NovelToon NovelToon

My Rhythm

Chapter 1

Erlin terus mengayuh sepeda mininya begitu keluar dari pagar rumahnya. hari ini dia bangun kesiangan sehingga semua jadi tergesa-gesa.

Dari mandi, menyiapkan sarapan hingga mengantarkan putrinya, Momo Kim berangkat ke sekolah.

Sepeda berhenti tepat di gerbang sekolah putrinya. Momo, segera turun dari boncengan sepeda. di kecupnya pipi Erlin emilia yang masih membenarkan posisi sepedanya agar berdiri tegak.

"Bye mami...". ucapnya, lalu berlari ke arah gerbang melambaikan tangannya dan tersenyum.

Erlin selalu terpesona dengan senyum manis dari gadis imut itu. diapun membalasnya dengan lambaian tangan. begitu putrinya menghilang di balik pagar dan berbaur dengan teman-temannya, dia segera sadar bahwa dia sudah terlambat ke tempatnya bekerja.

Di pacunya sepeda itu dengan cepat. pikirnya, pokok dia harus segera sampai di tempat kerjanya.

Sampai di sebuah pertigaan, Erlin mendadak mengerem karna ada mobil yang mogok di depannya. walau sudah berusaha mengerem masih saja dia menabrak bemper mobil itu, membuatnya sedikit kaget dan merasa bersalah.

Cepat-cepat Erlin turun dari sepedanya dan menghampiri si pemilik mobil yang juga kaget karena Erlin menabraknya.

"Maaf, saya tidak sengaja.",

"Saya buru-buru dan tidak tau mobil anda mogok disini, itu membuat saya kaget dan tiba-tiba mengerem mendadak. jadi mohon maafkan saya". ucapnya.

"Lalu bagaimana dengan kerusakannya?". tanya si pemilik mobil.

"Saya akan membayarnya, tapi tidak bisa sekarang. mohon beri saya waktu.", jawabnya.

"Baiklah, totalnya bisa sampai 15-20 juta". jawabnya asal. Erlin terkejut, mulutnya menganga dan matanya membulat.

"Jangan mencari keuntungan dari kejadian ini!. ini murni kecelakaan, dan itu hanya goresan kecil. bagaimana bisa habis sebanyak itu?!. anda mau memeras, ya?!.",Erlin sedikit meradang, merasa bahwa dia di peras. keningnya berkerut, tatapannya tajam pada lelaki itu.

"Kalau di lihat-lihat lagi, itu kesalahan siapa?.", tanya pria itu.

"Tentu saja kesalahan anda. kalau mogok, kenapa tidak pasang segitiga pengaman?!, sebagai peringatan pada pengguna jalan yang lain?. ini namanya mencari kesempatan dalam kesempitan.",

"Anda ini, pakaian jas bermerek, wajah tampan, tapi kenapa kelakuan seperti buaya darat?!.", ucapnya penuh dengan emosi. laki-laki itu terkejut mendengarnya, lalu tersenyum untuk menutupi amarahnya.

"Kalau begitu, biarkan kau jadi mangsa pertamaku.", ucap pria itu sambil mendekatkan wajahnya pada Erlin.

"Hei!!, jaga jarakmu!.", Erlin mendorong tubuh pria itu.

"Siapa yang mau jadi mangsamu?!. dasar pria mesum!.", ucapnya sebal, dan segera meraih sepedanya.

"Mau lari dari tanggung jawab ya?!.", langkah Erlin terhenti ketika mendengar pria itu berucap demikian.

"Siapa yang mau lari dari tanggung jawab?!.", ucapnya seraya meletakkan sepedanya lagi.

"Pulpen?!.", tangannya menengadah meminta benda itu saat dia sudah mendekat ke arah pria itu. pria itu segera mengeluarkan pulpen dari saku jasnya dan memberikannya pada Erlin.

Erlin meraih tangan pria itu lalu menuliskan nomor teleponnya di telapak tangan pria itu.

"Ini nomerku. hubungi saat perlu saja!!.", ucapnya penuh penekanan sambil menaruh pulpen itu di telapak tangan si pria.

"Aku permisi, tuan!. bagaimanapun anda sudah menyita begitu banyak waktuku. padahal hari ini akan ada tutor penting yang datang ke tempatku bekerja.", ucapnya lalu mengambil sepedanya.

"Sampai jumpa lagi tuan mesum!.", teriaknya sambil berlalu dari tempat itu. pria itu hanya tersenyum mendengar Erlin memanggilnya demikian, dan tersadar ketika ada yang memanggilnya.

"Tuan, maaf terlambat. tadi macet.", ucap 'tangan kanannya' yang baru saja datang membawa mobil ganti untuknya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Erlin sampai di depan resto tempatnya bekerja. buru-buru dia menaruh sepedanya dan segera berlari lewat pintu belakang untuk ganti baju kerja.

Ya, Erlin adalah salah satu koki di tempatnya bekerja, baru beberapa bulan ini setelah dia pulang dari luar negeri.

Ia baru beradaptasi dan mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya, tapi Erlin bersyukur. manager resto ini sangat menyukai hasil kerjanya.

Erlin keluar dari kamar mandi. segera dia berjalan tergesa-gesa ke arah dapur, dimana semua teman-teman seprofesinya berada.

Pintu itu di buka perlahan, berharap tidak ada yang tau dia terlambat.

"Erlin.", panggil temannya Mica, salah seorang pramusaji di restoran ini juga.

"Sstttt......", refleks telunjuknya di tempelkan ke bibir Mica.

"Apa tutornya sudah datang?.", tanyanya berbisik.

membuat Mica mengernyitkan keningnya karna tidak begitu jelas dengan suara Erlin.

"Chef. chef tutor?!. bukankah hari ini kita akan duplikasi resep baru?.",ucap Erlin.

"Belum.", ucap Mica menggeleng. Erlin menarik nafas lega. kemudian masuk ke dapur tempatnya bekerja.

Manager memanggil semua karyawan, baik chef restoran itu ataupun pramusaji ke ruang pertemuan. ruangan yang biasa di pesan untuk acara resmi, meeting ataupun acara pribadi lainnya.

Di ruangan itu sudah tersedia meja beserta kompor, panci dan peralatan masak lainnya serta bahan-bahan untuk pelajaran memasak hari ini.

"Selamat pagi semua.", sapa manager kepada semua orang yang hadir di ruangan itu.

"Selamat pagi.", balas mereka bersahutan.

"Terimakasih kepada semua staf, karyawan, pramusaji dan koki yang hadir hari ini. kerja kalian luar biasa hebat.", ucap sang manager di sambut tepuk tangan dan senyuman dari semua yang hadir.

"Tanpa kalian, restoran ini bukanlah apa-apa.", sambungnya.

"Baiklah, tujuan hari ini. kalian di kumpulkan di sini adalah satu, untuk bertemu langsung dengan pemilik restoran tempat kalian bekerja ini. dan kedua, adalah pembelajaran resep baru duplikat dari pemilik restoran ini juga. mari kita sambut...!!!, tuan Nathan Kin.", ucapnya dengan penuh bersemangat, di sambut riuh tepuk tangan dan suara para karyawan yang sangat penasaran dengan pemilik resto sesungguhnya.

Nathan Kin memasuki ruangan. semua mata begitu berbinar, menunjukkan rasa kagumnya pada chef muda itu, tapi tidak bagi Erlin. dia terkejut dan berusaha menutupi wajahnya agar Nathan Kin tidak melihat ataupun mengenalinya.

Melihat tingkah aneh temannya Mica pun bertanya.

"Kenapa?.", tanyanya. raut wajah Erlin terlihat aneh. dia tersenyum bingung. mereka tidak mendengarkan penjelasan manager yang memperkenalkan CEO nya. sampai ketika manager mempersilahkan Nathan Kin untuk memberi sambutan dan memperkenalkan diri, Erlin tetap mengobrol dengan Mica sambil menutupi wajahnya.

"Apa kabar semua?.", sapa Nathan Kin. semua segera menjawab nya.

"Perkenalkan. saya, Nathan Kin pemilik resto ini. saya rasa semua pasti sudah pernah mendengar tentang saya. jadi, saya tidak akan panjang lebar berbicara disini.", ucapnya seraya memberi isyarat pada manager restoran untuk mempersilahkan karyawan, pramusaji dan chef di bagian appetizer untuk keluar. ya, demo masak kali ini adalah membuat dessert dan main course.

Para karyawan, pramusaji dan koki yang hendak meninggalkan ruangan memberi hormat kepada Nathan Kin. Erlin bingung menutupi wajahnya seiring berkurangnya orang di ruangan itu. dia hendak ikut keluar dari ruangan, tapi di cegah manager.

"Chef Erlin. bukankah anda di bagian dessert?.", ucap manager itu yang membuat Erlin berhenti di tempatnya dengan senyuman bingung dan canggung.

🍁 TO BE CONTINUED 🍁

Chapter 2

Erlin masih berusaha menyembunyikan wajahnya. apalagi saat semua koki di bagian dessert berkumpul mengelilingi meja, dan berusaha lebih dekat agar jelas semua bahan yang digunakan serta cara membuat menu dessert terbaru yang akan masuk dalam list menu direstoran tempatnya bekerja.

Bukannya ikut mendekat, Erlin malah bersembunyi di belakang senior chef, chef dude agar tidak terlihat oleh Nathan.

"Ada yang mau bantu?.", tanya Nathan sambil mengaduk adonan. semua koki berebut mengusulkan diri, semua ingin belajar langsung dari chef ahli. beda dengan Erlin yang tetap diam dan terus mencoba bersembunyi.

"Coba yang belakang!.", ucap nathan. semua menoleh ke arah Erlin.

"Apa?.", tanyanya, dengan wajah polos pura-pura bodoh.

"Apalagi?!. cepat maju!!, chef Nathan memintamu membantunya!.", ucap ke empat chef lainnya serempak. Erlin terkejut dan melongo. beberapa saat kemudian dia hanya tersenyum Canggung.

"Aku rasa, aku bisa menduplikasi resepnya walau tidak melihat dari dekat.", jawabnya percaya diri.

"Begitukah?!.",

"Baiklah, kalau begitu setelah ini tugasmu adalah duplikasi dessert yang aku buat. harus sama persis dari segi rasa, tekstur dan penyajian.", sahut Nathan. Erlin kaget mendengarnya.

"Kenapa?.", tanya Nathan.

"Mm..., tidak apa-apa. tidak masalah.", jawabnya ragu tapi tetap percaya diri.

"Kalau begitu, silahkan ke tempat yang sudah disiapkan, dan mulai!.", ucap Nathan.

"Baik.", jawabnya. lalu melangkah ke working table.

Erlin sudah berdiri di working table dan mulai memasak. Erlin memasukkan telur dan gula lalu mengocoknya hingga mengembang di susul dengan bahan-bahan lain, seperti baking powder, terigu, susu, coklat bubuk, susu bubuk ,susu cair , mentega, maizena , pasta teh dan lainnya.

Butuh waktu 35 menit bagi Erlin untuk mengolah semua bahan tersebut menjadi kue yang cantik. dan jadilah, 'TRIFLE CHOCOLAT GREENTEA CAKE'.

Setelah selesai duplikasi resep dan plating, dengan bangga Erlin pun memperlihatkannya pada Nathan.

"Jangan besar kepala. belum tentu rasanya enak.", ucap Nathan. Erlin mengerutkan keningnya, sebal.

"Ada yang mau coba lebih dulu?.", tanya Nathan kepada semua koki yang hadir. mereka saling pandang satu sama lain.

"Silahkan, kalian semua harus mencoba dan membandingkan. antara dessert saya dan dessert chef Erlin.",

"Koreksi rasanya, dan jangan sungkan memberi komplain atau masukan.", ucap Nathan. disusul kemudian, semua orang mengelilingi meja yang terdapat dessert Nathan dan Erlin di sana.

Dessert yang sama, bahan dan cara pengolahan yang sama dan yang membuat mereka heran adalah rasanya..., bisa sama persis dengan yang di buat Nathan.

"Bagaimana?.", tanya Nathan ketika melihat semua sudah menjauh mundur dari meja itu.

"Rasa dan tekstur nya sama tuan. tidak ada yang berbeda.", ucap senior chef di resto tersebut, chef Dude. Nathan mengerutkan kening tidak percaya.

Buru-buru dia mendekati meja itu. mengambil sendok lalu mencoba dessert buatan Erlin. Nathan mengunyahnya pelan dan mengoreksi rasa.

Benar!!!, mirip dengan yang dia buat. dia menatap Erlin dengan raut wajah curiga. Erlin yang melihatnya sedikit kaget, tapi kemudian dia memasang wajah angkuh.

Nathan memberi isyarat bagi semua orang untuk keluar kecuali Erlin. semua koki segera keluar, lalu Nathan mendekatinya.

"Belajar dari mana resep itu?.", tanyanya. setelah mencoba dessert buatan Erlin yang sangat mirip dengan buatan ibu dan adik perempuannya.

"Resep itu ada dimana-mana. meskipun aku tidak sekolah memasak, tapi aku bisa belajar dari internet. lagi pula, itu makanan kesukaan kakakku dan putrinya. jadi, jangan heran kalau aku bisa mengalahkan mu.", ucapnya menyombongkan diri.

Nathan terdiam mendengar jawaban Erlin. bagaimanapun, untuk mendapatkan resep itu dia harus masuk sekolah memasak. rasanya benar-benar harus mirip dengan buatan dua orang yang dicintainya. Itulah sebabnya, ketika dia berhasil membuat resep ini dan memodifnya dengan rasa seperti yang diharapkan, dia ingin memasukkan itu dalam list menu di restoran nya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Dasar pria tua mesum yang aneh. aku berhasil membuat dessert itu, bukannya dapat penghargaan, malah aku di suruh pulang awal.",

"Menyebalkan!...., kenapa ada pria seperti itu di dunia ini, Tuhan?!.", umpatnya kesal sambil menyusuri jalanan dengan menuntun sepedanya menuju sekolah Momo.

Tapi ini masih terlalu awal kalau mau mengajak Momo pulang. jadilah, dia hanya duduk di samping pagar sekolah sambil menunggu dan sesekali mengumpat kesal. Erlin berpikir, kenapa hari ini sesial ini?.

Ditopang nya dagu dengan kedua tangannya, dan dia baru tersadar mungkin yang membuatnya sial hari ini adalah karena bangun kesiangan. jadi, tidak sempat ke makam kakaknya untuk berdoa bersama Momo.

Erlin menarik nafas lalu, mengangguk faham. ia yakin sialnya hari ini, karena dia dan Momo tidak ke makam dulu sebelum beraktivitas seperti biasanya.

"Baiklah, pulang dari sekolah harus mengajak Momo beli bunga dan berkunjung ke makam.", ucapnya pada diri sendiri.

Waktu menunjukkan pukul 12.35 siang, tapi Momo belum juga keluar dari kelasnya.

Erlin mulai merasa jenuh, jadilah dia pergi ke kedai es krim yang ada di sebelah sekolah. Gadis itu segera dan masuk memesan es krim strawberry dengan toping coklat dan buah dgn siraman essens lechy.

Saat tengah menikmati es krim. tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke toko lalu berlari ke arah Erlin dan memintanya untuk menyembunyikannya karna dia sedang di kejar orang.

"Tolong sembunyikan aku!. aku sedang di kejar orang.", ucapnya memohon.

"Ayo, ayo!!, kesini.", ucap Erlin yang menyuruhnya bersembunyi di sudut ruangan dekat tempat duduknya.

Karena masih khawatir ketahuan, orang itu menarik rok panjang Erlin dan menutupi kepalanya. Erlin sedikit terkejut, tapi kemudian berusaha tenang ketika ada dua orang yang di maksud masuk dan mencari orang itu.

Setelah semua sudut ruangan di cek dan yang di cari tidak ada, barulah Erlin menyuruh orang itu keluar.

"Ayo keluar!. semua sudah pergi.", ucapnya. pria itu menurunkan sedikit rok yang menutupi kepala dan wajahnya, lalu melirik ke sekitar ruangan untuk memastikan bahwa keadaan sudah aman.

Merasa aman diapun segera berdiri, nafasnya terlihat lega dan kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Erlin.

"Huh, terimakasih. kamu menyelamatkan aku.", ucapnya.

"Apa kamu penjahat?. mengapa mereka mengejar mu?.", tanya Erlin.

"Hei..., lihatlah baik-baik. aku begitu tampan, mana ada tampang penjahat?!.",

"Coba lihat apakah terlihat pantas menjadi penjahat?.", ucapnya narsis.

"Aku tidak tau, dan tidak kenal kamu. mana mungkin aku tau, kamu penjahat bukan?!.",

"Lagi pula, wajah tampan tidak menjadi tolak ukur seseorang itu jahat atau tidak?. kecuali, kamu menceritakan masalahmu. aku tidak akan percaya bahwa kamu orang baik.", ucap Erlin. pria itu mendengus kesal.

"Aku Calvin Kin. aku kuliah kedokteran di Harvard, Amerika.",

"Aku pulang ke Indonesia tanpa memberi tau keluarga, terutama kakakku. tapi orangnya malah menemukanku lebih dulu dan mengejarku.", ceritanya.

"Tunggu. namamu Calvin Kin?.",

"Kamu bermarga Kin?.", tanya Erlin memastikan. Calvin mengangguk.

"Berarti kamu kenal Nathan Kin?.", tanyanya lagi.

"Dia kakak yang aku ceritakan.", jawab Calvin. Erlin terdiam, berpikir sesuatu.

"Kalau begitu, aku bisa memberi pelajaran dengan menculik adiknya, agar dia tidak bisa berbuat seenaknya kepadaku.", pikir Erlin. dia tersenyum senang.

"Karena kamu tidak bisa pulang. ikutlah ke rumahku nanti akan aku bantu kamu bertemu kakakmu untuk bernegosiasi.", ucapnya.

"Benarkah?.", tanya Calvin senang ada yang mau membantunya. Erlin pun mengangguk dengan senang. jadilah hari itu Calvin ikut Erlin pulang bersama Momo.

🍁TO BE CONTINUED 🍁

Chapter 3

"Berikan ponselmu padaku!.", perintah Erlin sesampainya di rumah.

"Untuk apa?.", tanya Calvin.

"Tentu saja menghubungi keluargamu.", jawabnya santai.

"Tapi kakak akan memarahi aku, kalau kami bertemu.", ucapnya

"Jadi pria jangan pengecut!. kamu pria dewasa, pasti bisa menghadapinya.",

"Benarkah?.", Erlin mengangguk. Calvin memberikan ponselnya, Erlin mengambilnya dan segera mencari kontak kakaknya.

"Tok....

"Tok....

"Tok....

Pintu rumah Erlin di ketuk dari luar oleh seseorang. Momo yang sedang menonton TV dengan Calvin segera beranjak menuju ruang tamu dan membuka pintu.

"Selamat malam. ingin mencari siapa?.", tanya Momo pada orang dihadapannya. sejenak orang itu terpaku melihat Momo, mengingatkannya pada seseorang. tapi kemudian dia tersadar dan memperkenalkan dirinya.

"Mm, aku Nathan. aku mencari adikku, Calvin.", jawabnya. Momo menoleh ke arah ruang TV.

"Apa dia ada disini?.", tanyanya lagi.

"Seseorang memberitahuku kalau dia kemari. dia baru saja pulang dari luar negeri dan belum menemui keluarganya. orang tuaku sangat khawatir.", ucapnya menyambung cerita dengan wajah sedih.

"Iya, dia disini. mari masuk dan silahkan duduk, aku akan memanggilnya.", ucap gadis berusia 10 tahun itu, mempersilahkan lalu masuk ke dalam memanggil Calvin.

"Mami. ada yang mencari paman tampan.", ucap Momo setelah masuk ke dalam.

"Siapa?.", tanya Erlin.

"Sstttt....., itu kakakku.", jawab Calvin yang sudah mengintip di balik tirai.

"Ha, kakakmu?. biar aku yang keluar menghadapinya.", Erlin melipat lengan bajunya, bersiap bertemu dengan Nathan. Calvin mengacungkan dua jempol pada Erlin , sementara Momo hanya mengerutkan kening, tidak mengerti apa yang dilakukan maminya.

"Ternyata, benar kamu yang membawanya.", ucap Nathan begitu melihat Erlin. Erlin berkacak pinggang, melirik Nathan dengan wajah sinisnya.

"Dengar!. adikmu aku culik, jadi kalau mau membawanya pulang tebus dengan mengembalikan pekerjaanku.", ucapnya to the points.

"Kamu menculiknya?.",

"Iya. kenapa?, kalau kamu tidak setuju dengan penawaran yang aku sebutkan. aku akan mencekiknya, mengulitinya, mencincangnya, lalu menjadikannya adonan bakso, memasaknya dan menjualnya.", ucapnya. mengancam dan terus mendekat kearah Nathan.

Nathan tiba-tiba merasa mual dan ingin muntah ketika Erlin berada di depannya tanpa jarak yang memisah.

"Ugh....", dia membungkam mulutnya sendiri. Erlin mengerutkan keningnya ,lalu sedikit menjauh dan kemudian mencium ketiak dan badannya secara bergantian.

"Aku tidak bau. kenapa kamu ingin muntah?.", tanyanya polos.

"Siapa yang bilang, kamu bau?.",

"Mm...., Erlin masih tidak faham. di dekatkannya wajahnya ke arah Nathan dengan pandangan menyelidik.

"Dengar ya!. adikku orang yang jorok.", seketika Calvin melihat ke semua bagian tubuhnya yang di sebutkan oleh Nathan.

"Ditubuhnya ada panu, dia menderita gatal berborok. jarang mandi dan sikat gigi, dia juga suka kentut sembarangan. penampilannya yang rapi hanya untuk menutupi kejorokannya.", lanjut Nathan.

Erlin merinding memeluk tubuhnya "Bagaimana mungkin ada pria sejorok itu?. panu, borok..., ach jangan-jangan dia juga punya kudis dan kurap, memang tidak akan sedap kalau di buat bakso", pikirnya. dia bergidik ngeri. sementara Nathan menahan senyumnya melihat Erlin seperti itu.

"Kak. jangan sembarangan fitnah, aku selalu mandi. selalu hidup bersih, bagaimana mungkin aku ada panu dan penyakit kulit yang kakak sebut.", protes Calvin yang tiba-tiba keluar dari balik tirai.

Nathan menyilangkan tangannya di dada.

"Karena bagaimana mungkin kamu keluar, kalau tidak di pancing seperti itu?!.", ucapnya.

"Lagi pula, kenapa bisa di culik gadis bodoh seperti dia?.", lanjut Nathan.

"aku?.", Erlin menunjuk wajahnya.

"Kau bilang aku bodoh?. kamu yang bodoh!!. pria tua aneh, mesum, mata rabun. menyebalkan....", umpat Erlin.

"Kau bilang, aku pria tua mata rabun yang menyebalkan?. yang rabun itu kau!!!.", balas Nathan.

"Tunggu!. jadi sebenarnya, kau menculik ku?.", tanya Calvin.

"Diam!!!.....", ucap Nathan dan Erlin serentak. membuat Calvin kaget dan bingung. diam-diam Momo menarik tangan Calvin dari belakang dan mengajaknya masuk.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Mengapa kamu mengajakku masuk?.", tanya Calvin pada Momo.

Momo menghela nafas. "Biarkan orang dewasa menyelesaikan masalah mereka dulu. kita jangan ikut campur, itu hanya akan mempersulit.", ucap gadis berumur 10tahun itu memberi nasehat pada Calvin. Calvin mengerutkan keningnya.

"Apa aku terlihat seperti anak kecil?.", tanyanya.

"Karena paman tampan tidak bisa melihat situasi dan kondisi, itu membuktikan kalau paman tampan masih belum cukup umur.", ucapnya lalu menyalakan acara TV 'Masha and the bear'.

"Kita tonton ini saja, paman.", ucap bocah kecil itu.

"Aku...., 27tahun. dan ada yang bilang aku belum cukup umur.", gumamnya.

Suasana diruang tamu masih terjadi perang dingin. Nathan dan Erlin saling melirik, masing-masing dengan tangan bersilang di dada.

"Aku....., keduanya terdiam setelah tidak sengaja berucap bersamaan.

"Aku dulu yang bicara.", ucap Erlin

"Aku dulu.", jawab Nathan tegas.

"Kenapa pria tidak bisa menghargai wanita?", tanya Erlin

"Karena wanita tidak bisa menghormati pria.", jawab Nathan.

"Pria selalu mau menang sendiri.", cemooh Erlin.

"Dan wanita selalu menganggap dirinya paling benar.", sahut Nathan.

"Kenapa....

"Berhenti!!!!!, pekik Momo yang muncul tiba-tiba memotong debat antara Nathan dan Erlin.

Momo berdiri di dekat meja di antara Erlin dan Nathan.

"Paman tampan, kemari!. ayo, kita bantu mami dan paman tua ini menyelesaikan masalah.", ucap Momo. Calvin segera keluar dari balik tirai.

"Aku tua?.", tanya Nathan pada Momo.

"Paman memang sudah terlihat tua dibanding dengan paman tampan dan mami. apalagi di bandingkan denganku.", jelasnya polos.

Sontak Calvin dan Erlin tertawa. Nathan melotot ke arah adiknya, membuat Calvin terdiam serentak tapi tetap menahan tawanya.

Nathan berdehem ,membuat Erlin yang sedang tertawa langsung memasang wajah angkuh dan berusaha menyembunyikan senyum dan tawanya. dan pada akhirnya, mereka pun tidak bisa menahan tawanya lagi.

Nathan kesal melihatnya, apalagi saat Calvin dan Erlin terbahak-bahak hingga menangis dan memegangi perutnya.

"Mami, jangan tertawa terus. nanti bisa muncul kerutan di mata.", ucap Momo mengingatkan Erlin.

"Paman tampan, tidak ada yang lucu. ayo, berhenti tertawa dan fokus menjadi penasehat ku!.",

Erlin dan Calvin mencoba berhenti tertawa. Nathan melirik mereka dengan kesal.

"Baiklah paman tu....

"Panggil aku paman Nathan. ok?!, namaku bukan paman tua, ok cantik?.", ucapnya menyahut celotehan Momo.

"Ok.", jawabnya lugas . menunjukkan ibu jarinya pada Nathan.

"Baiklah. coba katakan, sebenarnya apa masalahnya?!.", tanya Momo.

"Ibumu menculik adikku.", jawab Nathan cepat.

"Mami!!!, itu kriminal.", teriaknya.

"Bukan begitu, sayang. paman tua ini jahat pada mami. dia memarahi mami dan memecat mami dari tempat mami bekerja, padahal mami tidak salah apa-apa.", Erlin membela diri. Nathan mengerutkan keningnya heran.

"Paman. itu sungguh sikap yang buruk.", ucap Momo.

"Tunggu!. siapa bilang aku memecatmu?.", tanyanya.

"Bukankah kau menyuruhku keluar dari ruangan mu hari ini?!, dan menyuruhku pulang awal?!.", hardiknya.

"Jadi, karena itu kau menganggap aku memecatmu?!.", tanya Nathan. Erlin mengangguk cepat dengan wajah kesalnya.

"Dasar wanita!, selalu merasa benar sendiri. kalau aku tidak menyuruhmu keluar dari ruanganku, apa aku harus menyuruhmu tinggal di ruanganku?. mau melayaniku ya?!.", ucapnya mendekatkan dirinya pada Erlin dan menggoda.

Erlin memundurkan tubuhnya, dan Nathan terus maju menggodanya.Erlin merasa tubuhnya akan jatuh sehingga dia menarik leher Nathan dengan kedua tangannya, yang pada akhirnya membuat dia jatuh di kursi dengan Nathan menindihnya. adu pandang saling terjadi sampai mereka sadar ada Momo dan Calvin di ruangan itu.

"Situasi apa ini mami?.", tanya Momo yang membuat Calvin refleks menutup kedua mata anak itu dengan telapak tangannya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

🍁TO BE CONTINUED 🍁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!