SWEET COVENANT

SWEET COVENANT

Sweet Covenant - 1. Surat Cinta

KELAS 10-2

SMA DHARMA BHAKTI, KOTA X.

“SRAAKK...!"

Sebuah surat cinta lagi-lagi diserahkan kepadanya, ini sudah yang kesekian kalinya dia menerima surat cinta sejak sebulan memulai kehidupan baru sebagai siswi SMA kelas 10.

Yaa, murid perempuan yang saat ini sedang menerima surat adalah Irina Domino, seorang siswi dengan penampilan yang biasa saja dan terkesan polos. Rambut panjang lurusnya yang berwarna hitam kecokelatan dibiarkan tergerai tanpa hiasan apapun dikepalanya namun kesederhanaan tampilannya itu memberi kesan manis pada wajahnya. Irina memiliki kesan sebagai seorang gadis yang kalem, tidak begitu berminat dengan kehidupan dunia cinta remaja yang berwarna-warni, hanya selalu fokus dengan pelajaran dan tugas jabatan kelasnya sebagai bendahara kelas. Hanya saja, baru-baru ini dirinya disibukkan dengan berbagai surat cinta yang diserahkan kepadanya setiap hari.

Yaa benar, SETIAP HARI!!!

TAPI...!!!

Ini bukan surat cinta yang diserahkan oleh para murid pria untuk dirinya, melainkan surat-surat ini datang dari para murid perempuan yang dititipkan kepadanya untuk seorang siswa idola di sekolah mereka. Siswa idola hampir seluruh siswi SMA Dharma Bakti yang kebetulan adalah “kakak”-nya. Entah harus bangga atau tidak? Irina benar-benar hanya merasa sangat direpotkan dengan keadaan ini.

“Irina! Tolong yaa, kamu sampaikan surat ini kepada Adrian. Jangan sampai kamu tidak memberikannya, atau kamu akan tahu akibatnya!” celetuk siswi cantik dihadapan Irina dengan nada bicara ketus dan sikap yang arogan. Sungguh angkuh namun tetap memberikan pesona yang elegan dan dinamis.

Siswi cantik itu bernama Senna Zain, siswi kelas 12 IPS 1 SMA Dharma Bhakti. Salah satu siswi idola dengan paras yang cantik dan merupakan ketua cheersleader yang terkenal di sekolah mereka bahkan kecantikan dan kemampuannya terkenal hingga di lingkungan sekolah-sekolah SMA lainnya di Kota X. Tentu saja popularitasnya didapatkan karena beberapa faktor menunjang mulai dari kecantikannya, kemampuannya, status sosialnya, serta karena dia adalah salah satu murid dari sekolah elit nomor 1 di Kota X, SMA DHARMA BHAKTI.

Yupp, benar sekali!

SMA DHARMA BHAKTI merupakan sekolah elit dan memiliki kualitas terbaik di Kota X. Tidak heran murid-murid yang terdaftar di sekolah ini bukanlah murid-murid sembarangan. Rata-rata mereka memiliki latar belakang status sosial yang berpengaruh di Kota X, minimal mereka adalah anak-anak dari karyawan perusahaan dengan jenjang kehidupan yang mumpuni.

Sebagai seorang gadis blasteran Indonesia-Perancis, Senna pantas diperhitungkan paras cantiknya. Bibir tipis memerah, mata yang tegas dan indah dengan pupil berwarna kebiruan, warna kulit yang terlihat bercahaya serta rambut lurus pendek diatas bahunya berwarna cokelat terang yang berkilau, dan jangan lupa dengan tubuhnya yang tinggi semampai dan langsing. Tubuhnya memberikan kesan seksi di usianya yang menginjak remaja dewasa tingkat akhir. Meskipun lagaknya sangat angkuh, Ia terkesan pantas untuk angkuh akan kecantikannya yang diatas rata-rata. Sikapnya yang arogan seperti dapat dimaklumi oleh semua orang karena kecantikannya. Sungguh penampilan memang mudah sekali membutakan penilaian manusia dan keindahan yang begitu banyak dapat menutupi keburukan lainnya.

“Memangnya begini yaa caranya minta tolong sama orang lain?” batin Irina.

"Dasar, nggak punya sopan santun!" Irina hanya memaki wanita tersebut di dalam hatinya.

Meskipun Irina begitu muak dengan sikap Senna yang memaksa namun Irina berusaha tersenyum manis dan masih sadar diri siapa perempuan menyebalkan yang ada dihadapannya. Mana mungkin Irina mau mencari masalah dengan senior, baginya lebih baik mengurusi perkembangan belajarnya dan hal-hal lainnya yang mendukung kebutuhan sekolahnya.

Bukankah sekolah memang tempat untuk belajar?

Bukankah sekolah memang tempat untuk menjadi lebih berkualitas?

Yaa, Irina benar-benar menganggap remeh hal-hal percintaan dan kompetisi murahan lainnya dalam kehidupan remaja. Dia hanya ingin menjadi murid yang lebih baik, murid yang berkualitas, murid yang diakui di sekolahnya karena prestasi.

Senna Zain adalah seorang senior yang tak bisa diremehkan siapapun. Hanya saja, ini baru pertama kalinya Irina dititipi surat dengan cara yang menyebalkan seperti ini. Memuakkan!

Irina sudah hampir mencapai puncak kebosanannya bila harus terus-terusan dititipin surat cinta untuk kakaknya. Dengan sikap Senna yang begitu arogan kepadanya, hampir saja rasanya Irina ingin meledak. Namun dirinya berhasil menahan emosinya mengingat siapa orang di hadapannya ini.

“Baiklah Kak Senna, aku akan sampaikan surat ini sesampainya di rumah. Kak Senna tidak perlu khawatir yaa.... ” jawab Irina dengan sopan dan tak lupa memberikan senyuman manis.

Tanpa bicara apapun Senna segera beranjak pergi setelah puas dengan jawaban Irina, meninggalkan Irina yang masih menyimpan rasa kesal atas sikap angkuh Senna. Irina melengos kembali duduk ke bangkunya dengan membawa surat cinta dari Senna secara asal-asalan.

"MEMANGNYA ETIKA MENGUCAPKAN TERIMA KASIH ITU SUDAH PUNAH YAA???"

Irina merutuk peristiwa yang baru saja terjadi di depan matanya dengan murka ketika dirinya sudah duduk manis di bangku kursinya.

Irina meletakkan surat itu di atas mejanya, ditatapnya dengan kesal dan dirinya merasa ingin sekali merobek surat tersebut. Ini bukan yang pertama kalinya Irina ingin sekali merobek surat-surat cinta yang diserahkan kepadanya, baginya ini adalah tugas yang berat dan memuakkan.

Toh, sebenarnya pada akhirnya semua surat-surat itu hanya akan berakhir di tempat sampah dan dirinya bukan mendapatkan ucapan terimakasih melainkan nyinyiran tajam dari pria dingin yang namanya tertera pada alamat tujuan surat, Adrian Domino.

Tapi, kenyataannya Irina tidak tega untuk mengabaikan semua amanah hati dari para murid perempuan yang dibutakan oleh kekagumannya atas idola mereka. Apalagi bila mereka terlihat begitu polos dan gugup ketika memberikannya kepada Irina. Meskipun sebenarnya setiap hari dititipin surat cinta itu sangat mengganggu, tetap saja Irina tidak berdaya. Tidak tega dengan harapan-harapan para murid perempuan yang diberikan kepadanya. PAYAH!

Irina menghela nafas berat dan membuang pandangannya ke luar jendela, melamun kosong sambil menikmati pemandangan di luar kelas. Di luar kelas nampak lapangan basket telah penuh dengan barisan murid kelas 12 IPA 3 yang sedang melakukan peregangan otot sebagai persiapan kegiatan pelajaran olahraga.

Tiba-tiba bola mata Irina menangkap sosok yang sangat dia kenal di barisan paling depan sebelah kanan. Yaa, dia menemukan sosok dingin milik Adrian, siswa idola yang menyebabkan Irina harus menanggung beban menyampaikan surat-surat cinta setiap hari kepadanya.

“Itu adalah... kakak....” gumam Irina.

“Kakak!!! Ini semua gara-gara kamu!!! Memangnya kamu pikir ini zaman apa?! zaman batu?! zaman kapur?! zaman purba?! Dengan seenaknya membuat aturan kepada semua fans-mu hanya boleh berkomunikasi denganmu melalui surat?! SMS nggak boleh! Berani whatsapp pun langsung di blokir! Dasar ngerepotin!!!” gerutu Irina yang hanya menggema di dalam kepalanya sendiri.

***

Yaa, begitulah...

Semua bermula ketika masa orientasi siswa. Sebagai ketua OSIS terlebih lagi dirinya sangat tampan, otomatis Adrian menjadi pusat perhatian para murid baru. Salah satu aturan selama mengikuti masa orientasi siswa adalah mengumpulkan tanda tangan para anggota OSIS. Ketika beberapa murid perempuan mengelilingi Adrian untuk minta tanda tangan, mereka semua sibuk menanyakan nomor kontak Adrian yang membuat Adrian kerepotan meladeni mereka.

Adrian tiba-tiba saja menuju ke tengah lapangan, mengambil pengeras suara dan mengucapkan beberapa kalimat dengan lantang dan tegas, nampak berwibawa dan mempesona.

"PERHATIAN SEMUANYA!"

"SAYA ADRIAN DOMINO, SEHUBUNGAN DENGAN KESIBUKAN SAYA MAKA MOHON KERJA SAMANYA UNTUK TIDAK MENCOBA MENCARI TAHU NOMOR KONTAK SAYA."

"HARAP DI MAKLUMI."

"SEKIAN DAN TERIMAKASIH"

Tentu saja, murid-murid perempuan kelas 10 yang sudah buta oleh pesonanya tidak peduli. Mereka tetap mencari kontak Adrian dan di zaman yang serba modern seperti saat ini menemukan kontak seseorang bukanlah hal yang sulit.

Irina dengar, usaha mereka semua sia-sia. Adrian benar-benar melakukan perbuatan kejam, memblokir semua kontak dan akun yang mengganggunya. Pesan singkat maupun menelpon secara langsung-pun tidak berguna, hanya diabaikan tanpa sungkan. Kejam!!!

Sebenarnya hal ini sudah diketahui oleh murid-murid perempuan dari kelas 11 dan 12, mereka pada akhirnya hanya mentertawakan kebodohan para murid perempuan kelas 10 yang terlihat kecewa atas cara Adrian dalam menanggapi mereka.

Hingga pada akhirnya mereka semua tahu kalau Irina adalah adik dari Adrian karena sering melihat Irina selalu pulang bersama Adrian. Yaa, Irina memang harus pulang dengan Adrian. Itu sudah aturan yang diberikan oleh Ayah dan Ibunya.

Entah siapa yang memulai ide memberi surat cinta melalui Irina, tiba-tiba saja setiap hari Irina mendapati para murid perempuan baik dari kelas 10, kelas 11, bahkan kelas 12, mendatanginya dan menitipkan surat-surat cinta milik mereka.

Padahal, kenyataannya surat-surat tersebut juga tidak dibaca oleh Adrian, malahan tepat di depan mata kepala Irina surat-surat itu dibuang di tempat sampah. Ibu bahkan dengan baiknya menyediakan kotak besar berwarna merah muda yang katanya khusus untuk surat-surat cinta itu. Astaga! Ibu benar-benar aneh. Terlebih aneh lagi Irina mendapati Ibu dan Ayah mengisi waktunya di malam hari dengan membaca surat-surat tersebut sambil tertawa terbahak-bahak. Adrian biasanya hanya asik menonton TV tanpa memberikan reaksi menarik atau pergi mengurung diri di kamarnya. Sedangkan Irina seringkali hanya bisa speechless dan sweatdrop melihat pemandangan tingkah laku kocak Ayah dan Ibunya.

Andai semua murid perempuan itu tahu?

Bukankah sangat memalukan?!

***

Irina terus menatap kesal sosok Adrian yang masih fokus melakukan kegiatan peregangan otot di luar sana. Aura gelap begitu nyata terpancar dari dalam tubuh Irina yang seolah membentuk panah-panah kebencian tak kasat mata dan siap melesat berhamburan menusuk sosok Adrian.

Sosok pria yang sedang sibuk melakukan peregangan otot itu bernama Adrian Domino, siswa kelas 12 IPA 3, SMA Dharma Bhakti. Kakak laki-laki dari Irina Domino, seorang idola yang mempesona hampir seluruh kalangan murid perempuan SMA Dharma Bhakti. Memiliki paras yang tampan, tubuh tinggi yang atletis, sosok yang dingin dengan mata yang tajam, namun auranya begitu elegan, begitu rapi, begitu menunjukkan bahwa dirinya bukan laki-laki sembarangan. Mengagumkan bukan hanya karena ketampanannya dan penampilannya melainkan juga karena kemampuannya baik dari hal olahraga dan pelajaran.

Adrian seperti sosok murid yang sangat sempurna dan tak ada celah yang ternoda. Mungkin karena dirinya memang telah terdidik untuk kemudian hari menjadi seorang penerus perusahaan besar atau mungkin memang begitulah takdir Tuhan membentuk pesona dirinya.

Meskipun Adrian selalu terkesan sebagai laki-laki yang dingin namun ketika dia tersenyum, itu cukup menghangatkan hati para murid perempuan yang melihatnya, sungguh memang Adrian adalah sosok yang pantas untuk diidolakan.

***

Di sisi Adrian...

Adrian tiba-tiba menghentikan gerakan stretching-nya. Memegang tengkuk lehernya dengan perasaan bingung namun tetap terkesan menawan ketika melakukannya. Revano yang berdiri tepat di samping Adrian pun ikut menghentikan kegiatannya, menatap heran kepada Adrian.

“Kamu nggak apa-apa, Adrian?” tanya Revano yang merupakan teman sekelas sekaligus teman baik Adrian. Revano mendekati Adrian dan memegang bahu Adrian untuk menanti jawaban atas pertanyaannya.

“Oh, Aku nggak apa-apa kok, hanya tiba-tiba merasa seperti ada yang emmm... aneh, mungkin?” jawab Adrian dengan nada ragu atas jawabannya sendiri dan masih tetap mengusap perlahan tengkuk lehernya.

Revano bengong sesaat, namun kemudian dirinya tersentak kaget seolah-olah menyadari sesuatu hal. Dengan kedua tangannya, Ia buru-buru meraih kedua bahu Adrian dan mengguncang tubuh Adrian dengan cemas.

“Apa kamu merasa panas?”

“Apa kamu merasa tertusuk-tusuk pisau?”

“Apa kamu mau pingsan, mual, lemas, ingin mati?”

Revano mencerca Adrian dengan tumpukan pertanyaan, Adrian segera menepis kedua tangan temannya yang konyol itu dan memperbaiki posisi tubuhnya yang tak seimbang akibat guncangan yang diberikan oleh Revano.

“KAMU ITU NGAPAIN SIH?!” bentak Adrian tepat di telinga Revano.

“Aduh...Aduh... Maaf Adrian, aku hanya khawatir kamu dipelet sama murid perempuan di sekolah kita, barangkali ada yang nekat menginginkanmu, hehehe...”

Revano cengengesan sambil mengorek-ngorek telinganya yang terasa mendengung akibat suara keras dari Adrian.

“Imajinasimu itu terlalu berlebihan! ” ucap Adrian tegas dan dingin.

Baru saja mereka berdua akan memulai melakukan stretching kembali, muncul Senna berjalan melewati mereka berdua dengan tatapan penuh pesona dan senyum yang menawan ditujukan kepada Adrian. Adrian berpura-pura tidak menyadari senyuman Senna dan membuang pandangan matanya ke arah lain dengan dingin. Senna tidak begitu peduli dengan reaksi Adrian, dia berlalu dengan angkuh namun elegan dan merasa sudah cukup mendapatkan sedikit tatapan dari Adrian.

Baginya semua harus bertahap, dia sangat percaya diri dengan kemampuannya dalam menarik perhatian Adrian.

***

Di sisi Irina...

"Irina, ayo kita pulang bersama. Hari ini kita mampir dulu yuuk di toko buku, majalah favoritmu sudah terbit lhoo...."

Seorang murid perempuan berwajah cantik, berambut panjang dan bergelombang menarik lengan Irina dengan riang. Dia adalah Veronica, teman sekelas juga teman baik Irina sejak kecil.

"Tunggu dulu Vero, aku harus mengabarkan kakakku dulu kalau aku tidak pulang dengannya. Nanti dia akan marah dan mengadukanku yang tidak-tidak kepada Ayah dan Ibuku." Irina merasa ragu untuk menerima ajakan Veronica.

"Irina... Kalau kamu mendatangi Adrian sekarang, aku yakin Adrian akan melarangmu dan memaksamu segera pulang. Masa kamu tidak hafal dengan kebiasaan reaksi Adrian." celetuk Veronica sambil mengha nafas panjang.

"Ah.. Iya, betul juga," batin Irina dengan lesu.

Irina tak menampik apa yang dikatakan Veronica. Dirinya tahu apa yang dikatakan Veronica itu benar, sebab sahabatnya itu juga mengenal Adrian dengan baik sejak kecil.

"Veronica... Sekarang aku harus bagaimana?" Irina merengek manja.

"Hmmm... Menurutku kita tetap pergi, kamu WA aja kakakmu itu. Kita tidak perlu menunggu izinnya." Veronica memberikan ide dengan sedikit senyuman menyeringai.

Tanpa pikir panjang Irina segera melayangkan pesan whatsapp kepada Adrian kemudian segera memasukkan gawai-nya ke dalam tas. Ia tak mau tahu balasan apa yang akan diberikan Adrian. Dia segera pergi bersama Veronica dengan perasaan riang.

"Terimakasih yaa Veronica, kamu mau mengajakku membeli majalah favoritku,"

"Jangan salah, aku juga akan membelikanmu es krim karena hari ini kamu mau jalan denganku."

Irina dan Veronica berjalan keluar dari halaman sekolah dengan begitu riang. Irina tidak menyadari bahwa dari kejauhan sosok Adrian memperhatikannya, menggenggam erat gawai-nya setelah selesai membaca pesan singkat dari Irina.

"Ah, sudahlah! Karena hari ini kamu terlihat begitu bahagia dan lagipula ada Veronica bersamamu, aku membiarkanmu kali ini," batin Adrian yang kemudian pergi kembali ke kelas untuk mengambil tas.

"Beraninya kamu minta izin dengan lancang seperti ini, mau mengakali aku yaa? Lihat saja nanti." Adrian kemudian mengendarai motor besarnya dan pulang ke rumah.

***

BERSAMBUNG...!

Terpopuler

Comments

Sukma Sae

Sukma Sae

manis..

2020-11-17

0

🎸Kem'S

🎸Kem'S

adrian kok mirip gua yaa hahaha

2020-06-07

1

nita bonita

nita bonita

jejak dlu y

2020-02-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!