Petualang Rin, Mimi, Diablo.
"Astaga, setelah ini apa lagi yang akan terjadi?" Kata Diablo. Dia membawa terbang ketiga orang yang bersama dia. Mimi, Rin dalam wujud konyolnya alias Fat Cat, dan juga May. "Tiba tiba saja ada ombak yang datang entah dari mana."
"Menurutku, di arah datangnya air bah itu, di sana memang ada laut, miauw." Jawab Mimi.
"Laut?"
"Benar, miauw... Tapi, jaraknya sekitar sepuluh kilometer meter dari sini. Miauw."
"Oh, kamu tahu banyak daerah sekitar sini?"
"Begitulah, miauw. Lihat gunung itu." Mimi menunjuk ke arah yang dia maksud. "Menurut cerita yang pernah aku dengar. Di sana ada mahluk mitologi. Miauw."
"Nyaann... Aku mual..." Fat Cat berbicara tidak nyambung sambil memegangi perutnya.
"Dasar cebol menyusahkan!" Kata Diablo. "Sabarlah, di depan sana tidak ada air bah. Kita bisa mendarat di sana."
"May? Miauw?"
"Dia pingsan saat melihat ombak besar yang menerjang ke arah kita." Jawab Diablo.
"Dasar, menyusahkan. Nyan..." Kata Fat Cat.
"Kamu juga kan?"
"Ma... Maaf, Nyan.... Aku tidak pernah terbang sebelumnya. Jadi aku mual. Nyaann..."
Nex
Mereka mendarat di dekat gunung, dimana menurut cerita Mimi, di sana tinggallah seekor mahluk mitologi.
"Lalu, mahluk apa itu, Nyan?" Tanya Fat Cat setelah dia sedikit lebih baik. Dia mabuk kendaraan? Diablo kendaraan? Terserah deh. :p
"Menurut tuanku yang dulu, di sini ada seekor burung, miauw." Jawab Mimi sambil mengompres May yang masih pingsan.
"Bukankah di mana mana memang banyak sekali monster burung?" Sambung Diablo sambil meregangkan otot ototnya. "Aduh.... Kalian berat sekali."
"Phoenix. Miauw."
"Haa?"
"Benar, miauw. Tapi, itu menurut cerita tuan ku yang sebelumnya sih. Miauw."
"Lalu, siapa tuhanmu yang sebelumnya?" Tanya Diablo.
"Hiii, merinding, miauw." Jawab Mimi. "Jangan ungkit ungkit dia lagi deh, miauw..."
"Kan kamu sendiri yang memulainya." Protes Diablo.
"Pokoknya, lupakan saja deh, miauw."
Nex
Diablo dan yang lain memutuskan untuk membuat perlindungan dari sesemakan dan dedaunan dari pohon raksasa yang kebetulan tumbuhan tak jauh dari mereka mendarat tadi.
Sambil menyalakan api unggun, mereka memasak sesuatu. Entahlah, apa yang mereka masak. Sang penulis pun juga tidak tahu. Mereka melakukan hal itu semua mereka sendiri.
Nex
Tanpa disadari, mereka telah terlelap tanpa ada satu pun yang berjaga. Hingga di suatu waktu di tengah malam itu. Dari arah barat tempat mereka mendirikan tenda darurat. Muncul cahaya super terang. Perlahan cahaya itu naik ke atas langit. Lalu, dengan kecepatan yang tidak masuk akal, cahaya itu menuju ke arah Diablo dan kawan kawan.
Sosok itu adalah, burung!!! Dan burung itu berukuran besar!!! Seluruh tubuhnya terbakar api!!! Dia adalah Phoenix itu!!
Phoenix itu tidak menyerang Diablo dan yang lain. Dia mendarat tak jauh dari mereka. Lalu, ketika kakinya menyentuh tanah, dalam sekejap mata, Phoenix itu berubah menjadi anak kecil bersayap api.
Dia mendekati Diablo dan yang lain. Lalu.....
Dia duduk di depan perapian yang ada masakan yang di masak oleh Mimi. Lalu....
Dia memakan makanan itu hingga habis. Setelah habis, dia menuju ke tempat dia mendarat, lalu dalam sekejap mata lagi, dia berubah menjadi seekor burung raksasa alias Phoenix tadi. Dan terbang menuju tempat di mana dia muncul untuk pe
Nex
"Brengsek!!! Bangun bangun elu memakan semua makanan yang di masak oleh Mimi!!!" Diablo mencak mencak ketika melihat May duduk manis di depan api unggun yang sudah mulai padam. Dan di depannya juga ada bekas bekas makanan yang berserakan.
"Haa??? Kok aku???" Jawab May.
"Siapa lagi kalau bukan elu, buoduoh!!! Yang lain masih tidur, dan elu... Elu.... Aaarrrggg... Aku lapar sekali brengsek!!!! Bisa bisanya elu tidak menyisakan sedikit pun makan!!!" Diablo melotot hebat ke arah May.
"Suer!!! Bukan aku... Aku malah mau protes ke kalian karena sudah makan tanpa mengajak aku!!!" Jawab May sambil membalas pelototan Diablo.
"Jangan buohuong, dasar beban keluarga!!!" Diablo makin kalap karena May berani melawan tatapan matanya. "Gerrr!!! Gerrr!!!"
"Suer ewer ewer ngadep kulon.!!! Aku tidak memakannya!!!!" Teriak May sambil memasang muka tak kalah angker ketimbang Diablo.
Di tengah tengah pertengkaran kedua betina itu. Fat Cat dan Mimi terbangun. Mereka berdua merasa terganggu karena pertengkaran May dan Diablo.
"Ada apa ini, Nyan? Pagi pagi kok sudah berisik. Nyan?" Fat Cat berbicara sambil mengucek ngucek matanya.
"Duh... Laparnya, kemarin kita ketiduran sebelum makan apa pun. Miauw.. waktunya kita makan." Kata Mimi sambil beranjak berdiri dan berjalan menuju ke arah api unggun yang sudah padam itu. Lalu, ketika dia sadar kalau makanannya sudah menjadi remah di atas tanah. Dia langsung kalap... "Miauw!!!!! Siapa yang menghabiskan makananku!!! Miauw!!!!"
"Nih, orangnya." Jawab Diablo sambil menunjuk ke arah May.
"Apaaaaa!!!! Jangan memfitnah orang tanpa bukti!!!" Kata May sambil menenteng kerah baju Diablo.
"Hooo... Berani sekali kau melawan gua, manusia rendahan!!" Kata Diablo sambil memamerkan taringnya. "Selain pingsan melulu, elu juga makan semua masakan Mimi... Mau gua jadiin elu lauk pauk, hah?"
'poft' Mimi berubah bentuk menjadi manusia kucing kecil mirip Fat Cat. "Miauw!!! Aku kelaparan... Kekuatanku habis... Rasanya, aku mau mati... Miauw!!! Dia gulung gulung di atas tanah.
Diablo menepis tangan May yang ada di kerah bajunya, lalu berkata. "Elu, masak sesuatu sana. Cepat!!! Sebelum aku benar-benar benar kehabisan kesabaran. Ada banyak bahan masakan di sana. Lakukan dengan cepat!!! Sekarang!!!"
"Haa??? Kamu memerintah aku? Enak saja!!!" Jawab May sambil membuang muka.
"Oh, baiklah manusia rendahan... Gua yang akan memasak. Tapi, elu ga dapat jatah, dan juga. Elu gua keluarkan dari party kita, dan silahkan cari kehidupan sendiri. Gua capek nggendong elu yang pingsan melulu."
"Eehhh... Tu... Tunggu..." May panik, ketika Diablo sudah mulai menyalakan api unggun. Dan bersiap untuk memasak. "Diablo yang cantik... Maaf, saya kilap... Mana, biar saya saja yang memasaknya... Kamu istirahat saja di sana..." May menempel di punggung Diablo sambil merajuk kayak anak kecil. "Dan juga. Jangan tinggalkan saya sendiri an ya... Diablo yang cantik...."
"Bodoh... Sana, cepat masak sesuatu. Mimi sudah sekarat." Kata Diablo sambil melepaskan diri dari pelukan May. "Bikin ribet aja lu."
"Hehehe... Diablo cantik, jangan marah ya... Cantiknya ilang lho..."
"Bodohh!!!"
Nex
Ketika masakan sudah siap, dan semua bersiap siap untuk memakan masakan May, tanpa mereka sadari, Phoenix dalam bentuk anak kecil kemarin datang dengan cara tiba tiba tanpa di undang.
Dengan kecepatan supersonik, dia menyerbu dan merebut makanan yang mau masak barusan.
"Kyaaaa!!!!" May, Diablo berteriak secara bersamaan.
"Nyaann!!! Apaan tadi? Angin apa tadi nyaannn!!" Fat Cat terjengkang ke belakang.
"Mi.... Miauw!!!!! Makanannya, hilang!!!!! Siap? Spa yang memakannya. Miauw!!!" Mimi menatap ke arah May dan Diablo secara bergantian.
"Heh... Kucing kecil. Jangan menuduh kita!!" Teriak May sambil melotot ke arah Mimi.
Tanpa mereka sadari, Phoenix itu sudah mencuri makanan mereka, dan dia sedang menikmati makanan itu di atas bukit, dimana dia mendarat kemarin malam.
Seolah dia tidak puas dengan masakan yang di masak oleh May. Dia melempar makanan itu ke arah gerombolan Diablo dan yang lain. Makanan itu mendarat tepat di kepala May.
"Kyaaaa!!!! Panas!!!!" May jingkrak jingkrak dan mengibaskan makanan yang ada di kepalanya.
"Sii... Siapa???" Diablo langsung berubah menjadi mode Gelud.
Mimi dan Fat Cat, sangking kelaparannya, mereka berdua sama sekali tidak bereaksi terhadap kejadian barusan. Mereka berdua masih sibuk melototi bekas bekas makanan yang berserakan.
"Tidak enak!!!!" Teriak si Phoenix dari arah bukit. Dan Diablo langsung menoleh ke arah dia. Begitu sadar diri di perhatikan oleh Diablo, Phoenix itu langsung menerjang ke arah dia. Dan.... "Lapar... Makan... Lapar.... Makan..." Phoenix itu berdiri di depan mereka sambil menatap makanan yang dia lempar tadi.
"Heh!!! Bocah laknat. Siapa kamu?" Tanya Diablo. Tapi, Phoenix itu tidak menjawab, dan hanya menatap tajam ke arah makanan tadi.
"Makan. Itu. Tidak enak. Sebelumnya enak. Itu. Ga enak." Phoenix berbicara seperti itu berulang dalam urutan yang berbeda beda.
Diablo tidak merasakan adanya aura jahat dari anak kecil itu. Sehingga dia memutuskan untuk mendekati dia seraya bertanya. "Adik kecil? Kamu lapar? Namamu siapa? Tinggal di mana? Kerja apa?"
"Heh!! Dia masih kecil, mana ada dia bekerja!!" Seloroh May.
"Eh, iya... Mangap... Adik, kecil lapar?" Ulang Diablo.
Dia mengangguk sebagai jawabannya. Lalu menangis sesenggukan.
May dan Diablo pun langsung panik karena tiba-tiba tiba anak kecil itu menangis sejadi jadinya.
"Kemarin. Makan. Enak." Kata Phoenix itu. "Itu. Tidak enak. Huaaa!!!!"
Diablo langsung menatap ke arah May lalu berkata. "Separah itukah masakan mu?"
"Eheheh... Saya tidak bisa masak. Nona Diablo yang cantik."
Dan jitakan keras Diablo mendarat di kepala May. "Untung gua tidak memakannya. Mimi?"
Mimi masih galau karena makanannya berantakan di tanah. Dan mau ga mau, Diablo lah yang
memasak selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments