Lima tahun kemudian, Lusi yang baru saja lulus dari sekolah tinggi sedang membantu kedua orang tuanya menjadi kasir. Mengisi waktu sebelum bertarung dengan banyak pencari kerja lain. Sedangkan adiknya menjadi pelayan yang malas.
"Cepat layani tamu!!" teriak ayah Lusi memerintah adiknya. Dengan ogah-ogahan, adik Lusi pergi melayani tamu. Sedangkan Lusi tetap berada di balik meja kasir.
Malam semakin larut dan tibalah saatnya untuk menutup warung. Berempat mereka lelah ketika sampai di rumah. Lusi segera masuk ke dalam kamar dan berbaring di atas ranjangnya yang empuk.
Mendadak, hal itu datang. Padahal dia sudah lelah sekali. Seperti biasanya, hal itu tak bisa dia hentikan dengan keinginan kuat sekalipun. Dia hanya bisa menerima kenikmatan yang datang beberapa saat setelah hal itu terjadi.
Lusi mengerang pelan menahan rasa nikmat yang malam ini terasa begitu jelas. Lalu adiknya membuka pintu kamar. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dan melihat bagaimana Lusi mengerang di atas ranjang juga mendengar desahannya.
"Apa yang kakak lakukan?"
Lusi yang terkejut segera duduk di atas ranjang dan marah kepada adiknya yang tak sopan sama sekali.
"Kenapa kau tidak mengetuk pintu?!" teriaknya kesal.
"Memangnya kenapa kalau aku tidak mengetuk pintu? Memangnya apa yang tak boleh aku lihat?" ucap adiknya lalu berubah ekspresi wajah. Sepertinya baru mengerti apa yang sedang Lusi rasakan baru saja.
Tiba-tiba saja adiknya berlari keluar kamar. Menyerbu ke kamar orang tua mereka dan mengatakan pengamatan singkatnya. Membuat Lusi menutup dan mengunci pintunya. Dia merasa malu, karena sesuatu yang tak pernah dia lakukan namun merasakannya dengan jelas.
Keesokan paginya, Lusi sengaja bangun lebih siang dari semua anggota keluarganya. Tak menyangka ibunya masih berada di rumah. Menyiapkan sarapan untuknya.
Lusi duduk di meja makan dan ibunya menoleh. Mereka saling tatap selama beberapa detik lalu melanjutkan kegiatan masing-masing.
Tidak bisa menahan rasa ingin tahu, ibu Lusi duduk di hadapannya dan mulai bertanya,
"Apa yang kau lakukan di kamar? Apa benar kata adikmu, kalau kau ... Melakukan sesuatu untuk memuaskan diri sendiri?"
Lusi menutup matanya sebentar lalu membuka matanya lagi. Siap untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya.
"Hal ini dimulai sejak setelah gempa saat itu. Ada sesuatu yang terjadi pada tubuhku. Tapi aku tidak melakukan apa-apa, Bu"
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak melakukan apapun Bu. Tapi merasakannya"
Ibunya tampak bingung dengan penjelasan Lusi. Karena memang sulit untuk memahami apa yang terjadi padanya.
"Kau tidak melakukan upaya memuaskan diri sendiri?"
"Tidak"
"Tapi kau merasakannya?"
"Iya. Tiba-tiba saja bagian itu terasa seperti sedang dimasuki sesuatu. Dan membuat Lusi seperti itu"
"Apa??"
Ibunya mendadak mengambil garam lalu pergi ke kamar Lusi. Lalu mulai menaburkan garam di sekitar pintu dan jendela kamar.
"Apa yang ibu lakukan?" tanya Lusi tidak mengerti kelakuan ibunya.
"Kalau kau memang benar tidak melakukan tapi merasakan. Itu artinya ada makhluk jahat yang melakukannya. Pasti makhluk jahat itu bersarang di kamarmu. Apa makhluk jahat itu adalah kiriman orang jahat untuk menghancurkan warung mie kita?"
Lusi terpaksa menghentikan ibunya dari pemikiran yang tak benar.
"Tidak ada Bu. Tidak ada apa-apa di kamarku. Itu terjadi tidak setiap hari. Hanya beberapa kali saja selama lima tahun ini. Hanya saja semalam hal itu muncul dan adik menemukannya"
"Benar?"
"Iya"
"Meskipun jarang terjadi, bagaimana kalau kita ke dokter saja? Setidaknya harus ada penjelasan kenapa hal itu terjadi padamu" saran ibunya dan Lusi menerima. Sebenarnya beberapa kali dia ingin melakukannya. Pergi ke dokter dan mencari jawaban kenapa hal ini terjadi padanya. Tapi dia merasa terlalu malu.
Dan sekarang, atas desakan ibunya dia datang ke dokter kandungan.
Setelah pemeriksaan, dokter tidak menemukan keanehan dan menyarankan Lusi pergi ke psikolog. Mungkin saja dia akan mendapatkan jawaban yang lebih tepat disana.
Bersama ibunya, Lusi datang ke psikolog. Sesudah pemeriksaan menyeluruh, dokter juga tidak menemukan keanehan pada tubuh Lusi.
"Ini adalah sesuatu yang aneh sekaligus menakjubkan. Apa hanya hal itu saja yang terjadi? Apakah tidak ada hal lain terjadi?"
Lusi ragu bicara namun tatapan ibunya yang penuh kekhawatiran membuatnya tak bisa menyembunyikan hal ini lagi.
"Sejak lima tahun lalu, saya juga mengalami sesuatu."
"Apa yang kau rasakan?" tanya dokter antusias.
"Saya merasakan sakit di berbagai bagian tubuh. Padahal tidak jatuh atau terbentur"
"Jadi kau hanya merasakan sakit begitu saja? Tanpa sebab?"
"Iya. Saya tidak terbentur atau jatuh, tiba-tiba kaki saya sakit. Tangan saya serasa seperti teriris. Tapi anehnya, kalau saya sedang terbentur atau jatuh. Saya tidak merasa sakit sama sekali"
"Sungguh aneh"
Bahkan dokter menganggap apa yang terjadi pada Lisa adalah sesuatu yang aneh. Itu berarti belum ada kasus sepertinya yang pernah terjadi.
"Sebelum berusia 15 tahun, saya selalu mengalami sakit pra menstruasi. Tapi sekarang, tidak ada rasa sakit menjelang menstruasi"
Dokter tampak bingung, menyenderkan punggungnya ke belakang dan mulai berpikir. Tapi kelihatannya tidak mendapatkan jawaban apapun. Malah menyarankan Lusi untuk scan otak dan menjalani konseling. Pasti dokter berpikir ini adalah cerita karangannya saja. Sama seperti teman yang mendengar ceritanya.
Sesuai arahan dokter, Lusi menjalani semua pemeriksaan. Dan hasilnya, Lusi tidak memiliki kelainan di otak dan pikirannya. Dia benar-benar normal kecuali mengalami suatu keanehan yang tak dirasakan orang lain.
"Saya akan terus mencari sebab dari apa yang kau alami. Tapi saya tidak tahu akan menghabiskan waktu berapa lama. Apa kau bisa menahannya? Atau kau membutuhkan obat?" tanya dokter seakan percaya pada apa yang Lusi katakan.
"Bisa. Saya bisa menahannya"
"Baiklah. Seperti itu saja. Semoga saja saat kita bertemu untuk yang kedua kalinya. Saya sudah menemukan penyebab apa yang kau alami"
Lusi merasakan harapan dari kata-kata dokter. Dia merasa dipercaya meski mengatakan sesuatu yang aneh dan hal itu membuatnya senang sekali.
Lusi dan ibunya keluar dari ruang dokter untuk pulang.
Sedangkan dokter membuka brankas, mengambil sebuah berkas dan membacanya dengan seksama.
"Dua orang. Berbeda kelamin. Berbeda usia. Keduanya tidak terlihat memiliki hubungan keluarga. Satunya berasal dari keluarga konglomerat. Dan satunya berasal dari keluarga biasa. Tapi keduanya merasakan gejala yang sama. Merasakan sakit ketika tidak terjatuh atau terbentur. Dan tidak merasa sakit ketika benar-benar terluka. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana hal ini bisa terjadi?" tanya dokter pada ruangan kosong.
Dokter kembali mengamati berkas kedua orang itu dan menggeleng-gelengkan kepala. Ini adalah sebuah anomali yang menarik untuk diteliti.
Lalu sebuah pikiran aneh muncul di kepala dokter itu.
"Apa keduanya terhubung? Apa ketika wanita ini kesakitan, pria itu yang merasakannya? Atau sebaliknya?"
Mendadak dokter merasa tertantang untuk menyelidiki hal ini. Dia harus membuat tim peneliti yang bisa mengamati keduanya secara diam-diam.
Dokter menghubungi beberapa orang dan membentuk tim. Bertugas menyelidiki apakah keduanya benar-benar terhubung atau hanya mengalami gejala yang sama saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments