Ketika Samuel bingung mencari cara untuk menipu kedua orang tuanya. Dokter pribadi Samuel menemukan sesuatu yang menakjubkan setelah mengamati dua objek penelitiannya.
"Jadi mereka benar-benar terhubung?" tanyanya pada peneliti yang telah mengikuti dua objek selama kurang lebih dua bulan terakhir.
"Benar. Setiap kali objek wanita jatuh, objek pria akan merasa sakit. Begitu pula sebaliknya" lapor dua tim peneliti.
"Bagaimana bisa terjadi hal seperti ini?" tanya dokter masih merasa hal ini tak masuk akal.
"Benar, dokter. Bila saja ini terjadi pada anak kembar yang terpisah ketika lahir, maka kami akan segera percaya. Tapi keduanya bahkan tidak memiliki hubungan keluarga apapun. Mereka juga tidak pernah bertemu"
Dokter melihat dua berkas yang ada didepannya.
"Kita harus mempertemukan keduanya"
"Tapi dokter, mereka tidak boleh saling tahu. Setidaknya sampai kita bisa menentukan penyebabnya. Karena ini adalah hal baru di dunia kedokteran"
Benar. Keduanya tidak boleh diberitahu sampai penyebabnya diketahui.
"Baiklah. Aku akan membawa berkas wanita ini dan membuatnya dekat dengan objek pria. Lalu kita lanjutkan penelitiannya" ucap dokter menutup pertemuan itu.
Satu Minggu setelahnya, Lusi yang sedang bekerja di warung mie orang tuanya menerima pesan yang membuatnya terkejut. Dia pergi ke dapur dan memeluk ibunya erat-erat.
"Apa yang kau lakukan?" tanya ibunya tak mengerti.
"Ibu!! Aku dipanggil!!' serunya lalu meloncat-loncat kegirangan.
"Dipanggil apa?"
"Aku dipanggil untuk wawancara di Techno West. Perusahaan teknologi paling besar di negeri ini!"
"Benarkah? Itu berarti kau akan bekerja disana?"
"Kalau diterima!"
Keduanya kembali melompat kegirangan.
Dan setelah melewati beberapa tahap wawancara, Lusi benar-benar diterima sebagai resepsionis di Techno West. Akhirnya, setelah dua puluh dua tahun hidupnya. Lusi memiliki kesempatan untuk bisa tinggal sendiri. Terpisah dari kedua orang tua dan adiknya yang usil.
Dia akan bekerja dengan baik, mengumpulkan uang gaji lalu menyewa apartemen kecil untuknya hidup sendiri. Itulah rencananya. Dia harus bisa mewujudkan cita-cita sederhana namun baginya sangat mewah itu. Harus!!
Tapi sebelumnya dia harus mengikuti pelatihan untuk menjadi resepsionis yang sesuai standar perusahaan. Dia belajar dengan giat dan berusaha sebaik mungkin. Agar tidak mengecewakan pihak yang menerimanya sebagai pegawai.
Satu bulan kemudian, dengan tekad membara, Lusi berangkat ke perusahaan Techno West yang terletak di tengah kota Nado. Gedung perusahaan itu begitu tinggi sampai Lusi harus menghalangi langit yang terang ketika ingin melihat lantai tertinggi.
"Ayo Lusi, semangat!!" ucapnya lalu berjalan ke dalam perusahaan.
Di lobi perusahaan telah berdiri seseorang yang dikenal Lusi saat wawancara. Itu adalah manajer umum. Atasannya.
"Selamat pagi Bu Manajer" sapa Lusi sopan.
Tapi Manajer umum kelihatannya tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Wajahnya tampak kesal ketika melihat Lusi.
"Kau datang terlambat!" kata manajer umum.
Lusi melihat jam dan masih ada lima belas menit sebelum jam masuk kantor datang. Baru saja ingin protes dengan tuduhan manajer umum, Lusi mendengar suara derap langkah.
Beberapa orang dengan setelan jas bergerak bersamaan menuju lobi. Lalu mereka membentuk sebuah barisan dimulai dari pintu masuk perusahaan. Lusi ditarik ke belakang oleh manajer umum agar tidak mengganggu. Tapi dia tidak mengerti apa yang terjadi.
"Kenapa?" tanyanya singkat.
"Diamlah! CEO perusahaan datang! Menunduk dan jangan angkat wajahmu!" bisik manajer umum dan segera dijalankan oleh Lusi.
Suara deru mobil terdengar mendekat lalu berhenti di depan gedung. Dua mobil hitam yang tampak mewah membuka pintu secara bersamaan. Dan keluarlah dua pria dengan kesan yang berbeda. Yang satunya berusia kurang lebih sekitar enam puluh tahun. Rambutnya memutih seluruhnya. Tapi aura kepemimpinan sangat kental di wajahnya.
Pria satunya memiliki tubuh tinggi, tinggi sekali. Masih muda dan tampan. Namun dengan aura kepemimpinan yang tak kalah mengintimidasi.
"Siapa itu?" tanya Lusi.
"Mereka adalah CEO perusahaan dan putra satu-satunya. Pemilik dan pewaris perusahaan" jelas manajer umum membuat Lusi mengangguk-angguk.
"Turunkan pandanganmu! Tak sopan melihat CEO dan putranya dengan wajah yang memandang lurus ke depan!"
Lusi menurut dan segera menurunkan pandangan. Dia tak ingin melakukan kesalahan di hari pertamanya bekerja. Apalagi berhubungan dengan CEO dan putranya.
Setelah kedua orang paling penting di perusahaan itu lewat, semua orang bergerak ke arah lift. Meninggalkan lobi dalam keadaan tenang kembali.
"Apa CEO dan putranya akan datang ke perusahaan setiap hari?" tanya Lusi ingin tahu.
"Tentu saja, ini perusahaan mereka. Tapi CEO jarang datang. Tapi putranya yang menjabat sebagai wakil CEO selalu datang setiap hari untuk bekerja"
"Aahh"
"Aahhh?? Apa kau tahu sekarang kalau kau terlambat?"
Lusi menyadari kesalahannya. Di perjanjian kerja disebutkan, Lusi harus siap berada di lobi maksimal lima belas menit sebelum CEO datang. Dan dia memang terlambat.
"Maafkan saya" ucapnya sambil membungkukkan badan.
"Ini adalah hari pertama bekerja mu setelah training. Aku harap kau akan melewati hari ini tanpa kendala!" kata manajer umum.
Lusi mengangguk tegas. Lalu melihat tidak ada resepsionis lain di meja depan.
"Apa saya akan bekerja sendiri?" tanyanya.
"Oh, rekan kerjamu belum datang hari ini. Dia mengalami masalah kesehatan setelah hari terakhir pelatihan. Jadi, untuk hari ini kau harus bertugas sendiri"
Sendiri? Di hari pertamanya bekerja? Meski pesimis bisa melakukan semuanya dengan baik, Lusi tetap akan bekerja keras.
Meski terbiasa membantu di warung dan telah menjalani training pegawai baru selama satu bulan, Lusi tetap saja kelelahan di hari pertamanya bekerja. Ketika jam pulang kerja tiba, serasa semua tenaganya hilang seluruhnya.
Lalu lift khusus CEO berbunyi. Dia segera bangkit dari kursi dan memberi salam pada CEO dan putranya yang keluar dari perusahaan. Karena terlalu bersemangat, kepalanya terbentur meja. Cukup keras untuk membuatnya mengaduh kesakitan.
Namun karena keanehan tubuhnya, dia tidak merasa sakit.
"Aughhh!! Sial!! Kenapa ini?!" teriak seseorang sepertinya merasa sakit. Lusi mengangkat kepala dan menemukan putra CEO. Wakil CEO, Tuan Samuel West sedang memegang dahinya. Seperti sedang kesakitan.
"Kenapa?" tanya Lusi dalam hati tapi tidak berani berpikir yang aneh-aneh.
Lusi lalu meraba dahinya dan menemukan sebuah benjolan disana. Ternyata dia terbentur cukup keras.
Seseorang di kejauhan menyadari apa yang sedang terjadi. Segera mencatat jam terjadinya peristiwa itu dan memotret keduanya tanpa diketahui siapapun. Lalu memberi tahu dokter yang sedang berada di rumah sakit.
"Anda benar dokter. Kedua objek memang saling terhubung" kata orang yang dari jam masuk kerja perusahaan bersembunyi di apartemen seberang dengan teropong di depannya.
"Aku tunggu laporan lengkap darimu" kata dokter di telepon.
"Baik" lapor orang itu lalu mengirimkan video kedua objek penelitian ke rumah sakit. Beserta foto sesudahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments