padanya, karena dari tadi mereka berpisah. Tidak berapa lama Wijaya, Maya dan Dzikri datang menemui Elsa, di tempat yang Elsa sebutkan sebelumnya.
Saat memandang anak perempuan itu, Wijaya teringat akan salah satu anak temannya, namun dia lupa. Lama Wijaya berusaha mengingat, lalu dia ingat Indra, Wijaya memfoto anak tersebut dan mengirim ke indra.
"Indra ... kamu kenal sama anak di foto ini?" Wijaya.
"Loh itu ponakan ku loh Wi ...." Indra
"Kalau keponakan kamu, tolong kamu jemput di pasar malam Ramai hura, di area Kinciran," Wijaya.
"Oke aku segera kesana." Indra.
Indra sekeluarga pun segera menuju tempat yang di beritahukan Wijaya.
Namun tidak berapa lama Dzikri bosan hanya berdiam di tempat itu. Dia pengen kesana ke mari, akhirnya Wijaya dan Maya mengikuti maunya Dzikri.
"Udah bii ... temani Dzikri, kita kan kemari buat hibur Dzikri," lirih Elsa.
Maya, Wijaya dan Dzikri meninggalkan Elsa dan anak kecil itu. Elsa berdiri sambil menggendong anak kecil yang terus membenamkan wajahnya di bahu Elsa.
Seelah Wijaya dan Maya, pergi. Tidak lama, seorang laki-laki mendekati Elsa, karena dia mengenali anak kecil yang ada dalam gendongan gadis remaja itu.
"Maaf dek ... ini anak saya," kata laki-laki itu.
"Oh ... maaf om ... apa buktinya dia anak om? Memang saya menemukan dia di area mandi bola, tadi dia terus menangis," kata Elsa.
Anak kecil itu menegakkan wajahnya dan melihat dengan siapa wanita yang menggendong nya itu bicara, "Ayah!!" Teriak anak kecil itu.
Elsa pun sampai kaget
"Apa perlu bukti lain?" Tanya laki-laki itu sambil tersenyum pada Elsa.
Elsa menggeleng dan menyerahkan anak kecil itu pada ayahnya.
Di saat yang sama, dikejauhan, Indra, teman Wijaya salah faham, dia mengira Elsa kekasih adiknya itu.
Indra mengambi foto tepat momen saat Elsa menyerahkan gadis kecil itu pada ayahnya.
Sedang di sudut itu, Elsa segera menelpon pamannya, memberitahu, bahwa si gadis kecil tadi sudah bertemu dengan ayahnya,
Wijaya memastikan hal itu. Dia segera menelpon Indra. Jawaban indra pun begitu memuaskan. Bahwa benar anak itu sudah bersama ayahnya.
"Makasih ya Wi ... anak itu sudah sama ayahnya, orangnya aktif banget Wi ...." lirih Indra.
"Oh ... syukurlah ... kalau begitu aku tutup ya," seru Wijaya.
Panggilan telepon ber akhir.
Elsa lebih memilih menunggu paman dan bibinya di parkiran.
Wijaya tidak sengaja bertemu dengan Indra, temannya itu, di Area bermain. Mereka pun mengobrol sebentar.
Elsa masih menunggu pamannya, ternyata tidak jauh dari dia berdiri, terparkir mobil milik ayah si anak perempuan tadi.
"Nunggu jemputan dek?" Tanya laki-laki itu.
"Enggak ... saya nunggu paman dan bibi," jawab Elsa, "kami kemari naik motor," ucap Elsa seraya menunjuk ke arah motornya, Elsa pun menyapa si gadis kecil itu.
Lagi-lagi, Indra kembali melihat keadaan itu, dia semakin yakin, bahwa wanita itu kekasih adiknya.
Indra sekeluarga melilih pergi lewat jalan lain, agar adiknya tidak canggung melihatnya.
Tidak lupa juga, Indra mengambil foto lagi, saat Elsa mencubit lembut pipi si gadis kecil.
"Permisi Om ... itu paman dan bibi saya sudah datang," seru Elsa. Dia segera pergi meninggalkan ayah dan anak itu.
Sedang ayah dan anak itu segera masuk mobil dan pergi dari tempat itu.
"Dasar!!! orang tua macam apa? Anak sendiri aja gak di awasin, dasar laki-laki ceroboh!!!" Gerutu Elsa, mengutuki laki-laki yang dia temui barusan.
Mereka semua pulang ke rumah masing-masing.
***
Di rumah Indra.
"Aku senang mah ... akhirnya Fattah punya pacar juga," lirih Indra.
"Kok aku ragu pah ... soalnya gadis sama Fattah itu muda banget," seru Fira istri Indra.
"Mungkin Fattah suka sama daun muda mah ...." seru Indra.
"Fattah gak boleh egois pah ... soalnya dia cari istri juga harus tepat jadi ibu Nazwa, nah tadi ... muda banget ... apa dia mau jadi ibu sambung Nazwa?" Tanya Fira.
"Sudah mah ... kita lihat nanti," seru Indra.
_______
Di rumah Maya.
Marni sangat cemas menunggu anak menantu dan cucunya, yang belum juga pulang, seketika hatinya tenang karena melihat anak cucunya kembali.
Elsa langsung memeluk neneknya, dia langsung mengajak neneknya kekamar untuk tidur. Sedang Maya dan Wijaya menidurkan Dzikri, setelah Dzikri tidur mereka pun pergi menuju kamar mereka.
Begitu juga Elsa, setelah menemani neneknya sebentar dia segera kembalo ke kamarnya, untuk merehatkan tubuhnya yang lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
@InunAnwar
weh ga jg dpt Alvin pria singgle, malah dpt duda beranak satu😆😆
2022-01-06
0
Ervina 123
lanjuut thor
2021-02-15
0
Kenza al_el
masih berharap elsa jodoh sm alvin 🤭
2020-10-21
0