Wo Men De Ai

Wo Men De Ai

Part 1

"Pria tanpa tawa"

...***Ketika orang orang mengatakan selamat tinggal dan melukai hatinya,...

...Nyatanya orang-orang yang dicampakkan akan lebih sakit dan patah hatinya. Benar kan??...

...Mungkinkah kita tahu jawabannya??...

...Begitulah cinta yang masih tersisa di hati para pecinta,...

...Meskipun menyakitkan nyatanya sang hati masih saja mencintainya...***...

💞💞💞💞

"Tuk tuk tuk.....gedubrak!!"

"Akh!!" jeritan seorang gadis yang tersandung di anak tangga paling bawah, kembali menyita perhatian para penghuni panti asuhan Kasih Kita.

"Kak Syila istiqomah sekali ya, dari berlarian menuruni tangga sampai adegan jatuhnya, terus saja dilakukan. dalam seminggu setidaknya lima kali kak Syila jatuh begini" Seorang siswi yang mengenakan seragam SMP, bangun dari duduknya dan memapah Syila berdiri.

"Istiqomah itu ibadah, bukan jatuh-jatuhan seperti ini, Bella" sahut sang pelakon loncat indah tadi. "Hupffhhh, aduh!!, lututku terluka lagi" keluhnya sembari mengelus lutut.

Melihat Syila meringis memegangi lututnya, Bryan bergegas menghampiri"Cepat selesaikan sarapan kalian anak-anak, nanti terlambat kesekolahnya!" serunya.

"Jatuh lagi??. Di bawah tangga lagi??" tanyanya pada Syila yang tersenyum masam, sembari meniupi lututnya.

"Besok kita gotong royong memindahkan tangga itu, biar kakak ceroboh kalian ini nggak jatuh terus di lokasi yang sama. Bisa-bisa habis terkikis tengkorak lututnya, jika setiap pagi loncat indah terus."

"Memang tangganya mau dipindahkan kemana, kak Bryan??" tanya Chelsea. Bocah kelas empat sekolah dasar yang ditinggalkan seseorang di depan pintu panti, beberapa tahun yang lalu.

"Kehatimu!" sahut anak cowok berseragam merah putih seperti Chelsea, Athala namanya.

Sahutan Athala membuat riuh meja makan.

"Wuuuu masih kecil sudah mainan hati, asem deh!kak Nazmi yang sudah SMA begini saja belum pernah ngomong masalah hati sama cewek."

"Itu kak Nazmi saja yang takut sama cewek!!" sahut Athala dan gelak tawa mereka semakin menjadi. Nazmi kalah telak pagi ini, cowok berwajah rupawan itu seperti memiliki alergi dengan lawan jenis. Selain dengan cewek-cewek penghuni panti dia merasa panas dingin dan kaku, jika berdekatan dengan cewek asing.

"Sudah!!, sudah!. Cepat selesaikan sarapan kalian. Kalian nggak mau terlambat ke sekolah kan" dengan tangan sibuk mengobati luka Syila, pria itu terus mewanti-wanti para anak-anak layaknya sang Ayah yang sedang menasehati anak-anaknya.

"Riko, uang komitenya sudah kakak masukan kedalam tas sekolah kamu, ya."

Anak berkaca mata itu dengan sigap menjawab"Siap, kak!." sahut Riko.

"Amel juga, jangan diselewengin ya, uang jajan kamu juga sudah kakak tambahin."

Amel memanyunkan bibirnya"Bawel akh." sahutnya judes.

"Dih nyolot, gemes pengen tabok mulutnya deh" ujar Nazmi, yang geram dengan tingkah Amel.

Ujung mata Amel spontan melirik tajam pada Nazmi"Sama aku aja kamu galaknya minta ampun, coba kalau sama cewek lain, mati kutu. Dasar aneh!!."

"Buah duku buah tomat____"

"Bodo amat! dasar kang sayur!!" sambar Amel. Nazmi menatap Amel dengan wajah nyolot dan mengolok.

"Kawinkan saja mereka kak, benci sama cintakan beda tipis" bisik Bella.

Bryan yang sudah selesai membalut lutut Syila tersenyum kecil kearah Bella"Kakak bukan penghulu". Jawab Bryan santai. "Bi Mumun tolong bereskan ya, pagi ini saya ada rapat jadi harus cepat cepat ke kantor."

Dengan semangat Bi Mumun menyahut perkataan Bryan"Siap Den Bryan, serahkan semuanya sama bibi. Kalo mereka cerewet boleh bibi pites satu-satu kan,Den?."

"Terserah Bi Mun, babat habis saja mereka satu-satu bi" guraunya sambil menarik lengan Syila"Ayo kamu berangkat sama Kakak."

"Bwekkk!!, buruan kabur sebelum taring sama tanduk bi Mun muncul!" ledek anak-anak langsung bubar dari meja makan.

"Hahahha, bisa takut juga kalian ya" bi Mun terkekeh.

"Kamu jadwal kerja di toko bunga apa di cafe". Tanya Bryan pada Syila. Mereka berjalan beiringan menuju mobil Bryan. Sementara anak-anak lain berangkat ke sekolah dengan sendirinya.

"Pagi ini di toko bunga kak, nanti sore lanjut di Cafe" gadis lugu itu menjawab tanpa menatap ke depan, alhasil tubuhnya menabrak punggung Bryan"Bruk!!."

" Syilaaa...., kamu sudah sarapan kan?."

"Hihihi iyalah, kak" jawabnya memegangi kepala sembari tertawa bak anak kecil.

Bryan juga memegangi kepala Syila, dia mengelusnya dengan lembut"Terus, kenapa nggak fokus sih?."

"Belum minum air mineral, kak" jawabnya masih dengan tawa.

"Dasar Syila!" Bryan masih mengelus rambut gadis berambut sebahu itu. Dengan manisnya Syila tertawa kepada Bryan.

Hubungan manis mereka layaknya dua saudara kandung, tanpa Bryan mungkin Syila nggak bisa apa-apa. Gadis ceroboh seperti Syila selalu saja membuat kesalahan, jika bukan karena Bryan yang mempunyai hubungan baik dengan keluarga Charllote, mungkin Syila nggak akan dipertahankan bekerja di toko bunga milik keluarga Charllote itu.

Bryan juga berperan banyak dalam membantu Syila mendapatkan pekerjaan paruh waktu lainnya di Cafe milik keluarga Arin, Cafe yang terletak tepat di depan Toko bunga milik keluarga Charllote. Dekatnya jarak tempat Syila bekerja setidaknya sedikit mengurangi kekhawatiran Bryan ketika melepas Syila bekerja. Sebab....Syila pernah ketiduran di dalam bis ketika pulang bekerja, alhasil dia terlambat pulang ke panti dan jelas saja hal itu membuat Bryan kerepotan mencarinya. Hal itu terjadi ketika Syila masih bekerja di toko buah.

"Jangan lupa makan siangnya. Kalo pulang jangan lupa kirimi kakak pesan, ya." Ucap Bryan sesampainya Syila di depan toko bunga.

Gadis itu mengangguk dengan senyuman.

"Jawab neng! jangan ketawa aja."

"Iya, kak Bryan" sahutnya.

Bryan mengacak pucuk kepala Syila"Hati-hati kalo sedang merangkai bunga, tangkai bunganya yang dipotong, bukan jari-jari kamu ya!."

"Iya, kak Bryan."

"Kalo lagi manggang roti jangan lupa memakai sarung tangan pas memasukan adonan ke dalam oven, jangan sampai tangannya kena oven panas lagi kayak kemarin."

"Iya, kak Bryan."

"Terus...."

"Terus kamu kapan berngkatnya, Bro??" Joen, salah satu Tuan muda di keluarga Charllote datang mengantarkan sang istri untuk membuka toko bunga.

Kedatangan Joen membuat Bryan salah tingkah"Iya, iya. Ini juga mau berangkat. Kamu juga ikut rapat kan?."

Joen menggeleng"Charllote Company nggak ambil andil dalam bisnis sarang walet. Ku dengar Tryfam Company yang akan jadi saingan kalian."

"Aduh, harus berurusan dengan yang mana ya?."

"Entahlah. Yang jelas kamu beruntung kalo berhadapan sama Fatur atau Vino."

"Bagaimana sama Lian?" tanya Bryan mulai was-was.

"Hihihihi" Ghina, istrinya Joen tertawa mendengar nama Lian.

"Lho, kenapa Ghin?."

"Sebelum bertemu Lian kamu harus banyak berdoa, minta pertolongan kepada sang maha pencipta agar diberikan kesabaran dan ketabahan" jawab Ghina masih dengan tawanya.

"Waduh" lirih Bryan semakin resah.

"Hahahh, ya sudahlah Bro, mending kamu cepat berangkat. Syila akan aman bekerja di sini" tutur Joen.

"Hupffhh...., kamu jangan ceroboh ya, Syil."

"Iya kak" itu lagi jawaban Syila. Gadis polos ini terus saja berkata"Iya" setiap kali dinasihati dan diwanti-wanti Bryan. Nyatanya nanti pas pulang entah luka apalagi yang akan dia dapatkan. Entah itu lecet terkena panas oven lagi kah, atau mungkin lecet tergores duri mawar lagi kah. Hah! gimana Bryan nggak mendadak cerewet kalo sedang menasehati wanita kecil ini, orangnya terlalu polos dan lugu.

...💖💖💖💖...

"Sayang, kamu pagi ini ada rapat kan? buruan ngantor" Jovana menggoyang-goyang tubuh Vino saat membangunkannya.

Si Vino bereaksi dengan menggeliat sejenak, kemudian tidur lagi.

"Bebs! ujung kaki Jova mendorong punggung Vino.

"Oh lord, Istriku main fisik" Keluh Vino masih dengan mata terpejam.

"Oh lord, maafkan aku. Aku begitu karena suamiku jago ngorok" balas Jova.

Vino terkekeh dalam selimut, punya istri galak tapi penyayang seperti Jova membuat hari-harinya penuh warna.

"Sruk" Vino bergegas bangun"Sayang, ponsel aku mana?."

"Entahlah, kalo ponsel aku sih aku tau letaknya, sayang."

"Ya elah Sayang, pagi-pagi jangan judes dong."

"Aku kesal, aku di ceramah Lian karena kamu belum muncul di kantor. Buruan berangkat ke kantor!! kamu tau kan Sayang, si Lian kalo marah kayak apa. Dia akan terus menceramahimu sampai telingamu gosong." Jova copy paste kata-kata Lian, pagi ini dia ikut terkena semburan api amarah Lian lantaran sang suami telat betangkat ke kantor.

"Ish!!nanti aku akan balas memarahinya, kembalikan dulu ponselku."

"Suwer, aku nggak tau di mana ponsel kamu, Sayang. Coba diingat-ingat, kamu simpan di mana ponselnya." Si istri malah balik bertanya.

"Hmmm...." otak bangun tidur Vino dipaksa mengingat di mana terakhir kali dia meletakan ponselnya.

Beberapa detik kemudian dia menjentikan jari"Di saku celana hitam yang aku kenakan kemarin."

"Jogger?."

"Iya".

" Pantas saja terasa berat, aku sudah memasukannya ke dalam mesin cuci, Bebs" jawab Jova santai.

"OH LORDDDDD" Pekik Vino mengejar mesin cuci.

...💖💖💖💖...

"Trrrrtttt."

"Trrtttt....."

"Kurang ajar! pada kemana sih??" Lian mengetuk-ngetuk meja kerja, dia kesal banget sama Fatur yang sulit di hubungi, begitupun Vino"Sudah tau akan ada rapat, dia malah bertingkah terlambat ke kantor!."

"Lian, kemana Vino??" sosok yang nggak diharapkan Lian kini hadir di hadapannya.

"Mati kali" jawabnya kesal.

Pria paruh baya itu menghela nafas"Sudah di telepon?."

"Memangnya orang mati bisa terima telpon, Pa?."

Riley menghela nafas lagi"Sikapnya semakin menjadi" bisik hatinya.

"Kamu saja yang memimpin rapat, papa yakin kamu pasti bisa memenangkan tender demi memajukan perusahaan kita."

"Ya" jawab Lian singkat.

Sudah satu tahun berlalu, sikap Lian masih saja dingin. Terlebih kepada Riley, papanya. Kasus perselingkuhan sang papa hingga berbuntut hilangnya Kaila, sang tunangan. Jelas hal itu nggak akan pudar begitu saja di hati Lian. Meskipun akhirnya sang papa kembali kepada mamahnya, namun Kaila yang menyesal sempat menyembunyikan perihal perselingkuhan Riley nggak kunjung kembali kepadanya. Entah di mana Kaila sekarang?. Masih hidup kah?. Atau...

"Kaila pasti baik baik saja di suatu tempat" lirih hati Lian setiap kali memikirkan hal itu.

...💞💞💞💞...

"Cekiiittt!!!" Fatur memarkir mobil dengan tergesa-gesa"Arghhh!!aku bisa digeprek Lian ke dasar bumi, telat dua puluh menit!!" memekik sembari melirik arlogi yang dia kenakan.

"Pagi, pak Fatur!!" sapa para karyawan yang mendapati Fatur berlarian dari parkiran hingga ruang rapat. Pria itu menggangguk di sela aktivitas menguras energi itu.

"Lho...!!kemana orang-orang?" ujarnya dengan nafas beradu.

"Rapatnya kan di perusahaan Brander, Pak."

Fatur menggeplak kening dengan tangannya. Sudah terlambat ke kantor, nggak tau informasi pula. Hari ini dijamin dia bakal menuai ceramah dari Lian sampai telinganya hangus terbakar.

Secepat yang dia mampu Fatur bergegas kembali memacu laju mobilnya.

"Kriukk...."

"Akh!! aku nggak sempat sarapan" lengkap sudah kesialan Fatur hari ini.

Perlu waktu sepuluh menit hingga dia tiba di parkiran perusahaan Brander. Setelah sampai pun dia masih harus bertanya kepada resepsionis di mana ruangan rapat berlangsung. Nggak ada yang menyambut kedatangannya, hal ini jelas karena Lian memang melarang Dion sang sekretarisnya untuk menunggu kedatangan Fatur di depan perusahaan Brander.

"Biar tau rasa!" gerutu Lian.

"Tok tok" karyawan magang membukakan pintu dan nampaklah wajah Fatur di sana. Perhatian para pemegang saham baik dari perusahaannya ataupun perusahaan Brander langsung tertuju kepadanya.

"Maafkan keterlambatan saya" ujar Fatur menyesali kelalaiannya kali ini. Lian menatapnya kesal, apalagi datang tanpa Vino. Ckckckckckkc semakin membara amarah di hati Lian.

"Oh Pak Fatur. Nggak pa-pa Pak, anda pasti kelelahan membantu istri anda mengurus bayi kembar yang baru lahir kan" ujar Tuan Odet Brander, selaku pemimpin perusahaan itu.

Fatur menghela nafas lega, setidaknya Tuan Odet memakhlumi dirinya.

"Cih!" Lian berdecih.

"Silahkan duduk pak Fatur, lanjutkan presentasi anda Pak Lian" ujar Tuan Odet lagi.

"Baiklah Tuan Odet, terimakasih atas kebaikan anda memakhlumi keterlambatan rekan saya" Lian pun melanjutkan presentasinya, tentu dengan gemuruh hati yang hendak meledak bak gunung merapi.

Seandainya Fatur punya penglihatan supranatural, dia pasti dapat melihat kobaran api dari kedua mata Lian ketika menatapnya.

Selesai Lian berpresentasi kini giliran Bryan, Tuan muda Brander yang berpresentasi. Dia nggak kalah bagusnya dengan Lian dalam menjelaskan visi dan misi, keuntungan dan segala penyelesaian dalam setiap kendala kalo berbisnis dengan mereka. Tuan Abraham selaku calon rekan bisnis yang sedang di rebutkan Trifam dan Brander merasa bingung, ketika harus menentukan dengan perusahaan mana mereka akan menjatuhkan pilihan.

"Anak muda jaman sekarang, kalian benar-benar patut di acungi jempol" tuturnya sembari mengacungkan kedua jempol kepada Lian dan Bryan.

"Terimakasih Tuan Abraham, saya masih harus lebih banyak belajar lagi" ucap Bryan. Berbeda dengan Lian yang menanggapi hanya dengan seulas senyuman. Namun justru hal itu yang membuat Tuan Abraham lebih tertarik kepada Trifam.

"Mahal sekali tutur kata pak Lian, dari tadi senyumnya baru seulas saja" bisik salah seorang peserta rapat.

"Dulu nggak begitu, malah kebalikannya."

"Masa iya, lihat deh auranya bikin susah nafas. Kamu tau nggak, menurut desas-desus yang tersebar dia bisa membuat lawannya risih hanya dengan saling tatap, matanya bisa meruntuhkan semangat."

"Iya juga sih, tadi pas dia datang aku menyapanya dengan ramah. Kamu tau gimana reaksinya?."

Sang karyawan Brander yang lain mengendikan bahu.

"Dia menatapku lekat-lekat dan cuma bergumam."

"Bergumam gimana?."

"Hemmm" ujar lawan bicaranya mencontohkan gumamam Lian tadi.

Sang lawan bicara menahan tawa"Kasian sekali kamu, itu namanya dikacangin tingkat dewa."

"Iya tuh. Seketika aku jadi rendah diri, semangatku langsung merosot, hah...aku menyesal sudah menyapanya."

Bryan yang berada di sebelah mereka menyikut lengan salah satu di antara mereka. Mendapat teguran begitu seketika mereka berdua senyap, tak ada lagi bisik-bisik tetangga di antara mereka.

Rapat terus berlanjut, Fatur begitu gelisah. Dia kelaparan!!.

"Tuing-tuing" Fatur menarik kemeja Lian.

"Aku lapar" cicit Fatur.

"Terus??" Lian menyahut tanpa menatapnya.

Fatur berkeluh kesah lagi"Lama banget rapatnya."

"Kamu pasti nggak sempat sarapan" terka Lian.

Fatur mengangguk.

"Mungkin sejam lagi bakal selesai" ujar Lian memperkirakan.

"Sejam kemudian seluruh organ dalamku sudah habis di makan para cacing kelaparan dalam perutku ini" Fatur terus mengoceh kepada Lian. Dia nggak berbeda jauh dengan putra pertamanya pas lagi merengek dan merayu.

"I dont care" Lian menutup perbincangan.

Apa hendak dikata, kalo Lian sudah berkata nggak peduli. Mempersembahkan gunung himalaya pun nggak akan mendapat perhatian dari seorang Lian. Mau nggak mau Fatur meneggak air mineral sebagai pengganjal perut laparnya"Nasibku apes banget hari ini" keluhnya dalam hati.

Nggak terasa waktu perlahan berlalu. Tuan Odet melirik arloginya"Sebentar lagi jam makan siang, gimana kalo kita makan siang bersama dulu."

"Boleh juga, kebetulan tadi pagi saya belum sempat sarapan" sahut Tuan Abraham.

"Sama, saya juga" sentak Fatur spontan.

"Bahlul!" Lian memekik tertahan ke arah Fatur.

"Hahahahaha mari Pak Fatur, kita ketepikan dulu masalah kerjaan. Perut kita lebih berharga bukan" Tuan Odet merangkul pundak Fatur. Bersama Tuan Abraham mereka melenggang dengan santai keluar ruangan.

Dion yang menyadari suasana muram hati sang atasan bergumam di dekat Lian"Sabar, Pak Lian."

"Mau nggak mau aku memang harus bersabar, Dion" sahutnya datar.

"Kita nggak ikut makan siang pak?."

"Kamu lapar?."

"Oh Tuhan, ini sudah jam makan siang. Jelas aku kelaparan" lekik batin Dion.

"Anu....kayaknya enggak. Saya masih kenyang kok" jawabannya bertolak belakang dengan tangan yang terus mengelus perut yang mulai kelaparan.

Lian menepuk pundaknya"Kalo begitu temani saya melihat-lihat perusahaan ini."

"Memangnya dibolehin, pak?."

"Kamu pastikan dong" tukasnya merapikan letak dasinya.

"Aku pula yang dia tumbalkan!" pekik batin Dion lagi.

"Boleh dong" seseorang bersuara, dia adalah Bryan. Sudah dari tadi dia memperhatikan Lian.

Kedua mata Dion berbinar"Nah, boleh ternyata, pak" Dion merasa lega. Dia nggak perlu bersusah payah meminta ijin lagi.

Lian melirik Bryan sekilas...sekali lagi, seulas senyum sebab tatapan mereka bertemu"Terimakasih" terucap juga kata-kata itu dari mulut Lian.

"Tapi, gimana kalo kita makan siang dulu?." Mendengar bisik-bisik dua karyawannya tadi membuat Bryan sedikit tertarik dengan Lian. Hal apa yang membuat pria yang dulunya ramah tamah dan ceria menjadi dingin dan pendiam seperti sekarang ini.

To be continued~~

Borneo. 4 September 2020.

Selamat membaca, berikan komentar, saran dan juga kritik kalian ya 😁.

Salam Be___Mei 😉

Terpopuler

Comments

mutoharoh

mutoharoh

semangat kak salam kenal 🤗🤗🤗


mampir di novel ku juga ya kak

2021-07-02

1

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Ya, ampun! Sian bat dah kamu Syila! 🥺🥺 Makanya, jalan itu hati-hati!

2021-07-01

1

Eva Santi Lubis

Eva Santi Lubis

aku datang ya thor mari saling
mendukung terimakasih

2021-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Eps 40
41 Eps 41
42 Eps 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64.
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69"Majikan kucing betina"
70 Part 70"Wanitaku!"
71 part 71"Kucing betina nakal"
72 Part 72"Rubah liar kembali bertingkah"
73 Part 73"Are u oke??"
74 Part 74"Perkara luka kecil"
75 Part 75"Rubah posesif"
76 Part 76
77 Part 77"Negosiasi"
78 Part 78"kantor bak taman bunga"
79 Kucing persia korea
80 Teman baru
81 Cinta tanpa logika
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 lovesick
87 Healing Butterfly
88 Joni....please!!!!
89 Primadona Kakek dan Nenek
90 Berhenti mencarimu
91 Novel anyar
92 Telah terbit Novel Om Thunder
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Eps 40
41
Eps 41
42
Eps 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64.
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69"Majikan kucing betina"
70
Part 70"Wanitaku!"
71
part 71"Kucing betina nakal"
72
Part 72"Rubah liar kembali bertingkah"
73
Part 73"Are u oke??"
74
Part 74"Perkara luka kecil"
75
Part 75"Rubah posesif"
76
Part 76
77
Part 77"Negosiasi"
78
Part 78"kantor bak taman bunga"
79
Kucing persia korea
80
Teman baru
81
Cinta tanpa logika
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
lovesick
87
Healing Butterfly
88
Joni....please!!!!
89
Primadona Kakek dan Nenek
90
Berhenti mencarimu
91
Novel anyar
92
Telah terbit Novel Om Thunder

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!