TERUS MEMIKIRKANMU

💌 MUST GET MARRIED 💌

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Tit......

Tit......

Tit......

Hubungan telepon terputus. Levi menghela napas panjang. Ia memasukkan kembali ponselnya dan kembali masuk ke kamar dimana Hanna dirawat.

CEKLEK !

Pintu terbuka.

"Selamat malam tuan Levi!" Yordan mengintip dari balik pintu. Ia memberi salam kepada tuannya itu. Setelah mendapatkan nomor kamar, Yordan langsung meluncur ke rumah sakit

"Masuklah... "

Yordan masuk dan mendekat. Ia mengerutkan keningnya saat melihat yang berbaring itu adalah wanita. "Siapa yang sakit tuan?" Tanyanya.

"Dia teman satu sekolah pak, tiba-tiba dia pingsan dan suhu badannya sangat panas."

Yordan manggut-manggut. "Ini pakaian yang anda butuhkan tuan." Yordan menyerahkan paper bag kepada Levi yang berdiri tanpa ekspresi. "Dan nyonya menyiapkan makanan kecil untuk anda, beliau tahu anda pasti anda membutuhkan ini. Tadi saya juga mampir ke restoran favorit anda dan membelikan makanan kesukaan anda. Silahkan di makan, tuan!" Yordan meletakkan wadah makanan. Yordan adalah salah satu kepercayaan ayahnya. Jadi Yordan tahu betul apa yang diinginkan Levi.

"Terima kasih pak Yordan."

"Apa keluarganya tidak tahu bahwa dia sedang di rawat tuan?" Yordan berdiri tepat di samping Levi.

"Dia tidak memiliki keluarga pak, dia tinggal bersama bibinya. Tapi aku tidak dimana tinggalnya."

"Kasihan sekali tuan, siapa yang menjaganya di sini tuan?"

"Saya yang akan menjaganya di sini." Kata Levi dengan datar.

"Apa tuan?" Yordan terkejut sampai matanya terbelalak.

Tentu juga Yordan tidak percaya, selama dia mengenal Levi. Levi tahu tidak pernah mengurusi hal seperti ini. Jangankan orang lain, adik tirinya saja Levi tak perduli jika sedang sakit. Apalagi ini hanya sebatas teman satu sekolah saja. Levi dikenal kaku dan dingin kepada siapa saja kecuali Albert. Karena Albert teman kecilnya. Yordan sibuk dengan pikirannya dan terus berbicara dalam hati.

"Bagaimana kalau tuan Levi hubungi salah satu pelayan di rumah saja. Salah satu dari mereka bisa menjaganya, tuan." Usul Yordan dengan ide cemerlangnya.

"Jangan merepotkan orang lain pak Yordan. Masalah dia, biar saya yang mengurusnya."

"Anda tidak keberatan tuan? Atau anda ..."

Levi mengangkat tangannya ke atas, agar Yordan tidak bicara lagi.

Glek... !

Yordan menelan salivanya, ia paham gestur itu. Tutup mulut jangan banyak bicara.

"Pak Yordan bisa pulang!" Kata Levi dengan datar.

"Jika anda membutuhkan bantuan saya, tuan tinggal hubungi saya."

"Terima kasih pak Yordan sudah bersedia direpotkan."

"Sama-sama tuan." Kata Yordan membungkukkan badannya untuk memberi hormat. Ia melangkah meninggalkan ruangan kamar inap.

Levi memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Tak butuh waktu lama, Ia sudah selesai melakukannya. Levi mengambil kursi dan duduk di dekat ranjang rumah sakit. Ia merapikan selimut Hanna agar menutupi seluruh tubuhnya dengan baik. Ia menatap Hanna dengan pandangan sendu.

"Saat pertama kali melihatmu, wajahmu tidak bisa berbohong. Kau menyimpan banyak kesedihan. Aku sering melihatmu menangis di ruang musik. Masih sangat jelas dalam ingatanku, kau menangis dan berteriak memanggil nama yang sangat kau rindukan. Saat itu aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan." Levi kembali mengingat saat pertama kali masuk ke sekolah.

Hanna tertidur tenang saat Levi mencurahkan isi hatinya.

"Dan di kapel, saat acara ibadah di sekolah. Saat semua orang-orang sudah keluar dari kapel. Kau masih berada di sana dan lagi-lagi aku hanya melihatmu dari kejauhan. Kau menangis lagi Hanna. Aku melihat kesedihan itu masih sama, kau semakin rapuh saat itu. Saat aku melihatmu menangis, hatiku sakit dan terluka. Hingga membuatku semakin penasaran denganmu dan tanpa menyadari, aku terus memikirkanmu." Levi mendesah dan menatap Hanna dengan senyuman.

"Kini aku menyadari, aku semakin menyukaimu. Aku menyukai semua tentangmu." Levi memandang lagi ke arah Hanna yang masih tertidur di atas ranjang rumah sakit. Perasaannya saat ini campur aduk. Ia kembali larut dalam pikirannya. Ia mendesah dan menghembuskan napasnya lewat mulut.

Lalu ia mengambil tangan Hanna dan mengusapnya dengan lembut. Levi tanpa sadar tertidur dengan posisi duduk. Ia bahkan tidak menyentuh makanan yang di bawa pak Yordan tadi.

SATU JAM BERLALU.

Hanna nampak gelisah, bibirnya bergerak namun tidak bisa mengeluarkan suara. Hembusan napasnya semakin terdengar tidak beraturan. Butiran keringat yang meluncur deras membasahi keningnya. Matanya bergerak ke kiri dan ke kanan. Kepalanya menggeleng cepat seakan mengatakan tidak. Tubuhnya seperti menggigil ketakutan. Isak tangisannya terdengar.

"Hmmm.....mmmm....hmmmm." Hanna kembali mengigau dan mengerutkan wajahnya.

Air matanya menetes dari ujung matanya dan mengigau tidak jelas.

"Jangan....jangan....jangan bi...."

Levi menyadari, ia bangkit sampai terjengkit dari kursinya. "Hanna.... Hanna..." Levi berusaha membangunkan Hanna. Namun tidak berhasil. Hanna masih terus mengigau di sana.

Levi masih mencoba membangunkan Hanna yang terlihat gelisah dan bibirnya mengigau terus. Levi mengerutkan keningnya dan terkejut melihat Hanna menangis dengan keringat sebesar biji jagung meluncur dari keningnya. Suhu kamar dingin namun Hanna berkeringat.

"Bibi....jangan lakukan itu...aku mohon...Sakit....sakit....jangan....jangan..."

"Hanna... Hanna..bangun! Aku mohon bangun!" Levi menepuk pipi Hanna dengan lembut agar wanita itu terbangun dari mimpi buruknya. Setelah melakukan berulang kali. Namun tidak berhasil.

HIKS...HIKS... Hanna terisak dalam tangisannya. Tubuhnya seperti menggigil kedinginan. Hanna masih menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Levi semakin bingung, ia diam mematung tidak bisa berbuat apa-apa. Hanna masih terus mengigau.

"Apakah aku harus memanggil dokter?" Batinnya. Namun, ia tidak melakukan pergerakan untuk keluar dari ruangan itu.

Tanpa pikir panjang, akhirnya Levi memutuskan naik ke atas ranjang rumah sakit, ia merebahkan tubuhnya menyamping dan berhadapan dengan Hanna. Dengan perlahan dan hati hati, Levi menekuk siku. Merangkul punggung Hanna agar mendapat sandaran yang nyaman di lengannya. Ia menarik tubuh Hanna dan membuat Hanna menghadap ke arahnya. Levi terus merangkulnya dengan erat dan agar Hanna tidak menggigil lagi. Levi mengusap kepala Hanna dengan lembut.

"Tidurlah...Jangan mimpi lagi, aku akan menemanimu. Jangan takut! Ssssshhhhh ssssshhhhh..." ucap Levi pelan sambil menepuk pundak Hanna. Ia seakan menidurkan anak kecil.

Posisi Hanna sudah tertidur menyamping. Ia mulai tidur dengan nyaman dan tenang. Tidak terdengar suara mengigau lagi.

"Ssssshhhhh... ssssshhhhh...." Levi mengulangi tepukannya. Dekapannya semakin erat dan bersamaan itu juga detak jantung Levi tidak bisa diam di dalam rongga dadanya.

Sekarang napasnya terdengar teratur dan berhembus lembut. Levi mengusap wajah Hanna untuk menghapus sisa keringat yang masih membasahi dahinya.

"Begitu buruk kah mimpimu Hanna? Apakah ada yang membuatmu sampai ketakutan seperti ini?" Levi terus mengusap punggung Hanna dengan lembut.

Levi kembali menegakkan wajahnya,menarik kepala Hanna agar bersandar nyaman di dadanya. Tanpa menyadari Hanna menerima dengan baik, ia bahkan menempelkan kepalanya di dada Levi. Dengan sigap Levi mengambil tangan Hanna yang tertancap infus, melingkarkan tangannya di pinggang Levi. Agar tangan Hanna baik-baik saja.

Tangan Levi bergetar hebat ketika Hanna terus menikmati kenyamanan tidurnya. Kepala Hanna mengendus ke dada Levi. Sepersekian detik jantungnya bergemuruh seperti genderang. Berdetak begitu kencang, sampai membuatnya sulit bernapas. Getaran itu seperti menyetrum dan menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Bisakah aku menikmati kebahagiaan ini Hanna? Aku berharap waktu berhenti sekejap."

Tanpa sadar Levi mulai ikut tertidur, ia memilih untuk menikmati momen ini. Besok Ia harus bangun lebih dulu, sebelum Hanna menyadari. Ia tidak mau Hanna salah paham dengan situasi ini.

Update hanya hari Senin sampai Sabtu ya ☺️

.

.

BERSAMBUNG

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍

Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.

^_^

Terpopuler

Comments

Cheryl Emery

Cheryl Emery

Cepat cepat dapat hukuman dong bibi Hana
kesal kali awak

2025-03-25

0

Hosanna Feodora

Hosanna Feodora

Semangat ya Thor suka baget dengan karya author

2025-03-24

0

Mona Seila ☑️

Mona Seila ☑️

Karya sekeren ini dikit banget bacanya 😩😩😩😩😩

2025-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!