Sweet Covenant - 5. Dia, Siapa?

KELAS 10-2

SMA DHARMA BHAKTI, KOTA X

"sraattt... "

"sraaaat..."

"sraaat... sraaatt... sraattt..."

Pagi itu sebelum bel masuk berbunyi, Irina sudah duduk manis di bangkunya yang terletak di bagian depan paling kanan dekat dengan pintu masuk kelas. Sudah sebulan ini dia hanya duduk sendiri. Meskipun dia ingin sekali duduk dengan Veronica sebagai teman sebangkunya, sayangnya hal tersebut tidak mungkin karena wali kelas telah mengatur tempat duduk mereka sedemikian rupa.

Irina masih sibuk memperhatikan buku catatannya. Di dalam bukunya tertulis daftar nama teman sekelas begitupun dengan keterangan data pembayaran uang kas kelas, SPP dan lain-lain. Yupp! Irina menjabat sebagai bendahara kelas, di waktu senggangnya selain belajar, Irina mengisi waktunya untuk mengatur ulang seluruh catatan setoran teman-temannya.

Kali ini Ia sangat sibuk mencoret-coret setiap nama yang telah membayar uang SPP dan bermaksud mengumpulkan kepada Bendahara Sekolah bagian SPP karena sekarang sudah memasuki akhir bulan.

Di dalam catatannya seluruh nama telah selesai di coret sebagai bukti bahwa mereka telah melunasi pembayaran uang SPP, kecuali satu orang: RIAN S. HERDIAN

Irina berpikir keras dalam dunianya sendiri.

"Hmmm... Bagaimana menagihnya yaa?"

"Perasaan dari awal masuk kelas, orang ini nggak ada deh..."

"Haiiih, padahal hari ini kepengen banget setor semua uang SPP, sudah ngumpul semua kecuali dia ini."

Bel masuk berbunyi, sekolah yang tadinya sepi dan hanya menunjukkan wujud segelintir siswa tiba-tiba berubah menjadi keramaian hiruk pikuk siswa yang ingin masuk ke dalam kelasnya masing-masing.

Irina menutup buku catatannya, menyimpan di dalam tas lalu mempersiapkan buku pelajaran yang akan dipelajari pagi itu. Setelah semua siswa sudah duduk manis di bangkunya masing-masing, tak lama guru pun masuk kelas.

Pelajaran dimulai dengan rutinitas awal seperti pada umumnya, berdoa bersama lalu mengucapkan salam kepada guru. Setelah kurang lebih hampir setengah jam pelajaran pertama berlalu, tiba-tiba seorang murid laki-laki yang asing di mata Irina, masuk.

"Maaf, bu... Saya terlambat." ucapnya dingin.

"Oh, kamu... Iya, silahkan duduk." Guru tersenyum manis.

"Heh?" Irina bengong sendiri melihat sikap guru di depan matanya. Guru yang biasanya langsung marah-marah ketika ada murid yang terlambat tiba-tiba tersenyum manis, bahkan tanpa basa basi segera mempersilahkan murid tersebut untuk duduk.

"Mungkin dia memang sudah izin sebelumnya, mungkiiiii... iiin..." Irina membatin dan menenangkan dirinya sendiri dari kebingungannya.

Sambil masih memperhatikan tulisan di papan tulis yang harus dicatatnya, Irina diam-diam memperhatikan langkah kaki murid laki-laki tersebut yang semakin mendekati bangkunya.

"Tunggu?! Jangan-jangan dia....." Irina terkejut ketika murid tersebut akhirnya duduk di sampingnya dan meletakkan tas miliknya dengan asal-asalan. Irina memperhatikan sekeliling ruangan kelasnya, memang semua bangku telah terisi penuh, berarti memang murid itu seharusnya duduk di sampingnya.

Irina menulis sesuatu di belakang bukunya dan menyerahkan secara diam-diam kepada teman sebangkunya.

"Hei... Kamu Rian?"

Murid itu hanya melihat buku yang disodorkan kepadanya dan melirik dengan malas ke arah Irina. Irina mengambil bukunya dan menulis kembali.

"Hei... Aku cuma mau memastikan," Irina kembali menyodorkan bukunya, murid itu mengambil dan menutup buku milik Irina dan menyodorkan buku itu kembali ke hadapan Irina.

"ASTAGA! SOMBONG BANGET SIH?!" batin Irina.

Irina akhirnya memilih untuk berhenti mengganggu teman sebangkunya, kembali menyibukkan dirinya untuk mencatat pelajaran. Sesekali dia memperhatikan murid laki-laki yang ada di kelasnya.

Meskipun sudah sebulan berlalu, Irina belum begitu hafal dengan nama dan wajah teman-teman sekelasnya. Kali ini Ia sedang mencoba memastikan siapa-siapa nama dari mereka semua.

***

Dua mata pelajaran telah usai dijalani, bel istirahat sesi pertama pun berbunyi. Setelah guru keluar dari kelas, seluruh siswa pum hiruk pikuk keluar dari kelas dengan riang gembira. Irina buru-buru memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas dan mengeluarkan buku kas keuangannya. Teman sebangkunya baru saja akan beranjak pergi dari bangkunya.

"Hei... Tunggu!"

"Ada apa? Aku lapar, mau ke kantin."

"Ya ampun, akhirnya dia bicara juga..." batin Irina.

"Aku sudah bilang, aku cuma mau memastikan, kamu Rian bukan sih?"

"Iya, aku Rian." jawabnya datar lalu beranjak pergi.

"Eh tunggu... Aku belum selesai..." Irina sedikit berteriak namun Rian tak peduli dan berlalu begitu saja.

"ASTAGA!!!" pekik Irina di dalam hati.

"Masih ada orang yang lebih dingin bahkan menyebalkan dari kakak!" batin Irina.

***

"Irina, ayoo kita makan. Aku lapaaaaarrrr...." ajak Veronica dengan manja sambil bergelayut di lengan Irina.

"Vero, aku masih ada urusan. Kamu sama yang lain dulu yaa, maaf yaa..." Irina buru-buru pergi meninggalkan Veronica.

Veronica sedikit kesal dan menunjukkan ekspresi wajah merengut dengan manja melihat Irina yang berlalu meninggalkan dirinya keluar dari kelas. Namun kemudian Ia memilih mengabaikan keadaan dan mencari teman sekelasnya yang lain untuk diajak makan di kantin.

"Ada apaan sih? Buru-buru amat, amat aja nggak buru-buru!" celetuknya.

"Yaa sudahlah!" celetuknya lagi sambil mengangkat bahunya.

"HEI.... KALIAN! ADA YANG MAU TEMANI AKU KE KANTIN NGGAK?! AKU TRAKTIR DEH!" teriak Veronica kepada teman-teman sekelasnya yang masih tersisa di dalam kelas.

Tak lama beberapa siswa berbondong-bondong menawarkan diri untuk menemaninya ke kantin.

***

Irina berlari terburu-buru sambil membawa buku catatan kas keuangan kelas. Ia menuju ke semua kantin sekolah mencari sosok yang ingin sekali ditemuinya, Rian. Setelah berkeliling ke beberapa kantin, akhirnya Irina mendapati sosok Rian sedang duduk makan sendirian di sebuah kantin paling ujung dan jauh dari keramaian.

"Rian!" Irina menghampirinya.

"Heemmm..." sahut Rian dingin sambil tetap menikmati makanannya.

Irina mengambil posisi duduk di depan Rian. Membuka buku catatannya dan menunjukkan pada Rian. Rian berhenti sejenak dari kegiatan makannya, mengernyitkan dahi melihat kelakuan Irina.

"Rian, kamu belum bayar uang kas kelas, selain itu kamu belum bayar uang SPP, besok aku sudah harus setoran ke kantor guru," Irina mencoba menjelaskan.

"Oooh..." Rian kembali melanjutkan kegiatan makannya.

Irina bengong. Ia mengambil waktu sejenak untuk menunggu reaksi Rian, namun yang dia dapatkan hanyalah sikap acuh dari Rian.

"Jadi?"

Irina tidak berani memaksa menagih uang karena Ia takut temannya tidak memiliki uang cukup untuk melakukan pembayaran. Irina bukan sosok yang tega dalam hal tagih-menagih, biasanya Irina memberikan kesempatan kepada teman-temannya untuk membayar di lain waktu.

Hanya saja, kali ini Irina agak terpaksa menagih sebab besok sudah hari terakhir untuk melakukan setoran.

"Aku nggak bayar SPP." ucap Rian singkat.

"Kenapa?" tanya Irina dengan polosnya.

"Kamu kenapa sih segitunya mau tahu?" ucap Rian dengan dingin.

"Eh?" Irina mulai merasa kesal.

"Aku bendahara kelas, besok aku harus setoran, tinggal kamu yang belum bayar." Irina mulai mengomel.

"Ya udah, setor aja. Bilang aja kalau aku nggak bisa bayar." Rian mengucapkan kalimatnya dengan santai.

"Apa?" Irina tercengang.

Rian berlalu meninggalkan Irina, membayar makanannya lalu pergi begitu saja. Irina semakin kesal dan segera menyusulnya. Ia mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Rian.

"Rian, tunggu!" teriak Irina.

Rian menghentikan langkah kakinya, mendengus kesal di hadapan Irina.

"Ada apa lagi sih??!!" ucap Rian kesal.

"Kamu bisa bayar makanan di kantin tapi nggak mau bayar uang kas! Kamu gimana sih?!" ucap Irina lebih kesal.

Rian hanya berlalu meninggalkan Irina tanpa menjawab sepatah katapun. Irina kesal. Sangat kesal!

***

Keesokan harinya...

Seperti biasa Irina sudah duduk manis di bangkunya sebelum bel masuk berbunyi. Sebenarnya, bukan karena Irina sangat rajin dan antusias untuk berangkat sekolah lebih pagi. Melainkan, Irina terpaksa karena berangkat sekolah harus selalu bersama Adrian, kakaknya. Dan... Adrian benar-benar orang yang tepat waktu.

Irina menghitung uang kas ditangannya serta masih melanjutkan mengatur catatannya. Hari ini Irina bermaksud untuk melakukan setoran ke kantor guru tepat di jam istirahat pertamanya. Kali ini Irina sangat menunggu kehadiran Rian, satu-satunya murid yang masih harus ditagihnya.

"Mudah-mudahan hari ini Rian masuk sekolah.. Kemarin hari pertama dia masuk setelah sebulan. Masa siih hari ini dia nggak masuk?" batin Irina.

Bel masuk kelas telah berbunyi. Seperti rutinitas biasanya, Irina memasukkan seluruh uang dan catatan kas miliknya ke dalam tas, lalu mengeluarkan buku pelajaran. Murid-murid sudah kembali ke kelas masing-masing begitupun para guru sudah mulai memasuki kelas yang mereka ajar, tidak terkecuali guru yang bertugas mengajar di kelas Irina. Kelas hening. Seisi sekolah pun terasa sangat hening, semua sedang sibuk dengan kegiatan belajar dan mengajar masing-masing.

Setelah 15 menit pelajaran berlangsung, Rian masuk dan menghampiri guru.

"Maaf Pak, saya terlambat." ucapnya datar.

"Ooh kamu, silahkan..." Guru mempersilahkan Rian duduk di bangkunya.

"Eh? Lagi?" Irina masih heran dengan sikap guru yang ramah melihat Rian terlambat.

Rian duduk di bangkunya. Irina segera menulis di belakang bukunya dan menyodorkan kepada Rian.

"Hari ini terakhir setoran!" tulisnya.

Rian membaca tulisan Irina. Sambil menarik nafas panjang, Rian menulis sesuatu di bawah tulisan Irina lalu memberikan pada Irina dengan malas.

"BUKAN URUSANKU!!!" Irina terkejut melihat balasan tulisan dari Rian.

Irina memilih untuk kembali fokus dengan pelajarannya, dia berencana tetap melakukan setoran kas kepada gurunya dan mengadukan kelakuan Rian. Irina sangat tidak sabar menanti jam istirahat pertamanya.

"Lihat saja nanti!" Irina merutuk dalam hati.

"Kamu berani kan melawan aku? Akan aku adukan kamu sama Ibu Yoana!" Irina melirik tajam ke arah Rian yang terlihat sibuk memperhatikan guru mengajar di depan kelas.

Aura membunuh sungguh terasa dari tubuh Irina. Di dalam imajinasinya, Irina seperti monster kegelapan yang akan melahap Rian sang domba kecil tak bersalah.

***

Di kantor guru.

Irina menemui Ibu Yoana, guru yang bertugas untuk mengumpulkan setoran SPP dari kelas Irina.

"Bagaimana Irina? Ada kendala?" tanya Ibu Yoana sambil menerima catatan dan uang dari Irina.

"Maaf Ibu, sebenarnya itu belum lengkap... Eng.. Itu.." Irina gugup.

"Ada apa?" Ibu Yoana memerhatikan catatan Irina.

"Anu~ sebenarnya ada satu teman belum bayar SPP bu,"

"Siapa?"

"Itu Bu... Rian S. Herdian." jawab Irina mantap.

"Oooh, dia... Kalau dia memang nggak perlu bayar SPP,"

"Ooh begitu yaa Bu...."

"Iya, lain kali nggak perlu ditagih,"

"Baik Bu... "

Irina berlalu dari kantor guru, tiba-tiba Ia merasa bersalah kepada Rian karena dua hari ini memaksa Rian untuk membayar uang kas dan SPP. Namun, setelah apa yang dikatakan Ibu Yoana kepadanya, Irina merasa tidak enak, mungkin Rian memang tidak sanggup bayar SPP makanya mendapatkan toleransi dari pihak sekolah.

Ah! Irina benar-benar merasa bodoh dengan dirinya sendiri.

***

Di jam pelajaran berikutnya, Irina kembali menulis sebuah catatan di belakang bukunya dan diserahkannya kepada Rian secara diam-diam.

"Rian, maaf aku tadi maksa kamu bayar kas dan SPP. Kalau saja aku tahu lebih awal bahwa kamu mendapatkan toleransi dari pihak sekolah, aku nggak akan memaksa. Maaf...."

Irina memperhatikan bahwa Rian membaca dengan saksama tulisannya, sekilas Rian melihat ke arah Irina yang mencuri pandang ke arahnya. Irina terkejut dan segera kembali berpura-pura fokus dengan buku pelajarannya.

Rian tersenyum simpul dan mengembalikan buku Irina tanpa memberikan balasan tulisan apapun. Rian kembali fokus mengikuti pelajaran, mendengarkan arahan dari guru dengan saksama. Irinapun begitu, ia tak ingin memperkeruh keadaan dengan terlalu membahas rasa bersalahnya. Irina juga tidak tahu apa mungkin Rian akan meladeninya dengan baik atau buruk jika dia terus membahas ini. Irina tak mau ambil resiko.

***

Jam istirahat kedua, Irina duduk di kantin bersama dengan Veronica, sahabatnya. Mereka asik mengobrol sambil menikmati makanan mereka masing-masing.

Tak lama Irina menemukan sosok Rian yang lagi-lagi masuk ke kantin paling ujung, makan sendirian, terlihat tak tertarik dengan keramaian.

Irina memperhatikan penampilan Rian dengan saksama. Sebenarnya Rian sosok seorang murid laki-laki yang tampan dan rapi. Pakaiannya terlihat bersih, wajahnya pun bersih dan rambutnya rapi.

Irina dua hari ini tidak melihatnya bergaul dengan siapapun. Irina melihat Rian dengan iba, dimata Irina sosok Rian adalah sosok yang menyedihkan, miskin dan tak memiliki teman.

Irina berpikir, mungkin selama ini Rian tidak masuk sekolah karena harus bekerja dan lain sebagainya. Pikiran Irina penuh dengan imajinasi buruk dan menyedihkan mengenai Rian. Veronica memperhatikan Irina yang terlihat sibuk memperhatikan sesuatu.

"Irina, kamu ngeliatin apaan sih?"

"Eh?"

"Kamu kenapa?" Veronica mencoba mencari tujuan pandangan Irina.

"Itu... Aku ngeliatin Rian."

"Eh? Rian? Kamu naksir dia?" celetuk Veronica dengan santainya.

"Eh... Bukaaan... Aku cuma kasihan aja ngeliatin dia,"

"Kasihan? Kasihan sama Rian?" Veronica terkejut.

"Ssttt.. Nanti dia tahu lho kalau kita bicarain dia!"

"Tapi, kenapa kamu kasihan sama dia?" Veronica penasaran.

"Itu... Gimana yaa? Tadi pagi aku setoran uang ke Ibu Yoana. Sebelumnya, aku sudah maksa-maksa menagih uang kas dan SPP ke Rian, tapi dia nggak mau bayar. Ternyata tadi kata Ibu Yoana, Rian nggak perlu bayar,"

"Lho, terus? Kenapa jadi kasihan sama Rian?"

"Yaaa, karena nggak perlu bayar kan berarti Rian dapat keringanan dari sekolah kan? Mungkin dia dari keluarga kurang mampu. Aku kan jadi nggak enak, nagih-nagih terus dari kemarin,"

"Ha.. Ha.. Ha..." Veronica tak dapat menahan tawanya.

"Kok, kamu ketawa sih?" tanya Irina polos.

"Irina ku sayang, kamu itu salah. Kamu nggak tahu yaa siapa Rian?!"

"Eh? Memangnya siapa dia?" Irina heran.

"Dia ituuu....." Veronica membisikkan lanjutan kalimatnya di telinga Irina.

"ANAK PEMIILIK YAYASAN SEKOLAH KITA!"

"APPPPAAAAAA??!!" Irina terkejut.

Di tempat lain, Rian yang asyik menikmati makanannya dalam kesendirian tiba-tiba tersedak!

***

.

.

.

BERSAMBUNG...!

Terpopuler

Comments

🌴ᷤ͢ ᷤ ᷞ⃟𝒏𝒉𝒂ᚐ֟፝𝒗𝒊𝒏𝒂ᙇ͢៷⃑

🌴ᷤ͢ ᷤ ᷞ⃟𝒏𝒉𝒂ᚐ֟፝𝒗𝒊𝒏𝒂ᙇ͢៷⃑

hahahaaa beku deh tuh irina

2019-12-07

0

H.A.L.F

H.A.L.F

ada cast baru thor😊
wahhhh tambah pengen baca terus😊

2019-07-14

3

Ana Nur Afifah

Ana Nur Afifah

Ah lanjut thor

2019-07-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!