Ikrar janji yang Elsa ucapkan pada nenek nya mengeriang di benak nya. Namun masa masa indah yang dia lalui bersama Alvin selau terbayang memenuhi benak nya. Saat bersama Alvin, kadang makan bakso, makan mie ayam atau sekedar bercanda di kedai jus yang tidak jauh dari sekolah Dzikri. Namun semua itu direnggut begitu saja dari nya.
Batin Elsa terasa sesak. Menepati janjinya pada nenek nya dan meng akhiri hubungan dengan Alvin yang baru di mulai? atau membohongi nenek nya dan terus berhubungan dengan Alvin.
"Ya Tuhan..." gumam elsa.
"Kalau seperti ini cinta...? mengapa berat!!!!. Aku cinta pada nenek dan keluarga ku, tapi aku juga menyukai orang yang mencintai ku. Kenapa aku harus memilih salah satu, dan harus melepas yang satu," ringis Elsa.
"Ini baru di mulai ... kenapa harus ber akhir..." jeritan Elsa.
_________
Hari yang begitu berat ini mulai menghampiri kehidupan Elsa. Ia melepaskan cinta pertamanya pada seorang laki-laki. Demi cinta pertama dihidup nya, yaitu sang nenek.
Elsa tidak ingin membuat nenek nya bersedih.
Ia pasang wajah ceria dan senyumam.
walau hati perih dan pergi melayang berkelana entah ke mana.
Di sudut lain, wajah kesedihan juga memenuhi wajah Alvin. Dia sudah terbiasa melihat senyum pujaan hati nya setiap pagi dan siang, di hari hari sekolah,
sekarang, jangankan melihat, mendengar suaranya saja sekarang tidak bisa, arena Elsa tidak dapat di telepon lagi.
Alvin hanya melihat Dzikri yang kadang melambaikan tangan melempar senyum dan menyapanya ketika Dzikri lewat jika melihat nya. Hati Alvin begitu kalut.
Ia sangat merindukan Elsa. Namun tak kunjung bisa menemui nya, dan entah kapan bisa menemui nya.
Para pegawai prihatin melihat bos nya yg kini kehilangan keceriaan nya.
"Di lamar aja bos... biasanya kalo di lamar keluarganya pasti kasih izin bos, kan pacarannya sesudah menikah..." seru salah satu pegawai Alvin.
"Iya... tapi tahun depan saja," jawab Alvin.
"Bos yakin tahun depan?, kalo keduluan orang gimana?" Tanya salah satu pegawai nya.
Alvin diam tak membahas pertanyaan pegawai nya itu.
______
Dan di belahan lain nya,
Wijaya sedang istirahat di tempat kerja, dia tengah berbicara sesama rekan kerja nya. awal nya obrolan santai menyangkut pekerjaan. Lama lama, kedua nya saling curhat masalah keluarga.
"Beberapa bulan ini aku rasa bingung, bagaimana bicara sama mertuaku, Ndra," lirih Wijaya.
"Kenapa mertua kamu galak??" Tanya Indra.
"Enggak lah, mertuaku baik, cuma permintaan dia itu, dia minta agar aku carikan suami buat cucu nya, itu ... ponakanku yang tinggal bersama ku sejak kecil," terang Wijaya.
"Kalo kamu bingung carikan jodoh buat ponakan? lah aku bingung bagaimana nyuruh nikah lagi adik aku yang cerai kemaren. Anak nya yang kasian gak ada sosok perempuan sebagai ibu. Cuma ibu aku sama pembantu yang ngurus anak itu," lirih Indra.
"Aduhai ... macam macam saja masalah hidup ya? di kehidupan yang tenang gini ada... aja! gelombang unik yang mengahanyutkan," seru Wijaya.
kedua nya tertawa terbahak. Mereka kembali bekerja, karena jam istirahat sudah habis, "Saat nya bekerja!!" Seru keduanya bersamaan.
________________
Elsa benar benar menepati janji nya pada nenek, dia tidak lagi pergi ke kelapangan saat sore seperti biasa nya. Dia habis kan waktu senggang nya menonton tv dan kadang menjahili Dzikri sebagai hiburan. Kadang melakukan tugas rumah yang tidak penting, asal kan jangan bengong.
Maya merasa sangat terbantu sejak Elsa tidak pernah ke luar, karena segala pekerjaan semua di kerjakan Elsa, namun hati kecil nya merasa kasian pada ponakan kesayangan nya itu. Elsa tidak pernah merepot kan nya dengan permintaan kebutuhan kecantikan ataupun minta uang jajan.
Hari ini Maya memutuskan mengajak Elsa jalan sekalian menjenguk Ardi yang kini mendekati ujian kenaikan kelas.
Tanpa repot repot semua sudah di siapkan Elsa, Elsa membantu memasak untuk Ardi dan menyiapkan semua yang akan di bawa untuk menemui Ardi.
Setelah semua selesai akhir nya Elsa dan Maya berangkat dengan motor nya menuju kost an Ardi yang lumayan jauh dari rumah mereka.
Sesampai di kost an Ardi. Wajah Ardi begitu bahagia melihat kedatangan ibu dan kaka sepupu nya, apalagi mereka membawa masakan ke sukaan Ardi.
Ardi bahagia melihat ibu dan kaka nya,
tanpa terasa air mata kebahagiaan Ardi menetes.
"Loh kok anak laki nangis," ejek Elsa,
Ardi tersenyum malu.
"Ardi seneng ka, ada kaka yang bantuin ibu di rumah, ibu juga jadi enggak sepi di rumah ada nenek dan kaka. Kalo Dzikri masih kecil mana ngerti dia kalo ibu butuh sandaran atau apa," ucap Ardi,
Maya terharu sambil mengusap kepala anak nya yang begitu dewasa pemikiran nya,
Elsa bersandar di bahu Maya, sedang Ardi bersandar di bahu yang satu nya,
"Bu ..." rengek Ardi,
"Gimana yah ibu nanti... kalo ka Elsa nikah," lirih Ardi.
Elsa terkejut mendengar perkataan adik nya,
Dalam hati nya 'menikah ...? ' tidak sedikit pun tidak ada rencana itu dalam hidup nya, memimpikannya pun tidak. Saat itu juga ia teringat ucapan nenek nya,
bahwa nenek nya bahagia jika sempat melihat cucu nya nanti menikah. Hati Elsa terasa sesak, apakah secepat ini ia meninggalkan neneknya dan memulai kehidupan baru .
Maya menyentuh wajah Elsa lembut, hingga Elsa tersentak dari lamunan nya.
"Tentu ibu akan sangat kesepian, sangat kerepotan, sangat susah dalam segala hal di rumah jika kak Elsa menikah," ucap Maya.
"Selama ini tugas ibu di selesai kan oleh Elsa" lirih Maya sambil ter senyum.
"Entah... bagaimana repot nya ibu, jika Elsa tidak tinggal bersama ibu," ringis Maya.
Namun bukan Ardi, jika tidak bisa mengubah suasana sedih kembali ceria.
"Tenang bu ... kak Elsa itu jelek!!! mana ada laki laki yang mau nikahin dia," ejek Ardi.
"Bibi ..." rengek Elsa.
"Ardi ... jangan kelewatan becanda nya, kasian kaka jadi perawan tua," seru Maya.
Elsa meringis karena ucapan bibi nya,
sedang Maya dan Ardi tertawa terbahak bahak.
Ardi terus saja mengejek Elsa hingga canda kedua nya mengukir tawa di wajah Maya.
Mereka memutus kan jalan jalan di area perbelanjaan dekat kost an Ardi. Sekalian membeli perlengkapan untuk ulangan Ardi. Tanpa Elsa sadari, sepasang mata selalu memandangi nya.
Alvin ... yang selalu melihat nya dari kejauhan,
Alvin mengira Ardi kekasih Elsa, sehingga Elsa memutus kan hubungan dengan nya dan memutus komonikasi mereka.
"Cuih ...!!" Alvin meludah, untung saja Alvin masih di area taman.
Alvin melihat Elsa yang memasuki pintu utama pusat perbelanjaan. Selalu menempel pada lelaki itu
Alvin sungguh kesal melihat pemandangan itu, dia tidak mengetahui kalau Elsa bersama sepupu nya.
"Tangis buaya ...!" Seru Alvin.
"Alasan nenek nya ... bilang saja ada cinta baru " gerutu Alvin.
Mata nya menatap tajam ke arah pada sudut di mana Elsa berada dan bercanda sama Ardi sepupu nya. Setelah sore Elsa dan bibi pamit pulang.
Di rumah.
Wijaya dan Marni membahas tentang suami buat Elsa, Marni selalu menagih janji wijaya yg berjanji akan mencarikan calon suami buat Elsa.
"Nak ... sudah kah kamu menemukan calon buat Elsa?" tanya Marni.
"Tidak segampang itu mak ... ini cari suami ... bukan cari barang..." lirih Wijaya.
"Aku sudah bicara sama teman dan bicara dengan pemuda yang masih lajang, tapi rata rata mereka sudah punya calon, dan sisa nya ga niat cepat menikah. Alasan membahagiakan orang tua dan lainnya." terang Wijaya.
"Elsa itu gak jelek ... kenapa kita belum menemukan calon suami buat nya" lirih Marni.
"Sabar mak... yang terbaik akan datang jika kita sabar." lirih Wijaya.
Tidak lama Elsa dan Maya sampai rumah.
Marni dan Wijaya segera menghentikan pembicaraan mereka tentang suami buat Elsa.
Setelah menyalami nenek dan paman, Elsa langsung ke kamar nya. Untuk mandi dan bersiap melakukan segala kewajiban nya.
Wijaya mulai membuka pembicaraan.
" Sepertinya kita harus terimakasih sama kaka," seru Wijaya.
"Kalo dia gak lahirin Elsa ... entah apa hidup kita bisa bewarna seperti ini atau tidak." Lirih Wijaya.
"Apalagi kamu Maya ... segala kegiatan mu di bantu Elsa, kita hutang banyak sama Elsa," lirih Wijaya.
Namun kata-kata itu menusuk hati Marni.
dia ingat betul bagaimana mama Elsa memperlakukan Elsa waktu bayi.
Marni tidak mungkin menampakkan kesedihan nya di depan anak dan menantu nya. Marni pun permisi untuk masuk ke kamar nya. Dia ingin menyembunyikan air mata nya.
Marni tidak jadi ke kamar nya. Dia malah masuk ke kamar Elsa, Elsa tengah bersiap untuk ke dapur memasak makan malam.
"Nenek ..." sapa Elsa. Dia kaget melihat nenek di kamarnya.
"Elsa ... nenek bahagia melihat mu menepati janji " lirih Marni
"Elsa tidak keluar rumah ... Elsa juga patuh... nenek semakin bahagia dan bangga sama Elsa". lirih Marni.
Elsa tersenyum,
"Kebahagiaan nenek adalah kebahagiaan terbesar Elsa," lirih Elsa memeluk nenek nya.
Marni semakin erat memeluk cucu nya.
yang begitu pandai membuatnya bahagia.
_________
waktu terus berlalu, selesai sudah makan malam ini.
"Bi.... mulai malam ini Elsa mohon Elsa yang bereskan semua nya di dapur" pinta Elsa sambil tersenyum.
"Loh ... kenapa?" Tanya Maya.
"Enggak kenapa napa ... Elsa pengen aja bi ... jadi bibi ke kamar aja lanjutin tugas yang lain, atau bantuin Dzikri mengerjakan PR," jawab Elsa.
"Ya sudah ... bibi setuju, tapi ini mau kamu ya ... bukan bibi yang nyuruh," seru Maya.
Elsa membereskan dapur dan meja makan. selesai dia segera ke kamar nya untuk tidur. sesekali dia teringat Alvin. Laki laki yang sempat mengisi hati nya.
Elsa merindukan Alvin, dia buka blokiran wa Alvin dan memulai chat.
"Hai ... malam vin ... gimana kabarmu? " Elsa
Alvin di seberang sana kaget melihat notif bertulis Elsa
"heh ... habis putus kali ya jadi inget gue " gerutu Alvin.
Alvin segera membalas chat Elsa.
"Tumben lo inget gue? tumben juga lo buka blokiran gue, habis putus ...?" Alvin.
"Vin ... aku cuma pasti in kamu baik baik aja ... maaf aku terpaksa putuskan hubungan kita demi nenek " Elsa.
"Nenek di bawa bawa, kalo punya cinta baru ngga usah bawa bawa nenek, oke kita putus!!!" Alvin.
"iya ... aku senang kalau kita sama sama merelakan, kita putus sebagai pacaran, namun kita bisa lanjutkan sebagai teman. Tapi kalo kamu bener cinta sama aku, aku berharap kamu lamar aku ke rumah paman ku," Elsa
"Nenek gak suka aku pacaran, nenek maunya aku nikah, kalau kamu beneran cinta aku ... ini alamat rumah pamanku, lamar aku," Elsa.
Elsa memberi alamat rumah paman nya.
"Kenapa minta aku yang lamar? pacar kamu yang lain gak ada apa yang bisa kamu minta lamar kamu?" Alvin.
Elsa langsung diam, ternyata Alvin tidak seperti perkiraannya.
***
Sore hari lapangan Hijau Mas.
Alvin sengaja mendekati gadis lain yang ada di lapangan itu, berharap Elsa melihat dan cemburu, dan sakit hati seperti dia. Harapan Alvin pun terkabul.
Elsa berjalan bersama nenek nya, setelah pulang dari pengajian ba'da asar di mesjid sekitar situ, yang mana jalan pulang nya melewati salah satu sudut lapangan itu. Elsa melihat Alvin bermesraan dengan pacar baru nya. Tapi entah kenapa tidak ada kecewa di hati nya. Dia merasa bersyukur melihat Alvin bahagia.
"Nenek senang bukan kamu di gandengan laki-laki itu, nenek pernah lihat kamu dulu bicara sama laki-laki itu, lihat ... untung bukan kamu wanita yang dia peluk, kalo kamu yang dia peluk ... nenek bisa mati!!! " seru Marni.
Elsa kaget, dia baru sadar kalau neneknya pernah melihatnya bersama Alvin, rupa nya nenek nya selalu memperhatikan nya setiap pulang pengajian di jam-jam seperti ini.
"Maafin Elsa nek ..." lirih Elsa.
Melihat Elsa di kejauhan bersandar pada nenek nya Alvin mengira Elsa sakit hati melihat nya dengan pacar baru nya. Alvin terlihat puas. Namun batin nya sakit melihat wanita yang selama ini dia damba kan bersedih karena ulah nya. Bagaimanapun Alvin benar benar mencintai Elsa.
Elsa dan neneknya meneruskan perjalanan pulang ke rumah. Sungguh tidak bisa di ungkap kan kebahagiaan marni, dia sangat bahagia karena Elsa sangat patuh pada nya. Elsa juga bahagia, melihat Alvin dan neneknya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ervina 123
Alvin salah sasaran
2021-02-15
0
Sumiyati
kasian Elaa berkorban dmi yg lain
2020-08-13
1