My Rhythm

My Rhythm

Chapter 1

Erlin terus mengayuh sepeda mininya begitu keluar dari pagar rumahnya. hari ini dia bangun kesiangan sehingga semua jadi tergesa-gesa.

Dari mandi, menyiapkan sarapan hingga mengantarkan putrinya, Momo Kim berangkat ke sekolah.

Sepeda berhenti tepat di gerbang sekolah putrinya. Momo, segera turun dari boncengan sepeda. di kecupnya pipi Erlin emilia yang masih membenarkan posisi sepedanya agar berdiri tegak.

"Bye mami...". ucapnya, lalu berlari ke arah gerbang melambaikan tangannya dan tersenyum.

Erlin selalu terpesona dengan senyum manis dari gadis imut itu. diapun membalasnya dengan lambaian tangan. begitu putrinya menghilang di balik pagar dan berbaur dengan teman-temannya, dia segera sadar bahwa dia sudah terlambat ke tempatnya bekerja.

Di pacunya sepeda itu dengan cepat. pikirnya, pokok dia harus segera sampai di tempat kerjanya.

Sampai di sebuah pertigaan, Erlin mendadak mengerem karna ada mobil yang mogok di depannya. walau sudah berusaha mengerem masih saja dia menabrak bemper mobil itu, membuatnya sedikit kaget dan merasa bersalah.

Cepat-cepat Erlin turun dari sepedanya dan menghampiri si pemilik mobil yang juga kaget karena Erlin menabraknya.

"Maaf, saya tidak sengaja.",

"Saya buru-buru dan tidak tau mobil anda mogok disini, itu membuat saya kaget dan tiba-tiba mengerem mendadak. jadi mohon maafkan saya". ucapnya.

"Lalu bagaimana dengan kerusakannya?". tanya si pemilik mobil.

"Saya akan membayarnya, tapi tidak bisa sekarang. mohon beri saya waktu.", jawabnya.

"Baiklah, totalnya bisa sampai 15-20 juta". jawabnya asal. Erlin terkejut, mulutnya menganga dan matanya membulat.

"Jangan mencari keuntungan dari kejadian ini!. ini murni kecelakaan, dan itu hanya goresan kecil. bagaimana bisa habis sebanyak itu?!. anda mau memeras, ya?!.",Erlin sedikit meradang, merasa bahwa dia di peras. keningnya berkerut, tatapannya tajam pada lelaki itu.

"Kalau di lihat-lihat lagi, itu kesalahan siapa?.", tanya pria itu.

"Tentu saja kesalahan anda. kalau mogok, kenapa tidak pasang segitiga pengaman?!, sebagai peringatan pada pengguna jalan yang lain?. ini namanya mencari kesempatan dalam kesempitan.",

"Anda ini, pakaian jas bermerek, wajah tampan, tapi kenapa kelakuan seperti buaya darat?!.", ucapnya penuh dengan emosi. laki-laki itu terkejut mendengarnya, lalu tersenyum untuk menutupi amarahnya.

"Kalau begitu, biarkan kau jadi mangsa pertamaku.", ucap pria itu sambil mendekatkan wajahnya pada Erlin.

"Hei!!, jaga jarakmu!.", Erlin mendorong tubuh pria itu.

"Siapa yang mau jadi mangsamu?!. dasar pria mesum!.", ucapnya sebal, dan segera meraih sepedanya.

"Mau lari dari tanggung jawab ya?!.", langkah Erlin terhenti ketika mendengar pria itu berucap demikian.

"Siapa yang mau lari dari tanggung jawab?!.", ucapnya seraya meletakkan sepedanya lagi.

"Pulpen?!.", tangannya menengadah meminta benda itu saat dia sudah mendekat ke arah pria itu. pria itu segera mengeluarkan pulpen dari saku jasnya dan memberikannya pada Erlin.

Erlin meraih tangan pria itu lalu menuliskan nomor teleponnya di telapak tangan pria itu.

"Ini nomerku. hubungi saat perlu saja!!.", ucapnya penuh penekanan sambil menaruh pulpen itu di telapak tangan si pria.

"Aku permisi, tuan!. bagaimanapun anda sudah menyita begitu banyak waktuku. padahal hari ini akan ada tutor penting yang datang ke tempatku bekerja.", ucapnya lalu mengambil sepedanya.

"Sampai jumpa lagi tuan mesum!.", teriaknya sambil berlalu dari tempat itu. pria itu hanya tersenyum mendengar Erlin memanggilnya demikian, dan tersadar ketika ada yang memanggilnya.

"Tuan, maaf terlambat. tadi macet.", ucap 'tangan kanannya' yang baru saja datang membawa mobil ganti untuknya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Erlin sampai di depan resto tempatnya bekerja. buru-buru dia menaruh sepedanya dan segera berlari lewat pintu belakang untuk ganti baju kerja.

Ya, Erlin adalah salah satu koki di tempatnya bekerja, baru beberapa bulan ini setelah dia pulang dari luar negeri.

Ia baru beradaptasi dan mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya, tapi Erlin bersyukur. manager resto ini sangat menyukai hasil kerjanya.

Erlin keluar dari kamar mandi. segera dia berjalan tergesa-gesa ke arah dapur, dimana semua teman-teman seprofesinya berada.

Pintu itu di buka perlahan, berharap tidak ada yang tau dia terlambat.

"Erlin.", panggil temannya Mica, salah seorang pramusaji di restoran ini juga.

"Sstttt......", refleks telunjuknya di tempelkan ke bibir Mica.

"Apa tutornya sudah datang?.", tanyanya berbisik.

membuat Mica mengernyitkan keningnya karna tidak begitu jelas dengan suara Erlin.

"Chef. chef tutor?!. bukankah hari ini kita akan duplikasi resep baru?.",ucap Erlin.

"Belum.", ucap Mica menggeleng. Erlin menarik nafas lega. kemudian masuk ke dapur tempatnya bekerja.

Manager memanggil semua karyawan, baik chef restoran itu ataupun pramusaji ke ruang pertemuan. ruangan yang biasa di pesan untuk acara resmi, meeting ataupun acara pribadi lainnya.

Di ruangan itu sudah tersedia meja beserta kompor, panci dan peralatan masak lainnya serta bahan-bahan untuk pelajaran memasak hari ini.

"Selamat pagi semua.", sapa manager kepada semua orang yang hadir di ruangan itu.

"Selamat pagi.", balas mereka bersahutan.

"Terimakasih kepada semua staf, karyawan, pramusaji dan koki yang hadir hari ini. kerja kalian luar biasa hebat.", ucap sang manager di sambut tepuk tangan dan senyuman dari semua yang hadir.

"Tanpa kalian, restoran ini bukanlah apa-apa.", sambungnya.

"Baiklah, tujuan hari ini. kalian di kumpulkan di sini adalah satu, untuk bertemu langsung dengan pemilik restoran tempat kalian bekerja ini. dan kedua, adalah pembelajaran resep baru duplikat dari pemilik restoran ini juga. mari kita sambut...!!!, tuan Nathan Kin.", ucapnya dengan penuh bersemangat, di sambut riuh tepuk tangan dan suara para karyawan yang sangat penasaran dengan pemilik resto sesungguhnya.

Nathan Kin memasuki ruangan. semua mata begitu berbinar, menunjukkan rasa kagumnya pada chef muda itu, tapi tidak bagi Erlin. dia terkejut dan berusaha menutupi wajahnya agar Nathan Kin tidak melihat ataupun mengenalinya.

Melihat tingkah aneh temannya Mica pun bertanya.

"Kenapa?.", tanyanya. raut wajah Erlin terlihat aneh. dia tersenyum bingung. mereka tidak mendengarkan penjelasan manager yang memperkenalkan CEO nya. sampai ketika manager mempersilahkan Nathan Kin untuk memberi sambutan dan memperkenalkan diri, Erlin tetap mengobrol dengan Mica sambil menutupi wajahnya.

"Apa kabar semua?.", sapa Nathan Kin. semua segera menjawab nya.

"Perkenalkan. saya, Nathan Kin pemilik resto ini. saya rasa semua pasti sudah pernah mendengar tentang saya. jadi, saya tidak akan panjang lebar berbicara disini.", ucapnya seraya memberi isyarat pada manager restoran untuk mempersilahkan karyawan, pramusaji dan chef di bagian appetizer untuk keluar. ya, demo masak kali ini adalah membuat dessert dan main course.

Para karyawan, pramusaji dan koki yang hendak meninggalkan ruangan memberi hormat kepada Nathan Kin. Erlin bingung menutupi wajahnya seiring berkurangnya orang di ruangan itu. dia hendak ikut keluar dari ruangan, tapi di cegah manager.

"Chef Erlin. bukankah anda di bagian dessert?.", ucap manager itu yang membuat Erlin berhenti di tempatnya dengan senyuman bingung dan canggung.

🍁 TO BE CONTINUED 🍁

Terpopuler

Comments

Srimulyani

Srimulyani

keren, bagus ceritanya

2024-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!