6 Enam

Fatiyah memasukkan nasi goreng ikan kecao yang sudah ia masak susah payah ke dalam kotak bekal. Sambil menyendok nasi goreng Fatiyah tertawa tawa sendiri. "Nasi goreng, gue doain elu supaya bisa melet hati antagonis pria. Manjur manjur pelet gue. Simsalabim ambra kadabra. Lu makan nasi ini kecantol hati gue hahahaha"

Dari kejauhan, seorang maid melihat anak majikannya tertawa tawa sendiri. Ia merasa heran dengan tingkah laku nonanya yang semakin aneh. "Non Zara lagi apa?" tanya maid tersebut setelah berada di depan Fatiyah.

"Aku lagi ngehias nasi goreng ke dalam bekal" ucap Fatiyah sambil membentuk nasi goreng tersebut menjadi bentuk beruang.

Fatiyah juga menghias nasi goreng dengan potonhan selada, brokoli rebus, dan beberapa potongan sosis goreng. Tak lupa ia beri potongan keju untuk telinga dan hidung beruang. Lalu ia menambahkan rumput laut untuk mata dan lubang hidungnya. Terakhir, dia tambahkan omlet telur sebagai selimut beruang. Jadilah bekal ala Fatiyah untuk Lengkara.

"Lho kenapa ga bilang ke bibi aja non kalau mau bikin bekel. Emang non bisa masaknya?" Maid menatap ragu hasil masakan anak majikannya itu. Dari segi bentuk sih oke oke saja. Namun, dari segi rasa siapa yang tahu.

Nona Zara kan tidak pernah masak. Tiba tiba tanpa alasan, pagi ini dia masak nasi goreng. "Ga bisa sih. Ini baru nyoba masak bekel. Aku mau ngasih bekal ini buat temen" ujar Fatiyah bohong.

Tak mungkin dong, Fatiyah bilang jago masak. Kan Fatiyah tahu, kalau tokoh Zara ini anak mami sekali. Dia tidak pernah diperbolehkan mengerjakan pekerjaan rumah oleh ibunya. Ibunya Zara hanya menekan Zara menjadi anak yang nurut dan berprestasi.

Kalau Fatiyah sendiri mah jago masak. Secara dia pernah jadi anak kos semasa kuliahnya dulu. Yang apa apa harus mandiri. Jangankan masak, masang tabung gas, angkat galon-pun dia bisa. Independent women banget bro. Tapi, lagi lagi disini kan Fatiyah harus berperilaku seperti ndoro putri yang lembut, lemah gemulai. Disenggol dikit nangis. Dikit dikit panik attack. Panik dikit cengeng. Gitu gitulah.

"Bagus ga bi masakanku?" tanya Fatiyah sekenanya.

"Bagus kok, bagus" maid tersebut hanya bisa tersenyum kikuk. Dalam hatinya dia berdoa semoga orang yang memakan nasi goreng ini tidak keracunan. Semoga saja ya orang yang menjadi kelinci percobaan masakan nona Zara bisa selamat. Doa main tersebut tulus.

"Oke Bi, kalau gitu Zara berangkat sekolah dulu. Bye bye" pamit Fatiyah pada maid tersebut sambil melambaikan tangannya.

Fatiyah melangkahkan kakinya keluar dari rumah sambil menggendong tasnya di pundak. Ia juga menenteng tas bekal makanan di tangannya.

Tin

Tin

Suara klakson mobil terdengar di telinga Fatiyah. Baru saja Fatiyah ingin memanggil supirnya untuk mengantarnya, sudah ada mobil yang berhenti di depannya. Kaca jendela mobil tersebut diturunkan hingga menampilkan sosok yang ada di dalamnya.

"Zara" panggil Marvin.

Fatiyah melotot melihat Marvin pagi pagi sudah bertengger di depan rumahnya. "Lho, Marvin. Kenapa bisa disini?" tanya Fatiyah terkejut.

Marvin turun dari mobilnya. Ia berjalan menghampiri Fatiyah yang masih terdiam membeku. "Gue mau jemput elo Zara. Anggap aja ini sebagai tanda bentuk permintaan maaf gue soal kejadian kemarin"

"haha, ga usah Vin. Gue gapapa kok. Gue udah maafin soal kemarin. Lupain aja. Elo duluan aja, gue udah ada kendaraan kok Vin" Fatiyah tertawa garing sambil mencari alasan untuk menghindar dari Marvin.

Marvin mengambil tangan Fatiyah dan menggenggamnya erat. "Zara, tolong jangan tolak gue kali ini. Gue cuma mau Nebus kesalahan Ranu ke elo" seru Marvin lembut. Ia memandang Fatiyah dengan tatapan teduh penuh permohonan supaya Fatiyah tidak menolaknya kali ini. Mereka berdua saling bertatapan lama.

Marvin yang berusaha membujuk Fatiyah dengan tatapannya. Fatiyah yang terus berpikir menyusun kata untuk menolak tawaran Marvin sambil memandangnya dengan tatapan segan.

Tin!!

Tin!!

Tin!!!!!

Tinnnn!!!!

Marvin dan Fatiyah sontak menoleh ke arah mobil Marvin terparkir. Disana terlihat tubuh Ranu yang menjorok ke depan kemudi sambil menekan klakson dengan penuh emosi. "Udah jangan kebanyakan bacot elo ya Zar. Tinggal naik ke mobil aja pakek drama dulu. Marvin! Lepasin tangan Zara! Gue tungguin dari tadi lama banget ya. Apa apaan itu pegang pegang tangan? Mau nyebrang elo?" hardik Ranu tak terima.

Marvin langsung melepas genggaman tangan Fatiyah. "Maaf ya Zara" ucap Marvin merasa tidak enak dengan ucapan Ranu yang nyelekit.

"Eh ada Ranu ya ternyata. Oke deh, gue mau ikut sama elo Vin" seru Fatiyah senang setelah melihat Ranu.

Dia berjalan ke arah mobil, lali membuka pintu disamping kemudi. "Eh, eh, eh, siapa yang nyuruh elo duduk disitu? Pindah!" sentak Ranu saat Fatiyah duduk disamping Marvin yang mengemudi mobil.

"ha?" respon Fatiyah bingung. Jujur, ini cuma gerakan refleks Fatiyah saja yang terbiasa duduk disamping kemudi mobil.

"Masih plonga plongo sok polos ya elu. Pindah! Itu tempat gue Zaranjing!" tunjuk Ranu tak terima. Marvin yang sudah duduk di balik kemudi hanya bisa menghela napas panjang.

Marvin awalnya ingin berduaan dengan Zara hari ini. Tapi, Ranu datang tiba tiba seperti badai yang tak undang merecoki paginya yang indah dan merusak rencananya. "Ranu, sudah! Ini hanya masalah sepele doang. perkara tempat duduk begini elo ribetin Ran!"

"Ga bisa gitu dong Vin! Disini gue kan tunangan elo. Dia yang numpang jadi duduknya harusnya ya di belakang! Enak aja dia mau duduk di samping elo. Gatel banget ya mau duduk deket deket cowok orang. Oh, pelakor sih makanya ga bisa tuh lihat orang ganteng dikit" ujar Ranu tak terima. Ia menyindir Fatiyah dengan template dialog andalan Ranu, apalagi kalau bukan pelakor pelakor.

Sungguh Fatiyah mulai merasa tokoh kesayangannya ini annoying. Fatiyah hanya bisa memutar bola matanya jengah. Sial, perkara tempat duduk doang jadi merembet kemana mana.

Fatiyah menatap Ranu sebentar. Dilanjut menatap Marvin yang terlihat menahan emosi. "Maaf Ran, gue ga tahu kalau ini tempat duduk elo. Soalnya ga ada tulisan nama elo disini. Gue pindah aja Vin. Sorry bikin elo ga nyaman ya" Fatiyah memilih mengalah duduk di kursi belakang.

Ranu sendiri langsung pindh ke depan melalui celah celah kursi. Setelah semua drama selesai, Marvin langsung melajukan mobilnya keluar dari area rumah Fatiyah. Mobil tersebut melaju ke jalan raya besar menuju sekolah Pelita Bangsa.

.

.

.

Sesampainya di sekolah, mobil yang dikendarai Marvin berhenti di parkiran. Disana sudah ramai siswa siswi Pelita Bangsa yang sudah mulai berdatangan. Terlihat juga di area parkiran, terdapat gerombolan Lengkara dan teman temannya yang masih asyik bercengkrama di atas motornya masing masing.

"Thanks Vin, tumpangannya" Fatiyah langsung turun begitu saja tanpa menunggu respon Marvin. Dia langsung berjalan dengan langkah besar besar menuju gerombolan Lengkara cs.

"Ayo turun sayang. Apa yang elo tunggu?" tanya Ranu heran. Ia sudah merasa senang, Zara sudah turun dari mobil kekasihnya. Sejujurnya, Ranu enggan menuruti kemauan Marvin yang ingin menjemput Zara berangkat bersama sama ke sekolah. Sebab, Ranu ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Marvin.

Tapiiiiii, Marvin keukeuh ingin menjemput Zara dengan dalih bentuk permintaan maaf atas tindakan Ranu kemarin. Terpaksa Ranu mengiyakan keinginan kekasihnya itu. Walaupun, ia harus menahan rasa kesal dan dongkol. "Gue masih ada perlu sama Detra. Ada yang mau diomongin. Nunggu dia Dateng sebentar lagi. Elo duluan aja ke kelas" ucap Marvin dengan nada yang tak bisa dibantah.

Ranu pun mengangguk mengiyakan. Ia beranjak turun dari mobil Marvin. Ranu sekelas melihat Zara yang sedang mengobrol dengan Lengkara, kakak sepupunya.

Syukurlah, kalau Zara dekat dekat dengan sepupunya itu. Jadi, pelakor itu tidak lagi menganggu hubungannya dengan Marvin, pikir Ranu.

Disisi lain, Marvin menggeram kesal di balik kemudi. Dia memukul stir mobil demi melampiaskan rasa marahnya. Hati Marvin sakit melihat Zara berbicara dengan sepupu Ranu. Mereka terlihat akrab. Apalagi, Zara terlihat menyodorkan sesuatu, seperti kotak bekal pada Lengkara.

"Gue ga akan biarin elo lepas dari genggaman gue Zara. Apa yang sudah menarik perhatian seorang Marvin, haram hukumnya bisa direbut orang lain!" seru Marvin dengan mata penuh ambisi dan obsesi pada Zara di balik kaca mobilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!