POV Di Rumah Zara
Suara takbir menggema di masjid area kompleks perumahan tempat tinggal Zara. Semua menggemaskan takbir kemenangan di hari lebaran. Setelah sholat eid, semua orang berhamburan keluar masjid dan saling maaf maaf-an satu sama lain.
Begitupun dengan Mona dan Zara. Di rumah mereka sekarang hanya tinggal berdua saja. Semua para maid dan pekerja yang ada di rumah Zara sedang pulang kampung. Mona, ibu Zara dari tadi malam sibuk membuat rendang dan opor ayam. Tak lupa juga beberapa lontong. Maklum, Mona tidak mahir membuat ketupat.
Saking hebohnya Mona, dia juga membeli beberapa kue kering untuk disuguhkan ke para tamu. Zara yang melihat ibunya sesibuk itu hanya bisa memandang heran. "Mama yakin bakalan ada tetangga yang mampir kesini?" tanya Zara pada mamanya.
"Pasti ada dong yang akan kesini. Mama udah nyiapin semua. Mama masak opor, lontong, rendang. Pasti nanti ada bocil bocil atau teman mama yang mampir kesini, Zara" ucap Mona dengan nada menyakinkan.
"Terus kita ngapain ini habis ini. Kita kan ga sholat eid" Zara melihat mamanya berjalan ke ruang TV setelah menata toples toples yang berisi kue kering.
Mona mendaratkan dirinya di sofa dan menghidupkan TV. "Selagi nunggu tamu, kita lihat aja siaran sholat eid di TV. Dah sini kamu duduk bareng mama"
Zara pun mengikuti ucapan mamanya. Mereka bersama sama menonton tayangan siaran sholat eid di masjid iqlal dengan seksama. "Seru ya lihatnya. Rame gitu. Mama jadi kebagian vibes-nya lebaran"
"Lagian mama aneh banget. Kita kan ga merayakan lebaran. Tapi, hebohnya ngalahin orang yang merayakan" goda Zara pada mamanya.
"Ini namanya toleransi, Zara. Lagian lebaran itu udah kayak event tahunan. Siapapun boleh merayakan dan memeriahkan lebaran yang suci ini" Mona menepuk tangan Zara pelan dan menatap anaknya dengan lembut.
"Nah, berhubung ini lebaran. Mama juga ingin kayak temen temen mama ya. Ada tradisi lebaran. Ayo, kamu minta maaf sama mama. Mumpung lagi lebaran kak"
"Ma, serius ini? Mama ga bercanda kan?"
tanya Zara.
Mona melotot pada anaknya. Melihat respon Zara yang lemot begini membuatnya agak geram. "Serius ini. Mama____"
Baru saja Mona ingin mengomeli Zara, tiba tiba terdengar suara bel rumahnya berbunyi. "Kakak, biar mama ga tambah marah. Kamu bukain pintu sana. Lihat siapa yang datang" usir Mona secara halus.
Tingting
Ting neng
Tongseng
Suara bel rumah Mona berbunyi beberapa kali. Zara berjalan menghampiri pintu rumahnya. Lalu, membuka pintunya. Rupanya yang datang ke rumahnya adalah Om Gala dan keluarganya.
"Selamat pagi Zara" sapa Marvin dengan senyuman tulus.
"Lho, Marvin ternyata. Masuk masuk. Om dan tante selamat pagi" Zara mempersilakan Om Gala, Marvin, dan istrinya masuk ke dalam rumahnya.
"Siapa yang datang Zara?" panggil Mona dari ruang TV.
"Om Gala sekeluarga Ma" balas Zara dengan sedikit mengencangkan suaranya.
Mona yang baru saja tiba di ruang tamu kontan menegang. Tapi, buru buru dia berusaha menguasai respon tubuhnya. "Eh, Marvin sama papa mamanya yang datang ternyata. Silakan duduk pak, buk. Zara, buatin teh sana"
"Ini hampers dari kami. Mohon diterima" kata Gala dengan menyodorkan hampers pada Mona.
Mona hanya mengangguk dan tersenyum canggung menatap Gala. Zara yang menyadari situasi canggung antara om Gala dan ibunya memilih langsung melipir ke dapur. Setelah mendengar titah ibu negara. Suasana ruang tamu itu terasa canggung. Mona berusaha menampilkan senyum karirnya. Untungnya Marvin berusaha mengajaknya berbicara dan mencari topik yang bersinggungan dengan Zara. Jadi, suasana canggung antara Gala dan Mona bisa terkondisikan.
"Wah mbak Mona. Saya ga nyangka anak anak kita sedekat itu. Saya tahunya Marvin ini hanya berteman dengan Ranu. Lalu, dia tiba tiba ngajak kamu kesini. Silaturahmi katanya. Maaf ya, kami tidak memberitahu lebih dulu kedatangan kami kesini" ucap istri Gala. Ia menatap Mona dengan perasaan tak enakan.
"Ah, Gapapa mbak. Saya malah seneng ada tamu datang kesini. Apalagi udah repot repot bawa hampers segala. Padahal kami ga merayakan lebaran hahaha" tawa karier di keluarkan oleh Mona dengan canggung. Diikuti oleh istri Gala dan anaknya.
"Gapapa Tante. Ini kan toleransi. Kami juga tidak merayakan. Sebagai non muslim. Kami ikut memeriahkan saja. Apalagi di lebaran yang suci ini, semua orang pasti sama sama mendapatkan keberkahan dari Tuhan" kata Marvin bijak.
"Ya, nak. Kamu benar sekali. Di bulan yang Fitri ini. Siapapun boleh merayakan. Kita sama sama bertoleransi dan ikut memeriahkan. Hitung hitung silaturahmi dengan tetangga" senyum bangga terpatri di wajah Gala saat mendengar ucapan bijak anaknya.
Selang beberapa menit, Zara datang membawa teh. Lalu, ia menyuguhkannya pada para tamu yang tak disangka sangka ini. Zara mengulum senyum menatap penuh arti pada om Gala dan mamanya. "Mari diminum tehnya, maaf ya seadanya. Maklum lagi ditinggal art pulang kampung" kata Mona.
"Maaa" panggil Zara pelan. Ia menarik turunkan alisnya menggoda mamanya sambil menatap ibunya Marvin.
"Apa sayang?" jawab Mona dengan senyuman tulus yang berusaha ia tampilkan di depan para tamunya.
"Mumpung om Gala sekeluarga ada disini. Kita lanjutin aja tradisi yang tadi mama bilang. Maaf maaf-an lebaran. Biar tambah seru lebarannya. Sama sekalian kita ngucapin selamat hari raya idul Fitri buat para pembaca yang merayakannya. Gimana ma?"
Zara menatap mamanya sejenak. Kemudian, bergantian pada Om Gala, ibunya Marvin, dan Marvin juga tentunya. Mereka kompak mengiyakan usulan Zara. Jadi, dimulailah kejadian aneh ini. Istri sah dan gundik saling maaf-maaf an.
"Mohon maaf lahir batin ya mama Zara. Jika ada salah dan perbuatan mohon di maafkan. Semoga semuanya kembali suci di bulan yang fitri ini" kata ibunya Marvin bersalaman pada Mona.
Gala dan Zara saling tatap tatapan. Sepertinya mereka sama sama menahan gemas melihat keduanya. " Iya, saya juga minta maaf ya mama Marvin. Terima kasih sudah bertandang ke rumah"
Kini giliran Marvin dan Zara yang saling salam salaman. "Gue minta maaf ya Zara atas perlakuan gue selama ini. Semua hal yang elo alamin gara gara gue, apapun itu gue minta maaf. Mohon maaf lahir dan batin ya"
Zara memeluk Marvin sekilas. Ia menepuk punggung Marvin pelan. "Mohon maaf lahir dan batin juga ya. Santai Marvin. Kita kan teman" kata Zara. Lalu, ia melepaskan pelukannya.
Marvin yang tiba tiba dipeluk Zara sontak saja kaku. Pipinya memanas. Wajahnya memerah hingga telinga. Sangat terlihat di kulitnya yang bersih, kalau Marvin benar benar salah tingkah.
"Eh, ayo kita ucapkan juga buat para pembaca cerita ini. Mumpung lagi edisi spesial lebaran ini. Kita out karakter dulu sebentar" ujar Gala pada semuanya.
Mereka semua kompak mengangguk. "Eh atur posisi dulu dong biar estetik dikit" Zara mengatur posisi semua orang supaya terlihat bagus. Om Gala di tengah diapit oleh istrinya di sisi kiri dan ibunya di sisi kanan. "Weeeeh, kayak keluarga Cemara nih. Dua istri cukup" goda Marvin.
"Hush, kamu mulutnya. Ga baik nak" tegur ibunya Marvin pelan.
Marvin tertawa cekikikan. "Bercanda Ma"
Om Gala tersenyum tipis menimpali omongan Marvin. "Udah, udah, yang serius Marvin. Hayo biar cepet kelar ini. Habis ini mau kulineran. Beli seblak" seru Zara sambil menarik tubuh Marvin untuk duduk di depan orang tua mereka berdua.
"Oke, kalau aku bilang satu, dua, tiga, nanti kompak bilang ya. Kami dari keluarga besar novel Terbakar Pesona Zara mengucapkan, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan. Oke, yaaa"
"Panjang banget Zara. Emang yang tua tua hapal"
"Hush, Marvin. Diem. Udah ikutin aja ga usah protes" kata Zara sambil mencubit pipi Marvin gemas.
"Siap ya, satu dua tiga"
"Kami dari keluarga besar novel Terbakar Pesona Zara mengucapkan, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan"
"Yyyeeeeeeeeeeeeeeee awokawok " Zara bersorak heboh. Ia mengambil konfeti dan melepasnya.
Duar
Suara letupan konfeti memenuhi ruang tamu rumah Zara. "ZARA!!!!!" teriak Mona geram melihat tingkah anaknya yang makin konyol.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments