( Don'T ) Promise, Please
1 Janji Yang Kosong
“ Jangan Janji Kalau Ujung-Ujungnya Pergi ”
Lisa duduk di meja makan kecil, menatap kopi di hadapannya yang sudah dingin. Ibunya berdiri di dekat pintu, rapi dengan blazer birunya, siap pergi lagi.
Mentari Ralisa Megantara
Ma, kali ini beneran kan?
Mama ( Tsania )
// tersenyum kecil.
Tentu saja, Sayang.
Mama ( Tsania )
Mama janji, ini yang terakhir.
Mentari Ralisa Megantara
// terkekeh pelan.
Mentari Ralisa Megantara
Yang terakhir?
// nadanya penuh sarkasme.
Mentari Ralisa Megantara
Mama udah bilang kalimat itu berapa kali, ya?
// mengetuk dagunya berpura-pura berfikir.
Mama ( Tsania )
// terdiam.
Mama ( Tsania )
Lisa, dengar, Mama nggak punya pilihan.
Mentari Ralisa Megantara
// menyandarkan punggung ke kursi ; melipat tangan di dadanya.
Nggak punya pilihan?
Mentari Ralisa Megantara
Mama selalu bilang gitu tiap kali pergi.
Mentari Ralisa Megantara
Kayak waktu Mama ninggalin aku sendirian pas umur sepuluh tahun.
Mentari Ralisa Megantara
Atau waktu Mama janji bakal datang ke pertunjukan sekolah, tapi nggak pernah muncul.
Mentari Ralisa Megantara
Atau waktu Mama bilang bakal tetap di sini, tapi sekarang berdiri di depan pintu dengan koper di tangan.
Mama ( Tsania )
// mengusap wajahnya, tampak lelah.
Lisa, Mama kerja keras buat kita, buat kamu…
Mentari Ralisa Megantara
Tapi Mama selalu ninggalin.
Mentari Ralisa Megantara
Kerja keras buat siapa kalau Mama bahkan nggak pernah ada di sini?
Ibunya terdiam. Lisa melihat matanya berkedip cepat, seperti menahan sesuatu—entah rasa bersalah atau hanya kebohongan lain yang ingin ia ucapkan.
Mentari Ralisa Megantara
// menarik napas dalam ; suaranya lebih lembut sekarang.
Mama selalu berjanji akan tetap di sini.
Mentari Ralisa Megantara
Aku percaya.
Mentari Ralisa Megantara
Aku selalu percaya.
Mentari Ralisa Megantara
Tapi pada akhirnya, aku yang harus belajar buat nggak percaya.
Mama ( Tsania )
// mendekat ; mencoba mengusap kepala Lisa.
Mentari Ralisa Megantara
// menghindar.
Mama ( Tsania )
Mama tetap ibumu.
// suara terdengar lirih.
Mentari Ralisa Megantara
// tersenyum kecil ; tapi matanya kosong.
Iya, tapi rasanya aku yang harus jadi ibu buat diri sendiri.
Mama ( Tsania )
// menutup mata sejenak ; lalu menarik napas panjang.
Mama bakal kembali, Lisa.
Mentari Ralisa Megantara
// menatap mamanya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Jangan janji kalau Mama nggak yakin bisa nepatin.
Kali ini ibunya tidak membalas. Ia hanya memandang Lisa sejenak, lalu mengambil kopernya dan pergi.
Suara pintu tertutup menggema di ruang tamu. Lisa tetap duduk diam, menatap kosong ke depan. Ia tahu mamanya akan pergi. Seperti biasa.
Ponselnya bergetar di atas meja. Lisa mengambilnya, melihat nama yang muncul di layar. Jamall 👻🤍.
Mentari Ralisa Megantara
// menghela napas sebelum mengangkat panggilan itu.
Mentari Ralisa Megantara
Jae.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Gue tahu dari nada suara lo.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Dia pergi lagi, ya?
Mentari Ralisa Megantara
// terdiam sesaat ; lalu mengangguk.
Iya.
Keheningan menyelimuti keduanya selama beberapa detik sebelum Jaehyun bicara lagi.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Gimana perasaan lo?
Mentari Ralisa Megantara
// menatap kopinya yang dingin.
Gue udah kebal.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Kebal?
Jefrino Jaehyun Danuarta
Atau lo cuma pura-pura, hm?
Mentari Ralisa Megantara
// tertawa kecil.
Mungkin dua-duanya.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Gue berharap bisa ada di sana buat lo.
// terdengar lebih pelan.
Mentari Ralisa Megantara
// menghela nafas.
Lo udah cukup ada, Jae. Meski dari jauh.
Jaehyun tidak menjawab. Tapi Lisa tahu, kalau dia ada di sini, dia pasti bakal menepuk kepalanya pelan seperti biasa.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Lo mau gue tetap di telepon?
Mentari Ralisa Megantara
// menatap keluar jendela rumahnya, langit senja yang mulai menggelap.
Nggak usah. Lo ada kelas pagi, kan?
Jefrino Jaehyun Danuarta
Lisa.
Mentari Ralisa Megantara
// tersenyum kecil.
Gue bakal baik-baik aja, Jae.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Jangan bohong, Li.
Kali ini Lisa hanya diam. Karena Jaehyun benar. Ia memang tidak baik-baik saja. Tapi sampai kapan ia harus mengakuinya?
Jefrino Jaehyun Danuarta
Lisaa.
Mentari Ralisa Megantara
Hm?
Jefrino Jaehyun Danuarta
Lo yakin lo baik-baik aja?
Mentari Ralisa Megantara
// menghela napas ; memejamkan matanya sesaat.
Iyaaa, Jamal nya Lisaa.
Jaehyun tidak langsung membalas. Lisa bisa membayangkan ekspresinya—dahi mengernyit, bibir mengerucut sedikit, seperti sedang menahan diri buat nggak membantah
Jefrino Jaehyun Danuarta
Okee, kalau lo butuh sesuatu, chat gue.
Mentari Ralisa Megantara
Iyaa.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Gue bakal nelpon lo lagi setelah kelas.
Mentari Ralisa Megantara
Nggak usah repot-repot, Jae.
Jefrino Jaehyun Danuarta
// mendecak pelan.
CK, Lisa.
Mentari Ralisa Megantara
// terkekeh kecil.
Iya, iya. Gue angkat nanti.
Jefrino Jaehyun Danuarta
Good. Jangan macem-macem dulu, ya.
Mentari Ralisa Megantara
Apaan sih.
Lisa menatap layar ponselnya beberapa detik sebelum akhirnya membuka chat dengan Pacarnya.
Mentari Ralisa Megantara
// mengetik.
Author Kwek Kwek
Abaikan Jamnya 😉
Hening. Centang dua, tapi tidak biru. Lisa menghela napas. Ia menggigit bibirnya, menahan rasa tidak nyaman yang perlahan merayapi dadanya.
Tangannya refleks membuka Xwitter. Ia menggulir timeline tanpa tujuan, sampai matanya menangkap sebuah foto.
Mentari Ralisa Megantara
// Deg.
💬 Omg couple favorit akuu!
💬 Cocok banget sumpahhh, kenapa mereka ga jadian aja sih?!
💬 Jelek, cocokan juga sama Lisa.
💬 Pacarnya ga cemburu apa ya wkwk
💬 Jungkook kapan nih go public sama Eunha?
Jadi ini alasan Jungkook nggak balas chat?
Perasaan Lisa mendadak campur aduk—marah, kecewa, tapi juga lelah. Harusnya dia udah bisa nebak, kan? Harusnya dia udah kebal.
Mentari Ralisa Megantara
( kenapa rasanya masih sakit? )
Author Kwek Kwek
Suka? Kalo suka lanjut.
Comments