4. Interview

Pagi ini Reihan bangun sedikit kesiangan karena semalam ia tidur kemalaman keasyikan mengobrol dengan para sepupunya. Bahkan Regina sudah tidur di pangkuannya.

Reihan melirik Regina yang masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Sudah dipastikan beberapa menit yang lagi keponakannya itu pasti terbangun.

Reihan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya karena ia harus ke rumah sakit untuk meeting dengan jajaran rumah sakit sebelum berangkat ke luar kota untuk melakukan seminar.

Setelah selesai pria itu berpakaian dengan cepat, ia hampir terlambat. Dan saat ia keluar dari ruang ganti ternyata keponakannya sudah terbangun dan duduk di atas ranjang dengan wajah yang masih terlihat mengantuk.

"Paman...mau kerja?," tanya Regina dengan suara khas bangun tidur.

Reihan mengangguk dengan pelan lalu mengusap lembut pucuk kepala Regina dengan lembut. Ia mengajak Regina untuk turun ke lantai dasar.

"Rei...Regina baru bangun?," tanya Rania yang sedang menata sarapan diatas meja. Ia melirik putrinya itu yang tampak masih kusut.

"Iya Kak, maaf tidak bisa memandikan Regina. Aku ada meeting satu jam lagi," jawab Reihan.

"Iya Rei, tidak masalah. Kamu tidak sarapan dulu?," tanya Rania melihat sang adik akan melangkah pergi.

Reihan menggeleng dengan cepat." Tidak Kak, ini aku hampir terlambat," jawab Reihan melirik jam tangan mahal yang bertengger ditangannya.

"Ya sudah, hati- hati ya," ucap Rania.

"Iya Kak," jawab Reihan.

Setelah pamit pada sang Kakak dan juga keponakannya untuk berangkat ke rumah sakit. Dengan langkah tergesa ia berjalan menuju carport untuk mengambil mobil kesayangannya.

Sementara itu di kediaman yang sederhana, Jessi baru saja selesai memandikan sang ibu. Ia sangat berharap bisa diterima bekerja di rumah sakit besar itu karena ia tahu gaji disana pasti besar dan ia bisa membawa sang ibu berobat.

"Jessi...," teriak Reska. Gadis yang merupakan tunangan dari Aiden yang juga sahabat dari Jessi. Mereka juga bertetanggaan namun Reska lebih beruntung dari Jessi yang lahir dari keluarga yang cukup berada.

"Res... baru pulang ya?," tanya Jessi melirik sahabatnya itu yang masih mengenakan almamater. Kemarin Jessi mengatakan jika ia ada jadwal shift malam.

"Hum," angguk Reska langsung menghampiri ibu dari Jessi untuk memeriksa tekanan darahnya.

"Oh ya kamu sudah mengirimkan lamaranmu kan?," tanya Reska. Ia sangat berharap sahabatnya itu bisa diterima di rumah sakit tempat ia koas.

"Sudah semalam," angguk Jessi.

"Aku pulang dulu kalau begitu, tensi Tante normal," ucap Reska tersenyum lembut pada ibu Jessi yang terus menatapnya. Reska memang seringkali mengecek tensi darah dari Ibu Jessi semenjak tiga bulan yang lalu ibu sahabatnya terserang stroke.

"Terimakasih ya Nak," jawab Ibu Jessi dengan suara serak.

"Iya Tante," angguk Reska.

Jessi mengantarkan sahabatnya itu ke depan setelah selesai memeriksa ibunya."Res... terimakasih ya sudah membantuku dan ibu selama ini," ucap Jessi. Selama ini keluarga Reska seringkali membantunya dan sang ibu dalam hal apapun.

"Iya Jess. Kamu itu sahabat aku yang sudah aku anggap saudara jadi jangan sungkan jika kamu dan Tante Aisyah memerlukan bantuan," jawab Jessi.

"Iya... sekali lagi terimakasih ya," ucap Jessi memeluk sahabatnya itu dengan begitu erat. Ia sangat beruntung memiliki sahabat seperti Reska yang selalu ada untuknya disaat senang maupun susah.

"Kamu kayak sama siapa saja Jess, sudah ah aku mau pulang dulu. Mau tidur soalnya ngantuk," jawab Reska mengibaskan tangannya ke udara.

"Iya....," angguk Jessi.

Saat Reska sudah tidak terlihat lagi, Jessi menutup pintu rumah karena berencana untuk mandi. Namun baru saja pintu akan tertutup rapat tiba tiba saja seseorang meneriaki namanya. Gadis itu terlihat menghela nafas panjang melihat siapa yang pagi-pagi datang ke rumahnya membuat kehebohan.

"Heh Jessi....kamu itu ya, sudah ribuan kali saya mengatakan untuk menjauhi anak saya. Masih saja tidak mau dengar. Malah minta anak saya melamar kamu lagi. Ingat Jessi, ingat. Kamu itu orang miskin tidak pantas untuk anak saya," berang wanita itu yang tidak lain adalah ibunya Rio.

Jessi memutar bola mata malas, hal ini sudah biasa baginya."Maaf ya Buk, bukan saya yang mendekati anak Ibuk tapi anak Ibuk sendiri. Dan apa Ibuk bilang aku minta Rio melamar aku?. Dengarnya Buk, aku tidak pernah meminta Rio untuk melamar ku. Aku tahu kok aku orang miskin tapi aku juga tidak mau punya mertua modelan Ibuk begini," jawab Jessi. Jangan kira dia akan diam saja saat orang-orang menindasnya. Dia akan membalas siapapun yang berusaha merundungnya.

"Kurang ajar ya kamu," teriak Ibu Rio mengangkat tangannya hendak menampar Jessi tapi keburu ditahan oleh Rio yang tiba-tiba saja datang.

"Ma... apa-apaan ini, jangan membuat keributan. Malu dilihatin tetangga," ucap Rio penuh penekan.

"Rio... sebaiknya kamu bawa Mama kamu pulang. Dan satu lagi, jangan lagi pernah datang kesini lagi karena aku tidak mau Mama kamu ini membuat keributan lagi disini. Oh ya... bukankah aku sudah menolak lamaran kamu tadi malam lalu kenapa tiba tiba saja Mama kamu datang kesini?," ucap Jessi menatap Rio dengan penuh tanda tanya.

"Oh itu--

"Rio...Mama tidak mau lagi melihat kamu berhubungan dengan gadis miskin ini. Dia itu tidak selevel dengan kita," ucap Ibu Rio dengan tajamnya.

Jessi mengepalkan kedua tangannya menahan amarahnya. Ingin sekali ia merobek mulut wanita paruh baya ini. Memangnya kenapa kalau dia miskin, tidak ada hubungannya dengan wanita paruh baya ini.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini!," ucap Jessi lalu menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Masih ia dengar omelan Mamanya Rio di depan pintu rumahnya tapi ia memilih mengabaikan. Ia memeriksa laptopnya barangkali ada email yang masuk pemberitahuan dari lamaran yang ia kirim semalam.

Dan benar saja, ia di minta datang besok pagi ke rumah sakit untuk interview. Gadis itu senang bukan main, meski belum tentu diterima tapi setidaknya ia memiliki kesempatan. Dan Ia bertekad untuk akan bekerja dengan baik dan tidak mau mengecewakan Reska yang sudah membantunya.

***

Pagi ini Jessi sudah tampak rapi dengan kemeja putih yang dipadukan padankan dengan rok span berwana hitam. Gadis itu tampak sedikit gugup memandangi tubuh di cermin. Hari ini ia akan interview dan ia berharap banyak dengan pekerjaan barunya ini.

Tidak lupa Jessi meminta izin pada sang ibu dan memohon doa restu dari sang ibu untuk kelancaran interviewnya hari ini.

"Jessi...mau interview ya?," teriak Reska yang baru saja akan memasuki mobilnya bersiap untuk berangkat ke rumah sakit.

"Iya...," angguk Jessi yang sedang menutup pintu rumahnya.

"Ayo barengan!, aku juga mau ke rumah sakit," ucap Reska.

"Beneran boleh?," tanya Jessi.

"Iya. ayo!," jawab Reska.

Setelah menempuh perjalanan setengah jam, akhirnya Jessi sampai di rumah sakit terbesar di kota itu. Reska, sahabatnya sudah menjelaskan seperti apa atasannya nantinya. Jujur ia cukup penasaran dengan sosok Dokter Reihan yang dikatakan sahabatnya itu.

...****************...

Episodes
1 1.Gadis bar bar
2 2. Desakan Dea
3 3. Kumpul
4 4. Interview
5 5. Bertemu kembali
6 6. Hari pertama bekerja
7 7.Pengakuan Reihan
8 8. Di sidang
9 9. Curhatan Jessi
10 10. Rapuh
11 11.Kebencian Jessi
12 12. Masuk rumah sakit
13 13. Kesepakatan
14 14. Makan malam bersama
15 15.
16 16.
17 17. (Bab Revisi)
18 18. Kebakaran
19 19.
20 20. balapan
21 21. Meninggal
22 22. Kecurigaan Zain
23 23. Pelaku sebenarnya
24 24.Kedatangan Dea
25 25. Kekesalan Jessi
26 26. Makan siang
27 27. Rio berulah
28 28. Rencana pindah
29 29. Gagal pindah
30 30. Fitnah
31 31. Viral
32 32. Masalah selesai
33 33. Kekuatiran Reska
34 Bab 34.Asumsi Reska
35 35. Sikap Arogan Reihan
36 36. Ajakan makan malam
37 37. Salah mencari lawan
38 38. Perempuan itu?
39 39. Berharap jodoh
40 40.Tidur berpelukan
41 41.
42 42. Kecelakaan.
43 43. Salah paham
44 44. Anggap lamaran
45 45.Menyebalkan
46 46. Bujukan Reska
47 47.Tidak lagi bisa mengelak
48 48. Tentang Farid
49 49. Menyelidiki
50 50. Karena dendam pribadi
51 51. Desakan Adelia
52 52. Kesepakatan
53 53. Ketahuan
54 54. Lupa
55 55.Takut petir
56 56. Tunangan
57 57. Mulai mengatur
58 58. Kegalauan Jessi
59 kekuatiran Jessi
60 60. Bar bar
61 61. Semakin dingin
62 62 Terpesona
63 63. Mulai mencair
64 64. Kembali dekat
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1.Gadis bar bar
2
2. Desakan Dea
3
3. Kumpul
4
4. Interview
5
5. Bertemu kembali
6
6. Hari pertama bekerja
7
7.Pengakuan Reihan
8
8. Di sidang
9
9. Curhatan Jessi
10
10. Rapuh
11
11.Kebencian Jessi
12
12. Masuk rumah sakit
13
13. Kesepakatan
14
14. Makan malam bersama
15
15.
16
16.
17
17. (Bab Revisi)
18
18. Kebakaran
19
19.
20
20. balapan
21
21. Meninggal
22
22. Kecurigaan Zain
23
23. Pelaku sebenarnya
24
24.Kedatangan Dea
25
25. Kekesalan Jessi
26
26. Makan siang
27
27. Rio berulah
28
28. Rencana pindah
29
29. Gagal pindah
30
30. Fitnah
31
31. Viral
32
32. Masalah selesai
33
33. Kekuatiran Reska
34
Bab 34.Asumsi Reska
35
35. Sikap Arogan Reihan
36
36. Ajakan makan malam
37
37. Salah mencari lawan
38
38. Perempuan itu?
39
39. Berharap jodoh
40
40.Tidur berpelukan
41
41.
42
42. Kecelakaan.
43
43. Salah paham
44
44. Anggap lamaran
45
45.Menyebalkan
46
46. Bujukan Reska
47
47.Tidak lagi bisa mengelak
48
48. Tentang Farid
49
49. Menyelidiki
50
50. Karena dendam pribadi
51
51. Desakan Adelia
52
52. Kesepakatan
53
53. Ketahuan
54
54. Lupa
55
55.Takut petir
56
56. Tunangan
57
57. Mulai mengatur
58
58. Kegalauan Jessi
59
kekuatiran Jessi
60
60. Bar bar
61
61. Semakin dingin
62
62 Terpesona
63
63. Mulai mencair
64
64. Kembali dekat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!