Episode 3

Hari ini hari kedua Laisa masuk sekolah disekolah nya yang baru.

Altar sudah duduk dengan handphone ditangannya. Laisa sedikit bingung karna Menurut sekilas dari cerita Zidny Altar sering kesiangan tapi hari ini tidak.

"Selamat Pagi Laisa" kata Altar.

"Pagi" jawab Laisa.

"Lain kali gak boleh telat yah nona, ini udah mau jam masuk" kata Altar mengingatkan Laisa karna hari ini Laisa berangkat sedikit siang dan sampai disekolah lima menit sebelum bel berbunyi.

"Ih malah bengong. Duduk-duduk ada yang mau aku tanyain." Kata Altar.

"Apa?" Tanya Laisa yang sudah duduk.

"Kenapa masuk ke kelas ini?" Tanya Altar. Bel untuk jam pelajaran pertama memang sudah berbunyi tapi rupanya guru pelajarannya tidak akan masuk.

"Emang gak boleh?" Tanya Laisa.

"Ya bukan gitu. Jangan-jangan gara-gara saya suruh kamu yah waktu kemarin digerbang?" Tanyanya lagi.

"Bukan" jawab Laisa pendek. Nada bicaranya selalu tenang walaupun wajahnya sedikit tegang dan memang tegang.

"Laisa"

"Iya?"

"Aku seneng"

"Terus?"

"Ya udah aja"

"Ko?"

"Apa?"

"Enggak"

"Laisa"

"Iya?"

"Kamu cantik"

"Makasih"

"Tapi sayang aku baru bisa jatuh cinta sama kamu besok" terangnya membuat dahi Laisa membuat lipatan.

"Altar aku ke toilet dulu" pamit Laisa.

"Jangan lupa baca doa' pas masuk toilet soalnya kata Mario toilet banyak setannya" terang Altar dan Laisa hanya pergi tanpa mempedulikan apa yang di katakan Altar. Altar tersenyum melihat punggung Laisa yang keluar kelas.

🍃🍃🍃

Jam pelajaran terakhir berakhir semuanya dengan cepat keluar setelah membereskan buku masing-masing. Sinta terlihat berpamitan kepada Zidny untuk segera pulang dan hanya melambaikan tangan kepada Laisa.

"Laisa saya duluan yah mau latihan Futsal biar cepet beres jadi saya bisa langsung jatuh cinta sama kamu" kata Altar dan Laisa mengangguk sambil tersenyum tidak jelas.

"Mau bilang sesuatu gak ke saya?"

"Apa?"

"Apa aja"

"Gak ada" jawab Laisa.

"Beneran?" Tanya Altar dan Laisa sedikit berfikir sampai membuat altar tersenyum.

"Iya beneran. Emang apa?"

"Hati-hati yah Laisa pulangnya" kata Altar

"Oh iya" jawab Laisa tersenyum dan Altar hanya mengangguk tersenyum frustasi.

"Sumpah Zid dia lucu" kata Altar ke meja Zidny tapi sambil menjitak kepala Zidny.

"Heh Fucekk cunguk" teriak Zidny emosi.

"Sorry Zid sengaja" jawab Altar dan tertawa lebar sambil berjalan keluar.

Laisa yang sedang membereskan bukunya hanya tersenyum sambil melihat Altar berlalu.

"Laisa pulang sama siapa?" Tanya Zidny.

"Sendiri Zid, angkot paling. Kenapa?" Tanya Laisa.

"Emmh pulang bareng gue aja yuk? Gue kan bawa motor, gue anterin, sekalian pengen tau rumah Lo, boleh kan?"

"Oh gitu, boleh banget yaudah ayo"ajak laisa dan keduanya berjalan keluar kelas.

"Gimana duduk sama Altar?" Tanya Zidny tiba-tiba.

"Hah- emmh ya gitu aja"

"Risih enggak?" Tanya Zidny.

"Sedikit" Jawab Laisa.

"Pasti risih si. dia pasti usil banget apalagi sama cewek cantik kaya Lo. Si Altar emang rese jadi maklum deh"

"Iya. Enggak apa-apa si, aku juga faham."

"Yes, tapi sebandel apapun dia, dia gak brengsek ko"

"Oh ya?" tanya Laisa menganggapi pernyataan Zidny.

"Iya, dia emang biang rusuh tapi aslinya dia pinter ko, Lo harus tau dia tuh kesayangannya Bu Susan, dia jago Sastra dan bodoh banget di matematika. Dia juga sering gambar-gambar gitu, dan gue rasa sih gambar nya bagus-bagus. Dia juga sering bikin puisi yang bahasanya tuh gimana yah lucu abstrak gitu tapi disitu nilai sastranya karna katanya walaupun itu abstrak tapi punya nilai seni, Terus suka di tempel di mading tapi yang nempel si Mario si, bukan dia, karna emang di antara Altar Mario sama Kelvin emang cuma si Mario yang sedikit waras." Jelas Zidny membuat Laisa tertarik dengan apa yang di jelaskan.

"Oh gitu yah. Altar sering tawuran?" Tanya Laisa.

"Iya emang, ko tau??" Tanya Zidny dan Laisa bingung harus menjawab apa "Ah semua orang juga tau si gimana Altar. Iya dia emang sering tawuran tapi tawurannya bukan nyerang sekolah tapi nyerang orang, ya sama si, cuman masalahnya tuh pribadi. Altar sering berantem sama salah satu geng sekolah yang ada di pertigaan jalan sana penyebabnya spele. mereka sama aja. gak ada yang bisa di bilang mana yang salah mana yang bener. jadi guru BK juga udah bosen kali nanganin si Altar" jelas Zidny lagi.

"Orang tuanya dipanggil dong?" Tanya Laisa.

"Yaiyalah tiap bulan juga si Altar dapet surat buat orang tuanya tapi sayang orang tua nya gak pernah dateng kesini"

"Emang Altar sering berantem yah Zid sampe suratnya tiap bulan?"

"Ya enggak juga. Bandelnya dia tuh bukan cuma berantem aja, dia jail banget dia sering bikin guru kesel, sumpah yah pokonya dia biang rusuh lah tapi mau gimana juga gue yakin dan sedikit tau kalau dia punya sisi baik" jelas Zidny dan Laisa hanya mengangguk ngangguk "pusing yah?" Tanya Zidny dan Laisa hanya mengangguk polos "haha yaudahlah ngapain juga si gue harus cerita tentang dia, ya jelas Lo bakalan pusing haha" Zidny tertawa sendiri dan Laisa hanya ikut tersenyum lebar.

Berandalan Aneh. Batin Laisa lalu tersenyum sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.

🍃🍃🍃

"Altar" panggil seorang laki-laki paruh baya, itu ayahnya Altar.

Altar yang sedang berenang di penghujung hari langsung naik dan berhadapan dengan ayahnya.

"Ada apa?" Tanya Altar sambil mengambil handuknya.

"Ini apa lagi?" Ayahnya mengacungkan kertas dan itu adalah surat dari sekolah "Kamu Papa sekolahin supaya bisa jadi orang bener bukan malah selalu bikin ulah, mau di simpan dimana wajah Papa, kalau harus selalu dapet surat panggilan kayak gini dari sekolah?" Cerocos Ayahnya.

"Pah, surat kek gitu bakalan terus datang setiap bulannya. Suya selalu bilang itu. Karna emang Papa gak pernah mau dateng ke sekolah. Terus kenapa Papa harus ngerasa malu juga? Kan papa gak pernah datang ke sekolah bertemu wali kelas saya. Dan kenapa Papa cuma peduli sama kehadiran surat nya aja? bukan ke poin saya yang di panggil dan Papa harusny ngerasa tanggung jawab." Jawab Altar dengan nada bicara yang santai tapi kata-katanya sangat menohok Ayahnya.

"Lancang sekali kamu yah" Ayah Altar yang bernama Beni mengacungkan telapak tangannya.

"Apa lagi? tampar? Pah, udahlah. Altar capek. gak usah peduliin surat itu. lain kali Altar langsung buang aja."

kata Altar lalu pergi meninggalkan ayahnya dipinggir kolam berenang yang sekarang mematung dan berfikir keras bahwa dia memang belum jadi Ayah yang baik untuk anaknya.

🍃🍃🍃

Laisa keluar dari kamarnya untuk makan malam sudah ada Yuni ibu Laisa dan Luna adik Laisa yang masih duduk di kelas satu SMP.

"Gimana sekolahnya Neng?" Tanya Yuni

"Baik Bun, orang-orang di Jakarta gak se acuh kata di buku bahasa Indonesia yang bahas materi sosialisasi." Jawab Luna.

"Emang di bukunya nyebutin kalau orang Jakarta acuh?" Tanya Laisa yang sekarang duduk di samping Yuni. ibunya.

"Ya enggak tapi guru yang jelasin bilang gitu"

"Lebay aja gurunya. Di Bandung juga gak semua ramah" cibir Laisa dan Luna hanya diam.

"Teteh gimana?" Tanya Yuni. (Teteh\=Kaka perempuan)

"Baik juga. Cuma ada banyak orang-orang aneh" jawab Laisa.

"Aneh? Aneh gimana ah?"

"Ya gitu lah, susah Bun ngejelasin nya" jawab Laisa.

"Yaudah deh yang penting Teteh harus bisa jaga diri yah"

"Siap Bunda" jawab Laisa. Semuanya kembali makan.

"Assalamualaikum" suara itu ada di balik pintu. Laisa berdiri untuk segera membuka pintu.

"Teh Lais makan aja. Luna kan udah beres, biar Luna aja yang bukain pintu" potong Luna dan Laisa kembali duduk.

Luna berjalan menuju pintu untuk membuka pintu dan melihat siapa tamu yang datang.

"Waalaikumsalam" jawab Luna sembari membuka pintu "astaghfirullahaladzim" pekik Luna. Bagaimana Luna tidak kaget orang yang berdiri dihadapannya adalah orang yang memakai topeng gorila.

"Eh sorry-sorry" ucap orang dibalik topeng itu lalu dengan cepat membuka topeng nya.

"Ya Allah. Kakak siapa?" Tanya Luna kepada seorang laki-laki yang sudah membuka topeng gorila nya.

"Hai saya temennya Laisa. Sorry kalau bikin kaget" ucap Altar.

"Terus?" Tanya Luna

"Ini bener rumahnya Laisa?"

"Iya bener. mau ke Teh Lais Yah? bentar yah dipanggil dulu teh Lais nya." Jawab Luna "Teh La...."

"Eh dek, gak usah" potong Altar.

"Gak usah apa?"

"Gak usah di panggil Teh Laisanya"

"Lah kenapa bukannya tadi mau ke Teh Lais?"

"Iya tapi itu kalau Laisa yang buka pintu. berhubung bukan jadi saya cuma mau nitip ini aja Laisa" Altar menyodorkan sebuah paper bag berukuran kecil.

"Oh iya" jawab Luna.

"Siapa Lun?" Tanya Yuni dari dalam.

"Bentar Bun" jawab Luna membalikan badannya.

"Eh Kaka gak...." Altar sudah hilang "lah kok udah ngilang" Luna sedikit bingung tapi kemudian tidak peduli dan langsung menutup pintunya dan membawa apa yang di berikan Altar ke meja makan.

Sedangkan di dalam kamar Laisa kebingungan melihat satu chating masuk di hpnya.

08572030xxxx

Sial. Eh, Lais salam buat Bunda kamu dari Saya. Btw, Adek kamu cantik.

Laisa mengerutkan dahinya lalu segera keluar kamar.

"Siapa Lun?" Tanya Yuni.

"Gak tau. Tapi temen teh Lais katanya. Teh Lais mana?"

"Teh Lais ke kamar cabut charger hpnya. itu apa? Dari temen teh Lais?." Tanya Yuni dan Luna mengangguk tanda iya. Dan menggidikan bahunya tanda tidak tahu apa isinya.

"Lun" Laisa datang dengan cepat.

"Tuh dari temen Teteh" kata Luna menunjuk paper bag kecil yang sudah Luna letakkan di atas meja makan.

"Hah? Siapa? Ini apaan?"

"Ya gak tau lah. tapi itu jadi kakak ganteng" jawab Luna dengan senyumannya.

"Dari temen Teteh katanya. Siapa Teh?" Tanya Yuni.

"Lais juga gak tau" jawab Laisa.

"Cowok Bun temennya, ganteng, tapi pake topeng gorila pas dateng kesini. kayanya pacar Teh Lais." kata Luna.

"Apaan si Luna. Ngaco. Baru dua hari teteh sekolah. Masa udah punya pacar."  jawab Laisa.

"Oh jadi kalau misalkan udah sebulan mau punya pacar gitu?" Tanya Luna.

"Luna" Laisa memelototi Luna dan Luna hanya cekikikan.

"Udah ah udah berisik" sergah Yuni.

🍃🍃🍃

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!