Tak
Kopi kalengan dari mesin minuman rumah sakit mendarat didepannya.
"Cantik-cantik kok murung... "
Davina segera menoleh dan tercetak lah senyum lebarnya.
"Dokter gombal udah dateng nih. Aku perempuan ke berapa yang kamu puji hari ini."
"Just one and only like used to be." serunya sambil duduk disamping Davina.
Pria berdimple dengan senyum manis itu, selalu menjadi pain killer baginya, melupakan sejenak sakit hatinya karena mulut tajam dokter Kai. Ricky Nam, dokter tulang idaman para dokter ataupun perawat wanita di Pandora Town Hospital ini, karena sifat ramahnya, dan tutur kata yang lembut, tidak seperti sebelah yang selalu nyelekit.
"Dia ngomong apalagi ke kamu hari ini?".
"Ngga ada, aku udah biasa, udah kebal, karena mau bagaimana pun, aku akan tetap salah."
"Vina... Kamu ngga bisa begitu terus."
"It's okay. I'm really okay."
Dokter Ricky hanya menatap bingung wajah cantik itu, mata hazel yang diam-diam sering dipergokinya berkaca-kaca atau tiba-tiba berair dibalik tenda penpengungsi. Davina merasa memiliki Claren dan Ricky di tempat bencana dan penuh dengan adu domba ini sudah cukup. Ia hanya perlu memperdulikan pasiennya, bukan yang lain.
Padahal sudah bulan ke enam mereka bersama, apakah tidak ada rasa dekat sedikitpun atau rasa iba sedikit pun di hati Kai? Apakah tidak bisa pria itu menghargainya usahanya? Davina memang cekatan tapi Kai lebih lagi, pria itu menyelesaikan segalanya bak tangan dewa yang tak pernah salah.
Awalnya Davina terkagum tapi lama kelamaan ia sakit. Tangan itu tidak bisa ia imbangi, bahkan usaha kerasnya tidak akan bisa menyamai sedikit pun. Dari sekian banyak kalimat menyakitkan yang dilontarkan Kai, hari ini yang paling menyakiti hati Davina.
"Vina, kamu mending balik aja deh. Ngga usah disini lagi, nyusahin bener tau ngga. Kamu lambat, diagnosis kamu memang selalu benar tapi kalau ngga diimbangi sama tangan yang ligat kamu sama aja lumpuh, Davina. Aku ngga tahu apakah kamu diperlakukan seperti tuan putri atau bagaimana, tapi kita ngga lagi di taman bunga. Kita di tempat perang, harus cepat, tepat, gesit salah sedikit nyawa kamu atau nyawa pasien taruhannya, mending kamu kembali ke dunia kamu yang penuh bunga-bunga itu, Davina. Kamu cuma nyusahin disini."
Patah, jelas.
Kai Joseph, dokter tampan dan andal yang di elu-elu kan di Timio Medical Centre di perbatasan Mithnite dan Orion. Tangan cepat dan cekatannya tidak diragukan lagi, bertemu dengan Davina yang sebenarnya cepat dan gesit tapi di tuntut menyamai dirinya membuat gadis itu kewalahan.
Ia berusaha se gesit mungkin disetiap saat, tapi selalu saja gagal mengimbangi Kai. Pria itu terlalu cepat dalam hal apapun. Davina cukup kelelahan.
Pov Davina :
Apakah langkahku harus berhenti disini? Benarkah aku harus pulang sebentar lagi? Aku masih ingin membantu meski tak seberapa. Aku bangga sekali berhasil menenangkan anak-anak tantrum yang tidak Terima kehilangan orang tua mereka, meski hanya sebatas kata-kata dan pelukan apa tidak boleh lagi ku lakukan hal itu?
Bagaimana bayi-bayi yatim piatu yang ku asuh disini? Bahkan kadang tidak sadar mulutku ini berkata "Sini sama mama, aduh bayinya mama... Cantik bener.. ".
Apa tidak boleh lagi? Meski batin ku taruhannya, aku masih kuat. Sebagai anak yang juga kehilangan orang tua mereka di usia yang sangat belia, aku ingin mengatakan pada mereka dunia tidak se jahat itu. Apa tidak boleh lagi? Kenapa Kai si setan ini jahat sekali?
Tetap saja aku menyimpan pertanyaanku ini sendirian, dengan tangisan dan sesegukan ku disini. Aku segera menjauhi tempat yang kami sebut save zone, rumah sakit Pandora. Aku pergi ke bukit kecil dibelakang rumah sakit itu, dari sana aku bisa melihat daerah luas yang luluh lantak karena gempa dashyat enam bulan lalu, dan sesekali masih terjadi sekarang.
Aku duduk menatap jauh entah kemana, daerah perbatasan yang sepi dan hening ini. Disinilah aku sekarang dengan segala sakit yang aku simpan selama enam bulan ini, baiklah, aku akan pulang, sepertinya daerah ini memang tidak cocok untukku, sebaiknya aku segera mengobati luka batinku sebelum aku gila, aku punya papa, appa, dan tante ku Tania. Mereka akan mengobati lukaku.
Tapi,
Aku masih teringat saja bagaimana wajah remeh Kai kepadaku, sepele kepadaku, merendahkan aku. Bagaimana tenangnya suaranya, dan bagaimana ia melipat tangannya didada sambil terus mengoceh, seolah berkata "Apa lah kamu yang lamban itu disandingkan dengan aku yang perfect ini."
Ohhh... Tuhan, apa boleh dia ku bungkus dengan kantong mayat yang selalu tersedia itu. Aku ingin sekali.
🍁🍁
"Davina... ". Suara dalam dan manly yang sangat dikutuk Davina.
Ia menoleh sekilas, menghapus air matanya dan beranjak pergi berbalik arah.
Sapp, Kai menarik tangannya.
"Kamu kenapa?".
"Ngga papa."
"Vina... ", kini suaranya melemah.
"Ayo balik ke save zone, aku tugas terakhir malam ini, besok aku mau balik."
"Balik kemana?", Kai heran.
"Kemana? Kamu masih tanya balik kemana? Kan kamu bilang aku tuan putri, aku ngga cocok didaerah konflik, aku cocoknya di taman bunga, ya udah aku mau balik ke taman bunga ku itu." Jawab Vina tanpa ekspresi.
"DAVINA....! ", bentak Kai lagi.
"APA!!!??? APA KAI JOSEPH?!! APA LAGI??!." Bentak Davina balik, Kai tersentak, itu kali pertama Davina membentaknya.
"MASIH KURANG HAH? MASIH KURANG BANYAK KAMU BENTAK-BENTAK AKU ENAM BULAN INI? MASIH KURANG? KAMU BELUM NGERASA PUAS JUGA UDAH PERMALUIN AKU, NGEREMEHIN AKU, NGERENDAHIN AKU SELAMA ENAM BULAN INI BELUM CUKUP JUGA KAI?!! ", tangisnya pecah, Kai bungkam, ia bingung, malah wajahnya terlihat takut.
"Aku bukan dewa Kai, aku manusia biasa, ngga bisa sempurna, sesempurna yang kamu lakuin. Aku ngga bisa. Aku udah berusaha sekeras yang aku bisa, di rumah sakitku yang lama, aku udah termasuk yang gesit, tapi dibandingkan dengan kamu disini, aku bukan apa-apa. Aku sadar, makanya aku berusaha, berusaha 1/2 nya aja dari kamu. Aku udah mati-matian Kai, enam bulan ini. Tapi apa kamu sedikit aja ngehargain usahaku? Sedikit aja Kai, sedikit? Engga kan. Setiap teguran kamu, yang lebih masuk akal itu makian bukan teguran lagi, aku terima, aku jadiin motivasi, tapi sekarang aku sadar, telat banget emang. Tapi menuhin standar kamu itu kayak ngisi ember bocor, ngga akan pernah penuh, Kai. SIA-SIA."
Davina melangkah lagi, kini setengah berlari.
"Vina... Davina, t-tunggu... ", seru Kai kembali menarik tangan gadis yang masih terisak itu.
" LEPAS... Jangan deket-deket. Mulai besok aku ngundurin diri. Kamu cari aja yang sama hebatnya dengan kamu. Aku mau pulang. Aku punya hati, Kai. Jangan kira karena aku mudah ketawa, mudah kelihatan baik-baik aja, ngga bisa sakit hati gitu? Ini lah perasaan aku yang sebenarnya yang mati-matian ku simpan Kai. Susah payah aku tahan, jadi demi kebaikan kamu dan pride kamu yang tinggi itu, yang sempurna itu, carilah yang bisa menyamain kamu, yang sehebat kamu, sepintar kamu, se mulia kamu, PAHAM?! ", bentak Davina gemetar.
Bugh...
Badan ringkih yang tadinya kokoh mengeluarkan seluruh kemarahannya itu pun tumbang, semuanya benar-benar hening dan gelap.
.
.
.
TBC... 🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments