MENJADI WANITA SIMPANAN
Namaku Rania Nazmira Prawesti. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku punya kakak namanya Arga Azmi Prakarsa. Aku seseorang yang segala ingin tahu apa yang dilarang orang tuaku. Aku ingin tahu mengapa mereka melarangku ini dan itu. Sudah pasti aku sering membangkang kedua orang tuaku.
Karena pergaulan yang salah aku terjebak ke dalam lingkaran hitam perzinahan bersama pacarku yang tidak mau bertanggung jawab atas anak yang aku kandung. Pergi begitu saja tanpa ada sepatah kata.
Selepas meninggalkan anakku di rumah bidan, aku pergi ke kota besar untuk bekerja. Aku bekerja sebagai SPG HP di sebuah toko selular. Maksud ingin mengubah hidupku. Namun, ku terjebak lagi dalam lingkaran hitam itu. Seakan tidak memikirkan akan dosa, aku terus menerus terjerumus ke dalamnya.
Dua tahun aku bekerja di kota besar aku berpacaran dengan Mas Herdi yang sebelumnya aku tidak mengetahui kalau dia sudah berkeluarga. Satu tahun aku menjalani hubungan dengannya tanpa rasa curiga. Hingga pada suatu hari istrinya datang ke rumah kontrakan ku. Istrinya memaki dan menjambak rambutku tanpa ampun. Aku yang tidak tahu apa-apa malah semakin di siksanya. Sampai akhirnya ia mengakui kalau dia istri sah Mas Herdi.
Tentu aku sakit hati saat itu. Aku merasa telah di tipu oleh Mas Herdi. Rasa kesal dan marahku ku lampiaskan saat Mas Herdi mengunjungi ku. Dan akhirnya kami pun putus saat itu.
"Kau menipuku. Kau bilang masih lajang tapi ternyata kau sudah berkeluarga. Kita akhiri hubungan kita. Demi keutuhan rumah tanggamu. Jangan pernah lagi menghubungiku." Aku sangat marah ketika itu.
"Baik. Maafkan aku," hanya itu yang diucapkan Mas Herdi.
Setelah putus dengan Mas Herdi, dua bulan kemudian aku mengenal seorang Arifin Hadiwijaya. Dia orangnya baik, royal dan perhatian padaku. Setelah berkenalan kurang lebih empat bulan. Mas Arif menyatakan perasaannya padaku dan aku menerimanya. Tapi dia jujur kalau dia sudah mempunyai istri. Entah mengapa merasa nyaman bersamanya, merasa terlindungi, dan merasa mempunyai tempat bertukar cerita.
Hubunganku dengan Mas Arif berjalan cukup lama. Mas Arif memberikanku sebuah apartemen, biaya hidupku terjamin dengan adanya Mas Arif.
"Terimakasih, Mas. Kau sudah memberikanku segalanya. Apartemen, mobil dengan supirnya, kartu kredit, dan semua biaya hidupku kamu yang tanggung," ucapku sembari merangkulnya manja
"Sama-sama, Rania. Mas senang jika kau senang," ucapnya balas merangkul ku.
Pandangan kita saling beradu, wajahnya semakin mendekat ke wajahku. Aku memejamkan mata bersiap menerima apa yang ia akan lakukan padaku. Terasa lembut dan sedikit lembab di keningku. Ya, Mas Arif mencium keningku beberapa detik. Bibir itu terlepas dari keningku dan aku membuka mata. Mas Arif tersenyum lalu memelukku dengan erat.
Jangan berharap aku akan menceritakan hubungan kami di ranjang. Karena kami tidak pernah melakukannya. Itulah yang membuatku semakin tak ingin lepas darinya. Mas Arif selalu menjaga yang satu itu. Entahlah aku juga heran. Kebanyakan orang yang seumuran dengannya jika mempunyai hubungan seperti ini pasti akan melakukannya tapi ia tidak.
Mas Arif akan datang ketika akhir pekan atau jika ia akan pergi keluar kota. Ia akan mengajakku untuk menemaninya bertemu koleganya. Setelah itu ia pulang dan aku hanya bisa menunggunya menghubungiku dan datang ke apartemen. Aku tidak bisa menghubunginya lebih dulu. Aku hanya bisa menunggunya lagi sampai ia datang lagi di minggu berikutnya.
Dengan segala kecukupan hidupku, aku masih saja merasa sedih. Sedih karena aku tidak bisa membesarkan anakku sendiri. Dulu ia aku tinggalkan begitu saja di rumah bidan itu.
Setiap bulan aku pergi ke desa itu mencari keberadaan anakku. Terdengar kabar kalau anakku yang di titipkan di rumah bidan di urus oleh Ibu RT di desa itu.
Aku melihat anakku dari kejauhan, ingin sekali memeluknya dan bermain dengannya. Tapi apa daya, aku sudah meninggalkannya begitu saja waktu itu. Mungkin sekarang putriku sudah berusia lima tahun, cantik dan menggemaskan.
Aku menghempaskan tubuhku ke atas kasur empuk di kamar apartemen mewah yang di belikan Mas Arif untukku. Ku pejamkan mata. Teringat senyum bibir mungil anakku yang sedang bermain dengan Bu RT sewaktu aku melihatnya di desa.
“Maafkan ibu, Nak.” Perlahan air mataku pun menetes tanpa permisi.
Sejenak aku tidak berbuat apa-apa selain menjerit dalam hati. Betapa jahatnya diriku pada darah daging ku sendiri. Padahal aku terlahir dari orang tua yang paham agama.
Ayah Ibuku seorang yang rajin ibadah. Namun, aku tidak suka dengan cara mereka yang mendidik ku dengan sangat keras. Aku yang tidak boleh bergaul jadi sangat liar saat berada di luar rumah. Dan semua peraturan yang orang tua berikan, aku melanggarnya.
Teringat jelas sewaktu aku kelas empat sekolah dasar, ayahku kerap kali memukulku karena aku tidak bisa menghafal bacaan ayat suci yang di perintahkannya. Di rumah seperti di neraka. Orang tuaku ingin aku menjadi wanita soleha tapi dengan cara kasar dan aku memberontak dengan caraku yang bertentangan dengan ajaran mereka.
Pikiranku yang masih labil membuatku tak bisa berpikir jernih. Seakan aku menyalahkan orang tuaku yang selalu membuatku tak nyaman berada di rumah. Kalau dibilang anak durhaka, mungkin aku pantas mendapatkannya.
Aku kabur dari rumah setelah lulus sekolah menengah kejuruan. Aku kabur dengan pacarku yang menjanjikan segala hal yang indah. Tapi ternyata dia juga meninggalkanku. Dia meninggalkanku ketika aku hamil besar dan sebentar lagi akan melahirkan. Masa laluku yang pahit untuk dikenang.
Ku buka mata, mencari telepon genggam ku yang berbunyi berkali-kali. Ternyata Mas Arif Meneleponku.
“Halo, Mas?”
“Mas dalam perjalanan ke tempatmu. Mau dibawakan apa?”
“Enggak usah bawa apa-apa. Mas datang saja aku sudah senang. Hati-hati di jalan.”
Ku tutup panggilannya dan segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi aku berdandan cantik, mengenakan baju yang minggu kemarin Mas Arif belikan untukku. Dengan begitu Mas Arif akan sangat senang jika aku memakai baju yang dibelikannya dan berdandan cantik.
Terdengar bunyi bel tiga kali. Ku buka pintu benar saja Mas Arif yang datang. Ia mengenakan kemeja putih dengan jas hitam, dasinya sudah tak berada di lehernya. Semua itu aku yang memilihkan untuknya sewaktu belanja di Singapura bulan lalu. Wangi parfumnya yang maskulin sangat khas. Kadang aku berpikir beberapa tentangnya sangat mirip dengan Gery mantan kekasihku.
Sosok Mas Arif buatku sangatlah idaman bagi para wanita. Ia tampan, usianya yang sudah menginjak empat puluh dua tahun masih terlihat seperti usia tiga puluhan. Lemah lembut, ia tak pernah berkata kasar.
“Bagaimana kabarmu? Kau semakin cantik saja.” Mas Arif memeluk dan mencium pipiku.
“Aku baik-baik saja, Mas,” jawabku.
Mas Arif duduk di sofa, sedangkan aku membuatkan kopi hitam favoritnya.
“Kemarin kau jadi menemui anakmu?” tanya Mas Arif.
Memang aku selalu meminta ijinnya untuk menemui anakku di desa itu.
“Jadi, Mas. Tadi siang baru pulang,” jawabku sambil menyodorkan secangkir kopi yang ku buat.
“Bagaimana keadaannya?” tanyanya lagi.
“Dia sangat cantik. Dia terlihat bahagia dengan orang tua angkatnya,” jawabku dengan memberikan senyuman menyembunyikan kesedihan dalam hati.
“Bawa dia bersamamu. Aku akan bertanggung jawab atas kalian berdua. Aku akan menikahi mu,” ucapnya serius.
NEXT>>>>
Like & comment
Klik ❤️ jg yaa biar dpt notif part terbarunya......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Soviana
nyimak
2020-11-25
0
Bundanya Naz
emang boleh ya menikah dgn perempuan yg sdh berhubungan dgn anaknya wlpun blm menikah?krn dlm Islam perempuan yg sdh pernh menikah dgn putra ny otomatis menjadi mahram seumur hidup meskipun telah berpisah.. mantan mertua dan mantan menantu selamanya jd mahram krn sdh di setubuhi oleh anaknya..aq tdk tau klo tdk menikah sah tp Islam sgt menjaga kejelasan keturunan..bgmn seorg cucu kemudian menjadi anak tiri?🤔🤔🤔🤔🤔
2020-10-18
2
Cici Ruchika
nyimak dl...
2020-10-12
1