"Kamu disini rupanya... "
.
.
"Syaland... ", umpat Davina ketika menoleh siapa yang datang menghampirinya, senyum pria itu manis sekali tapi kenangannya saja yang buruk.
Dengan tanpa beban Hansel duduk disamping Davina. Sementara gadis itu misuh-misuh di batinnya, tapi wajahnya tetap tenang dan menunggu apa yang akan di serukan Hansel selanjutnya.
"Entah apa pun yang kamu pikirin tentang aku sekarang, aku cuma rindu kamu pinpin, rinduku ini ngga peduli kamu sekarang pacar siapa, punya siapa, aku ngga peduli semua itu. Ngeliat kamu baik-baik aja disini, kerja kamu bagus, entah kenapa aku benar-benar lega. Setidaknya aku liat kamu baik-baik aja tanpa ingat aku, aku malah lega. Aku yang engga bisa lupain kamu."
"Hans... "
"Aku belum selesai ngomong pinpin. Bisa dengerin aku sebentar lagi ngga?".
"Okay."
"Aku minta maaf untuk semuanya, maaf karena mama aku jahat banget sama kamu, dan aku anak bodoh yang ngerasa mamanya memang benar, maafin aku Vina."
"Udah ngomongnya?". Tanya Davina tenang dan Hansel mengangguk pelan.
"Aku udah lama closure Hans. Marah ku udah lama hilang, bahkan aku udah lupa. Aku kaget aja bisa-bisanya nemuin kamu disini, mau gimana juga kita bakal hidup berdampingan lama disini. Itupun kalau kamu mutusin buat menetap, karena aku mau menetap disini buat waktu yang lebih lama. Aku ngerasa panggilan ku memang disini. Jadi kita harus berhubungan baik kan? Ayo kita temenan Hans. Ayo makan siang bareng sesekali di kantin biar canggungnya hilang. Ayo saling mengunjungi pos masing-masing sesekali." Jawab Davina dengan senyum termanisnya.
Hansel mengangguk sementara matanya berkaca-kaca.
Bahwasanya gadis ini menyingkirkan dirinya dengan sangat elegan, gadis ini memutuskan hubungan tanpa bahasa kasar, tanpa memisahkan diri. Betapa hebatnya orang tuanya yang mendidik wanita berkelas ini, itulah yang ada di batin Hansel.
🍁🍁
Sejak Hansel mendatanginya tanpa diduga-duga di bukit kecil itu, secara spontan rasa aneh yang ia miliki pada Hansel spontan hilang, berpapasan dengan pria itu pun rasanya biasa saja, seperti bertemu Ricky rasanya, senang tapi tidak berdebar, excited tapi tidak penasaran. Jauh berbeda ketika dengan Kai. Ia di samping pria itu tapi ia rindu, setiap saat rindu dan mendamba, setiap berpapasan jantungnya berdebar lebih cepat dan kencang, rasa penasaran akan apa yang dilakukan pria itu selalu ada ketika Kai tidak didekatnya.
Ia benar-benar jatuh cinta.
Siapa sangka Pandora Town yang porak-poranda yang hilang hampir setengahnya malah menjadi tempat tumbuhnya cinta Davina.
"Sayang... ", seru seseorang yang tiba-tiba saja duduk disampingnya sambil meletakkan nampannya.
Davina tersenyum melihat kesayangannya muncul, Claren hanya mendehem, sementara Ricky memutar bola matanya malas. Kai hanya melirik ke arah Ricky tanpa memperdulikannya lagi. Ia sibuk dengan makanannya dan sesekali bercanda dengan Davina.
🔊"Sssttt... Mama Vina... Mama Vina ganti... Mama Vina tolong jawab...! ", suara walkie talkienya. Nada suara itu terdengar sangat panik.
🔊"Ada apa Sus? Ganti."
🔊"Grace... Dok... Cepet dok, jantungnya berhenti dok... Hiks... ".
Detik itu juga Davina berlari kencang, keluar dari kantin, ia lupa makan siangnya, ia lupa ada Kai disana. Bahkan pria itu sempat membeku dan makanan yang hendak ia siap ke mulutnya terjadi begitu saja.
"Claire, tolong dibersihin ya.... "
Tanpa menunggu jawaban Claire, ia juga menyusul Davina, ke tempat yang sudah pasti menjadi tujuannya, Kids Camp yang sekarang bangunannya sudah lebih baik dari sebelumnya, bukan lagi tenda kokoh, tapi gedung permanen, yang di usahakan oleh dua dokter fenomenalnya Selesai Ville, Bryan David dan Jung Joon Young.
Berikut juga peralatan medis untuk menunjang penyelamatan nyawa anak-anak yang sudah setahun lebih ini diperjuangkan Davina.
Bukan lagi gaya dikejar setan, tapi dikejar maut begitulah Davina sampai di Kids Camp. Ia sudah melihat bayi prematur yang ia temukan secara ajaib itu sudah di pasangi alat bantu napas, dan yang lainnya. Bahkan masih dilakukan RJP untuk mengembalikan detak jantung bayi kecil itu.
Hati Davina sakit sekali melihat pemandangan itu. Melihat Davina muncul petugas yang berada disana mundur dan Davina pun segera menggantikannya, dengan mata berkaca-kaca ia memberikan perawatannya, se cepat yang ia bisa.
"Grace... Grace denger mama nak?!... Grace..." Sambil terus memberikan tindakannya.
"Grace... "
Kai menahan Davina, ia menarik kesayangannya itu agar mundur lalu ia yang maju. Karena ia melihat bagaimana Davina gemetar, mereka bahkan pernah mendapat kasus yang lebih parah kenapa Davina kelihatan terguncang sekali kali ini.
"Sus... Kantong ambu bayi... ", serunya dengan tenang.
Detik demi detik Davina lewati dengan perasaan tegang dan mencekam. Ia sangat berharap pada Kai saat ini, Kai satu-satunya yang bisa ia andalkan kali ini.
"Harus... Kai... harus.. ", bisiknya dalam hati tanpa sadar air matanya sudah berjatuhan sejak tadi.
Selagi suster menekan kantong ambu di mulut bayi kecil mungil itu, Kai akhirnya menempelkan stestoskopnya di dada bayi itu, ia memejamkan matanya lega.
"Sudah Sus... Bunyinya bagus... Periksa 20 menit sekali ya."
"Aohhh... Makasih dok, syukur banget Grace... Kamu kuat banget nak... ", seru perawat itu.
Kai mengalihkan pandangannya pada Davina yang masih berdiri tidak jauh darinya, ia jelas melihat mata gadis itu merah. Ia melambaikan tangannya dan mengajak Davina untuk mendekat.
Bayi yang henti napas itu kini sudah dipasang oksigen yang memang sedari awal dipakaikan padanya, ia sudah dikembalikan ke dalam inkubator.
Dengan mata yang masih berkaca-kaca Davina memasukkan tangannya melalui lubang portal dan mengelus lembut lengan kecil itu. Tangan kecil itu menggenggam jari telunjuk Davina.
.
.
Deg
Air matanya benar-benar mengalir membelah pipi mulusnya, Kai semakin bingung, ada apa dengan gadisnya ini?
"Kenapa sayang?".
Davina hanya tersenyum dan melepas pelan genggaman bayi kecil itu di jari telunjuknya. Lalu keluar dari Kids Camp dan menuju ruang piket. Tanpa banyak tanya Kau mengikutinya karena memang mereka sedang istirahat kala itu.
"Kenapa? Ada apa? Kita pernah ketemu yang lebih parah, tapi kamu ngga begitu. Ada apa sama bayi itu?".
.
.
.
TBC... 🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments