Niatnya Kebangetan -Menggenggam

"Aku juga tidak tahu alasan pastinya apa, Mamaku tidak pernah memberitahuku tentang alasan kepindahan kami" jawab Rean

"Oh" ucap Suna

"Oh iya, sekarang kamu sekolah di SMP mana?" tanya Suna

"Aku sekolah di SMP Tunas Sakti" jawab Rean

"SMP Tunas Sakti" ucap Suna mengulang nama sekolahnya Rean

"Iya" jawab Rean

" SMP Tunas Sakti yang ada di kota J kan?" ucap Suna bertanya

"Iya benar, setelah lulus sekolah dasar, aku dan Mamaku kembali lagi ke kota ini" jawab Rean

"Kok bisa ya, selama tiga tahun ini kita tidak pernah bertemu satu sama lain, padahal sekolah kita itu berdekatan loh" ucap Suna

"Memangnya kamu sekolah di SMP mana?" tanya Rean

"Aku sekolah di SMP Tunas Cendikia" jawab Suna

"SMP Tunas Cendikia yang jarak 500 meter dari sekolahku kan?" tanya Rean

"Iya" jawab Suna

"Ya ampun, kok bisa-bisanya kita tidak pernah bertemu satu sama lain selama tiga tahun ini, padahal dulu aku pernah ke sekolah kamu loh" ucap Rean

"Benarkah?" tanya Suna

"Iya, dulu aku bersama dengan teman se-team basketku berkunjung ke sekolahmu untuk memenuhi undangan pesta olah raga di sekolahmu" ucap Rean

"Oh, jadi kamu salah satu anggota team basket di sekolah SMP Tunas Sakti" ucap Suna

"Iya" ucap Rean

"Aaaaa, aku merasa menyesal sekali karena dulu aku selalu bolos dan tidak pernah berangkat ke sekolah setiap kali acara pesta olahraga di selenggarakan" ucap Suna

"Apakah kamu tidak suka dengan acara-acara seperti itu?" tanya Rean

"Iya, aku tidak terlalu menyukainya, karena aku payah dalam bidang olahraga, dan aku lebih senang menghabiskan waktuku untuk membaca buku, ketimbang menonton acara pertandingan atau perlombaan olahraga" ucap Suna

Kini obrolan Rean dan Suna terhenti sebentar, karena pesanan yang mereka pesan sudah datang, dan sedang di letakkan oleh pelayan ke atas permukaan meja mereka, setelah tugasnya selesai, pelayan cafe itu segera meninggalkan mejakan mejanya Rean dan Suna.

Rean dan Suna mulai menikmati makanan dan minuman yang kini sudah terhidang di hadapan mereka, dan mereka mulai melanjutkan obrolan mereka kembali yang tadi sempat terhenti

"Oh iya, kamu mendaftarkan diri di Sekolah Tunas Legenda ya?" tanya Rean

"Iya" jawab Suna

"Kamu tes ujiannya tanggal berapa?" tanya Rean

"Tanggal dua puluh satu, kalau kamu?" tanya Suna balik

"Aku juga tanggal dua puluh satu" jawab Rean

"Wah, ternyata jadwal kita sama" ucap Suna

"Oh iya, kamu bangkunya nomor berapa?" tanya Rean

"Nomor 265, dan letak bangkunya berada pada barisan paling depan" ucap Suna

"Kalau kamu?" tanya Suna

"Aku nomor 275, dan letak bangkunya dekat dengan pintu masuk/keluar bagian belakang" ucap Rean

"Jarak bangku kita jauh sekali ya" ucap Suna dengan nada suara yang kecewa

"Tidak usah kecewa seperti itu Na" ucap Rean

"Niatnya itu.... aku mau minta jawaban dari kamu" ucap Suna

"Haha, kamu ada-ada saja Na" ucap Rean

"Hahaha" tawa Suna

"Oh iya, aku dengar katanya soal-soal yang di bagikan kepada setiap peserta itu berbeda-beda semua ya?" ucap Suna lagi

"Iya, aku dengar juga begitu, hanya essai saja yang soalnya sama" ucap Rean

"Mm menurut kamu, soal-soal pilihan ganda itu beneran semuanya beda atau hanya nomornya saja yang di acak?" tanya Suna

"Menurut para kakak kelas yang dulu pernah mengikuti tes ujian masuk itu, semua soalnya berbeda semua dengan soal-soal lainnya, mungkin hanya beberapa saja yang soalnya sama" ucap Rean

"Wah, Tunas Legenda niat banget kayanya dalam membuat soal-soal untuk tes ujian masuk itu" ucap Suna

"Iya mereka memang niat banget" ucap Rean

"Re, kalau di hitung-hitung, soal yang di buat oleh pihak Tunas Legenda itu ada sekitar 1000 di kali 400 peserta, sama dengan kurang lebih 400.000 soal" ucap Suna

"Wah, ini mah niatnya kebangetan" ucap Suna lagi

Rean hanya tertawa mendengar perkataannya Suna.

***

Setelah berbicara panjang lebar, Rean dan Suna saling bertukar nomor telepon, selain itu mereka juga saling mem-follow akun media sosial mereka masing-masing.

Karena hari sudah mulai menjelang sore, Rean dan Suna memutuskan untuk pulang ke rumah, mereka berdua juga takjub dengan diri mereka sendiri yang tanpa di sadari sudah duduk berjam-jam di dalam cafe ini, selain itu makanan dan minuman yang mereka konsumsi juga sudah cukup banyak, sehingga Rean harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk membayar semua makanan dan minuman yang mereka berdua konsumsi.

Awalnya Suna yang akan membayar semua tagihan itu, akan tetapi Rean bersikeras bahwa dirinya yang akan membayar semua tagihan itu, akhirnya Suna dan Rean bersepakat bahwa mereka berdua akan saling bergantian mentraktir satu sama lain, jika hari ini Rean yang membayarnya, berarti di pertemuan yang akan datang, Suna yang akan membayar makanan mereka.

Kini Suna dan Rean sedang berjalan ke halte bus trans-J terdekat, ketika sedang berjalan, tangan kanannya Suna dan tangan kirinya Rean beberapa kali sempat bersenggolan, dan akhirnya Rean memberanikan dirinya untuk menggenggam tangan kanannya Suna.

Suna langsung menoleh ke arahnya Rean ketika merasakan telapak tangan kanannya di genggam oleh tangannya Rean, akan tetapi pandangan matanya Rean masih tertuju ke arah depan dengan senyuman kecil yang terukir di bibirnya, akhirnya Suna juga ikut tersenyum, dan rona merah di wajahnya Suna mulai muncul secara perlahan.

Ketika mereka sudah sampai di halte bus, genggaman tangannya Rean dan Suna belum terlepas, kini mereka berdua duduk bersebelahan dengan tangan yang saling bertautan.

Sebenarnya Suna dan Rean tidak perlu bersusah payah naik bus, karena mereka berdua memiliki supir pribadi yang siap menjemput mereka kapan saja, akan tetapi Rean dan Suna masih ingin bersama-sama jadi mereka lebih memilih untuk naik kendaraan umum, agar waktu kebersamaan mereka berdua tidak cepat berakhir.

Bus trans-J yang mereka tunggu kini sudah berhenti di halte ini, Rean dan Suna mulai naik bus itu, setelah berada di dalam badan bus itu, Rean dan Suna mendapati bahwa kursi penumpang yang masih kosong hanya tersisa untuk satu orang saja, dan Rean meminta Suna untuk duduk di kursi itu, Suna pun mengiyakannya dan dia mulai duduk di kursi kosong itu.

Setelah lima belas menit perjalanan, Suna dan Rean kini sudah sampai di halte bus yang dekat dengan area komplek rumahnya Suna, mereka berdua mulai turun dari dalam bus itu.

Kini Suna dan Rean mulai berjalan lagi menuju rumahnya Suna yang jaraknya kira-kira 300 meteran dari pintu masuk komplek Kenanga Empat.

Rean sengaja menawarkan dirinya sendiri untuk mengantarkan Suna sampai ke depan pintu rumahnya Suna, karena Rean mengkhawatirkan keselamatannya Suna dan Rean juga tidak tega jika membiarkan Suna berjalan seorang diri.

Sepanjang perjalanan tangannya Rean dan tangannya Suna saling bertautan kembali, mereka berdua mulai membahas hal-hal yang tidak penting selama perjalanan, sesekali mereka tertawa dengan cerita-cerita konyol yang Rean ceritakan.

Kini mereka berdua sudah sampai di depan pintu gerbang rumahnya Suna, Suna menawarkan kepada Rean untuk mampir terlebih dahulu, akan tetapi Rean menolaknya secara halus karena Rean baru ingat bahwa hari ini dia akan di pertemukan dengan kenalan Mamanya, Suna pun tidak tersinggung dengan keputusannya Rean, bahkan Suna menawarkan supir pribadinya untuk mengantarkan Rean pulang, tapi lagi-lagi Rean menolaknya karena ternyata Rean sudah menghubungi supir pribadinya sendiri, dan benar saja tidak lama kemudian datang sebuah mobil berwarna hitam menjemput Rean.

Setelah memastikan Suna masuk kedalam pintu gerbang rumahnya Suna, barulah setelah itu Rean mulai masuk kedalam mobil hitam tersebut, dan perlahan mobil hitam itu pergi meninggalkan area komplek Kenanga Empat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!