"Dengar ya!, aku tidak memecat mu. aku menyuruhmu pulang lebih awal sebagai bentuk apresiasi, karena kamu berhasil membuat dessert yang sama dan mirip denganku." jelas Nathan saat mereka sudah duduk dengan benar, walaupun saling menjaga jarak.
"Benarkah?!, jadi aku tidak di pecat?.", tanyanya memastikan dengan senang. Nathan menghela nafas dan mengangguk dengan gaya cool dan sombongnya.
"Ah, senangnya!!!.", ucapnya berseru sambil bertepuk tangan dan tersenyum lepas.
"Jadi bagaimana selanjutnya?.", tanya Calvin. senyum Erlin langsung terhenti, terdiam dan berpikir sejenak.
"Karena aku tidak di pecat, dan kakakmu sudah jauh-jauh datang kesini. kenapa kamu tidak ikut pulang bersamanya?!.", ucapnya kemudian.
Calvin terkejut mendengarnya. matilah ia kalau sampai kakaknya membawanya pulang, pasti akan ada serangan demi serangan yang ia terima.
Bayangannya sudah jauh ke suatu tempat dimana dia akan di kurung dan di siksa oleh kakaknya, tapi itu adalah bayangan dalam angan-angannya yang lebay.
"Tidak bisakah kamu menolongku?.", tanya Calvin berharap.
"Karena masalahku beres. silahkan lanjutkan urusanmu dengan dia.", ucap Erlin santai.
"Jadi aku.....
kata-katanya urung selesai. Nathan menarik lehernya keluar rumah.
"Kak!, ah, ini sakit.", keluhnya saat diluar rumah Erlin.
"Da-da..., bye!. hati-hati di jalan ya!," ucap Erlin riang sambil melambaikan tangannya ke arah Calvin dan Nathan yang berdiri di samping mobil.
"Masuk!.", perintah Nathan pada Calvin. dan ia hanya bisa menurut. masuk ke mobil Nathan dan duduk.
Sopir Nathan, Harry segera menutup pintu ,kemudian berlari ke sisi mobil lainnya dan membuka pintu untuk Nathan, setelah Nathan masuk dan duduk. Harry menutup pintu itu lalu bergegas naik dan duduk di belakang kemudi.
Mobil mulai melaju. ragu-ragu Calvin ingin memulai pembicaraan karena kakaknya tetap diam dan menatap lurus ke depan.
"Kak.", panggilnya ragu. Nathan hanya menoleh, tatapan dinginnya membuat Calvin merengek.
"Kak, maaf. aku tidak bilang mau pulang, aku pikir aku ingin memberimu kejutan.", ucapnya merengek seperti anak kecil.
"Kak, ayolah. jangan diam saja, aku baru selesai wisuda dan ingin bertugas di rumah sakit negara ini saja. maka dari itu aku pulang.",jelasnya.
"Bukankah universitas sudah merekomendasikan mu ke 'NYU medical center'?. salah satu rumah sakit terbaik di Amerika?.",
"Kalau ingin yang dekat ada juga 'Singapore general hospital'. itu dua rumah sakit terbaik di dunia. kenapa malah memilih pulang dan melamar jadi dokter praktek disini?.", tanyanya kesal pada adiknya.
"Dengar!!. susah payah aku mendukungmu dan melawan ayah agar dia mengizinkanmu mengejar cita-citamu menjadi dokter.",
"Aku lakukan apapun. memastikan kau bahagia, bebas memilih jalan hidupmu. tapi kenapa pilihanmu ini mengecewakanku?.", sambungnya. Nathan menyandarkan kepalanya di jendela mobil dan mengurut keningnya.
Calvin merasa bersalah. dia menatap kakaknya lekat.
"Maaf, kak.", ucapnya lalu memeluk kakaknya dari samping dengan erat. Nathan terkejut sejenak, lalu membalas pelukan adiknya.
"Sudahlah. maaf juga, aku terlalu terbawa emosi.", ucap Nathan melepaskan pelukannya begitu juga dengan Calvin.
"Jangan marah lagi, ini caraku melaksanakan amanah nyonya untuk selalu menjagamu.", suara Calvin terdengar sedikit parau.
Nyonya. nyonya adalah ibu kandung Nathan, Calvin biasa memanggilnya nyonya.
Dulu, sewaktu ibu Nathan sakit parah, ibu Nathan meminta Calvin untuk menjaga Nathan dan menjadi temannya. karena Nathan kecil tidak pandai bergaul dan lebih senang menyendiri.
Mendengar penjelasan adiknya, Nathan menghela nafas berat.
"Malam ini tidur di apartemen saja. besok baru temui ayah dan ibu.", ucapnya mengganti topik pembicaraan, yang mendapat anggukan dari Calvin.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Keesokan harinya, Erlin dan Momo berangkat lebih pagi. mereka hendak mampir ke panti dulu, bertemu dengan teman-teman mereka, tepatnya teman-teman Erlin sewaktu tinggal disini.
Dan juga untuk datang berkunjung ke makam seseorang yang letaknya di area makam panti.
Dikayuh nya penuh dengan semangat sepeda itu sambil mereka bernyanyi, bergurau dan sesekali mengobrol. hingga tidak sadar bahwa mereka telah sampai di sebuah bangunan tua yang cukup besar, panti.
Erlin menghentikan laju sepedanya ,lalu memperhatikan lalu lalang mobil dan motor yang lewat, mereka sedang menyeberang.
Begitu jalanan terlihat sepi, mereka segera berjalan ke seberang jalan dan memasuki gerbang panti yang sudah terbuka.
Terlihat begitu banyak anak bergotong royong. ada yang menyapu halaman, menyapu aula, menyapu kamar, ada juga yang merapikan tempat tidur ,menyiram bunga dan beberapa yang sudah agak besar membantu pengurus memasak di dapur. sebagian dari mereka ada yang sudah rapi dan bersiap ke sekolah.
Erlin segera memarkir sepedanya. mengambil kue-kue yang sudah di persiapkan nya untuk anak-anak panti, sedang Momo membawa bunga di tangannya untuk persiapan berkunjung ke makam.
Sebelum ke makam, mereka terlebih dahulu menemui kepala panti di kantornya.
"Tok....,
"Tok....
"Tok.....
Erlin mengetuk pintu sebelum masuk ruangan kepala panti. memastikan bahwa ia ada di ruangannya.
"Masuk!.", sahut suara dari dalam. Erlin dan Momo saling pandang dan tersenyum, mereka segera masuk.
"Bunda Luisa.", sapa Erlin dengan senyum manisnya. wanita paruh baya berumur sekitar 60 an itu tersenyum ke arah Erlin dan Momo.
"Kalian datang?!.", ucapnya seraya menghampiri Erlin dan Momo, lalu memeluk mereka bergantian.
"Kami bawakan ini untuk semua keluarga panti.", ucapnya setelah bunda Luisa melepas pelukannya.
"Ini kue?.", tanyanya dan Erlin segera mengangguk.
"Mereka pasti senang. mereka selalu bilang kue buatanmu selalu yang terenak.", sambungnya disertai senyuman, begitu juga dengan Erlin dan Momo.
"Kalau begitu, silahkan di terima.", ucap Erlin seraya mengangkat semua kotak yang telah di ikat dengan tali itu ke meja tamu di kantor itu.
"Sebanyak ini?.", bunda Luisa terheran-heran. yang hanya di jawab anggukan oleh Erlin.
"Oh, Tuhan.", ucapnya menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Baiklah ,bunda. aku permisi mau mengajak Momo ke makam, sekalian kami pamit. nanti dari makam langsung pergi ,takut kami terlambat.", ucap erlin, pamit dan undur diri.
"Begitukah?!.", ucap bunda Luisa. lalu memberi pelukan pada Erlin dan Momo secara bergantian.
"Semoga tuhan selalu memberkati kalian.", ucapnya, mendoakan Erlin dan Momo.
Erlin dan Momo pergi meninggalkan ruangan bunda Luisa dan bergegas berjalan dengan riang ke makam kakaknya, Monica. tepatnya di belakang panti.
Monica adalah ibu kandung Momo, dia meninggal dalam suatu kebakaran ketika sedang bekerja, saat usia Momo baru 7bulan.
Dan sejak saat itu, Erlin lah yang menjadi ibu asuh bagi Momo. tapi meskipun begitu hubungan mereka malah lebih dari seorang ibu dan anak, itu karena Erlin dan Momo saling memiliki, dan menyayangi.
Setelah melewati beberapa makam lainnya, akhirnya mereka sampai di depan makam Monica.
Segera Erlin dan Momo duduk di sana, dan Momo menaruh bunga di pusara momy nya.
"Selamat pagi momy, semoga selalu bahagia di surga.", ucap Momo sambil membersihkan pusara momy nya.
"Selamat pagi ,kak. doakan kami selalu bahagia dan sukses hari ini.", ucapnya. lalu memimpin Momo berdoa untuk ibunya.
Selang beberapa waktu semua terdiam, hingga doa itu selesai di panjatkan.
"Aamiin..", ucap mereka serentak. selesai dari makam, Erlin dan Momo segera menuju ke tempat sepedanya terparkir.
Buru-buru Erlin mengambilnya dan Momo segera naik, takut kalau terlambat lagi.
Erlin dengan semangat mengayuh sepedanya sampai di depan gerbang sekolah Momo.
Setelah gadis kecil itu mencium Erlin, dia bergegas meninggalkan Erlin dan menghilang di balik gerbang bersama teman-temannya. begitupun Erlin segera memacu sepedanya ke tempat kerjanya.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
🍁TO BE CONTINUED 🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments