bab.4

  Dijalan menuju rumahnya, Erin kembali bertemu dengan laki-laki yang ia temui tadi di taman bermain tadi. wajah laki-laki itu terlihat sedih dan berjalan menunduk tidak memperhatikan sekitarnya.

  "Aku ingin berkenalan dengannya... Apa sebaiknya aku coba saja ya? tapi, sepertinya aku masih ragu...."

Disaat Erin bersama laki-laki itu ingin menyebrang, semua orang berhenti di pembatas jalan karena lampu sedang berwarna merah, tetapi laki-laki itu tetap berjalan menyebrang. Semua orang disana sudah memperingatkannya jika itu terlalu berbahaya. namun, laki-laki itu seperti tidak mendengar suara orang-orang itu. Hingga sebuah mobil yang melaju dengan cepat, tidak melihat laki-laki itu menyebrang. Erin yang melihat hal itu, dengan sendirinya kaki Erin bergerak dan akhirnya Erin memutuskan untuk menyelamatkan laki-laki itu dengan mendorongnya ke seberang jalan. Erin yang tak mampu menyelamatkan dirinya sendiri akhirnya tertabrak mobil itu sedangkan pemilik mobil itu malah lari tidak bertanggung jawab atas kesalahannya.

     Setelah seminggu mengalami koma, akhirnya Erin terbangun di rumah sakit. Ibu dan Raka anaknya yang melihat itu langsung menangis dan memeluk Erin dengan erat

  "Erin.... akhirnya kau sadar juga ya. Ibu sangat senang" kata ibu Erin

  "Ibu,....jangan tinggalkan Raka lagi ....Raka takut tidur sendirian"

  "Ibu, Raka?" Erin begitu tersentuh karena disambut hangat oleh ibu dan anaknya itu.

  "Nah, sekarang kau mau makan apa Erin? Ibu akan membawakanmu makanan yang kau mau"

  "Ah, tidak usah.... Ibu tidak usah repot-repot"

  "Kau ini bilang apa sih Erin. Kau pasti hari ini sangat lapar karena tidak makan selama seminggu kan? sudahlah katakan saja apa yang ingin kau makan" kata ibu dengan memaksa

  "S...soal itu, baiklah.... Aku ingin masakan buatan ibu. Apa saja yang ibu masakan untukku pasti akan aku makan"

  "Kalau begitu, ibu pulang dulu ya. Ibu akan membuatkan makanan untuk Erin. Raka kau mau ikut tidak?"

  "Raka akan menemani ibu disini, nenek pulang saja" kata Raka

  "Oke, ya sudah ibu pulang ya. Oh, iya Erin nanti akan ada laki-laki yang kemari untuk menjengukmu kau harus berterima kasih padanya karena dia yang telah terus menjagamu selama kau koma. Yah"

  "I..iya, ibu pasti akan aku lakukan"

  "Nenek pulang dulu ya, Raka"

  "Iya, nek"

  "Memangnya siapa yang selalu menjaga ibu selama ibu koma, Raka?" kata Erin yang begitu penasaran dengan laki-laki itu

"Dia kakak yang baik, Bu. ibu pasti senang jika sudah bertemu dengannya." 

 "Siapa memangnya?"

"nanti ibu juga tahu.."

Seorang laki-laki mengetuk pintu dan membukanya. Setelah Erin melihatnya dengan baik ternyata laki-laki itu adalah orang yang biasa Erin temui di taman bermain saat itu. Awalnya Erin hanya terkejut dan diam saja lalu tiba-tiba laki-laki itu memberikannya buket bunga untuknya. dan Raka yang begitu melihat laki-laki itu langsung memeluknya dan menyambutnya dengan lembut

   "Kakak!! Sudah kembali? Kakak lama sekali datangnya"

   "Maaf ya, raka dijalan macet tadi"

   "Ah kakak bohong. kakak biasanya kemari naik kereta kan?"

   "Beneran kok"

"heh? memangnya kereta bisa macet?"

"iya deh. tadi kakak hanya kesiangan bangun tidurnya."

"wah. ternyata kakak bisa seperti itu ya?"

"semua orang juga pernah seperti itu kan?"

Laki-laki itu berjalan dan duduk dikursi yang ada di samping kasur dan mengucapkan selamat pada Erin atas kesembuhannya.

   "Syukurlah kau sudah sadar, Erin." Kata laki-laki itu sambil tersenyum padanya.

   "Ah, iya terimakasih buket bunganya" sambil memegang buket bunga itu

   "Namamu Erin kan? Kenalkan namaku Renaldi Adrian."

  "I. Iya, salam kenal juga"

  "Maaf, ya. Aku yang telah membuatmu seperti ini."

  "E...eh? M...maksudnya?"

  "Saat itu aku sedang banyak pikiran jadi aku tidak bisa mendengar apa yang orang-orang katakan saat itu. Aku bisa mendengar suara orang-orang itu ketika kau mendorongku dan menyelamatkanku dari maut itu. Aku sangat berterimakasih padamu dan juga..."

Renaldi tiba-tiba memegang kedua tangan Erin sambil menundukkan kepala dan menangis. Tangannya begitu gemetaran takut jika Erin marah akan hal itu

   "Maaf......maaf ..... Aku telah membuat masalah di keluarga mu, aku.... Aku takut kau marah tentang ini. Selama kau koma, aku selalu berfikir apakah Erin akan marah jika sudah sadar suatu saat nanti ? Karena itu aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Aku mohon....maafkan aku....maaf. aku salah, aku tahu aku salah"

  "E....eh....? T ....tidak usah seperti itu. A..aku tidak marah kok. Tenang saja. Aku tidak akan marah tentang hal itu, jadi coba kau lihat kemari?"

  "Aku tidak bisa melihatnya sekarang.... Aku tidak yakin pada diriku sendiri. Aku tidak bisa menatapmu langsung, tidak bisa. aku takut..."

Erin memegang kedua bahu Renaldi dan mengangkat kepalanya agar ia bisa melihatnya dan tersenyum padanya.

 "Tak perlu takut, ini adalah keputusan ku. Tak ada yang perlu dikhawatirkan tidak ada yang mengadili mu atau menghakimi mu. Awalnya semua orang juga takut untuk meminta maaf, tapi kau harus yakin kalau orang yang kau sakiti itu bisa memaafkan mu. kau harus yakin pada dirimu sendiri"

  Renaldi hanya bisa terdiam, begitu pula Raka yang melihat semua itu. Raka yang masih polos itu hanya melihat tingkah aneh ibunya.

  "Apa yang ibu dan kakak lakukan?"

  "Aku lupa kalau ada anak kecil disini"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!