Ken mendengar suara-suara berisik di sekitarnya. Perlahan dia membuka matanya. Terasa asing. Bau alkohol begitu menyengat. Dia langsung menyadari bahwa dia berada di ruang perawatan. Tertidur di ranjang pasien yang di kelilingi tirai coklat sebagai pembatas.
" Bagaimana tuan Ken bisa pingsan ? Apa anda ada hubungannya dengan ini ? " Tanya kepala keamanan dengan tegas di balik tirai tempat Ken beristirahat.
" Tidak tuan " Jawab seorang wanita dengan gugup dan terbata-bata, rasa takut melingkupi nya.
" Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, jadi anda tidak di izinkan meninggalkan tempat ini sampai anda terbukti tidak bersalah " Kepala keamanan itu memberikan perintah tegas kepada Kiran, lalu meninggalkan ruang kesehatan.
Kiran menghela nafas putus asa. Melihat sekeliling, matanya berkaca-kaca. Kenapa bisa dirinya bernasib begitu sial. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia mengangkatnya dengan malas.
" Bu aku katakan aku tidak akan kembali lagi ke rumah itu apapun yang akan terjadi. Tidak akan pernah " Kiran menjawab sambungan telefon itu tanpa basa basi, kemudian dengan kesal dia segera menutupnya.
Air mata yang sedari di tahan Kiran tumpah, dia menangis tanpa suara, hanya terdengar suara nafas beratnya yang naik turun mencoba mengontrol tangis. Mengatur pernapasannya.
Namun serangan panik itu tidak dapat di hindari, dia sesak nafas teramat sangat. Berjalan sempoyongan untuk meminta pertolongan, namun ruang kesehatan itu kosong.Hanya ada dirinya dan Ken yang sedang berbaring di sudut ruang, tertutup tirai.
Kiran semakin merasakan sesak nafas, dia jatuh menatap meja yang ada di depannya. Membuat barang-barang di atasnya jatuh berserakan. Ken yang mendengar itu segera membuka tirai nya, dan melihat Kiran yang sedang jatuh terduduk seraya memegangi dadanya dengan nafas terengah-engah.
Ken segera turun dari atas ranjang dan berlari menghampiri nya, berniat ingin menolongnya dengan membantunya berdiri. Tapi di luar dugaan Kiran malah semakin panik dan berteriak.
" Jangan sentuh aku, jangan, jangan !!! " Dia berteriak seperti orang kerasukan. Tangan dan kaki nya sekuat tenaga mendorong dan menendang Ken. Membuat Ken mundur menjauh.
Penjaga dan perawat yang berada di luar ruangan mendengar teriakan Kiran segera berlari masuk ke dalam. Mereka melihat ruangan sudah kacau dengan Kiran yang terduduk di lantai dengan rambut acak-acakan dan masih berteriak histeris. Sementara Ken hanya berdiri tak jauh darinya, diam membeku, melihatnya dengan tatapan heran dan terkejut.
Perawat pun segera memberikan pertolongan pertama kepada Kiran. Menyodorkan kantung kertas untuk Kiran mengatur nafas di dalam nya.
" Tarik, hembuskan, tarik, hembuskan " Perawat itu berulang kali memberikan intruksi dan juga menepuk pelan punggung Kiran.
Sementara Kiran terlihat kesulitan berusaha mengatur nafasnya di dalam kantung kertas tersebut.
" Ada apa Tuan ? " Tanya kepala pengawal itu heran.
" Apa dia berusaha melukai anda ? " Cecarnya panik.
" Tidak aku baik-baik saja " Ken menjawab kaku. Dia masih syok dengan kejadian yang baru saja di alami nya.
Setelah beberapa saat lamanya, baik Kiran maupun Ken sudah tenang. Masing-masing dari mereka sudah mampu menjelaskan kronologis kejadiannya. Tapi tentu saja Kiran berbohong tentang serangan panik nya. Dia beralasan hanya sedikit tertekan karena di tuduh oleh kepala keamanan. Ken yang merasa ini semua ulahnya pun meminta maaf.
Setelah semua masalah teratasi dengan baik, dia meminta Kiran untuk datang ke ruangannya.
" Nona bisa kita bicara di ruangan ku " Ken mengajak Kiran dengan sopan.
Kiran hanya mengangguk dan tetap menunduk, mengikuti Ken dari belakang tanpa bersuara.
" Silahkan duduk " Tawar Ken begitu mereka masuk ke ruangannya.
Kiran mengangguk dan kemudian duduk, masih tetap saja diam tanpa suara.
" Sebelumnya aku minta maaf sekali lagi, karena aku kau harus tertekan seperti tadi " Ken memulai pembicaraan.
" Iya " Kiran hanya menjawab singkat, masih tetap menunduk.
" Kau kembali lagi kemari ada apa ? " Tanya Ken kemudian.
" Aku ingin mengambil buku sketsa ku yang tertinggal, dan juga Ruby... " Kiran berhenti, tidak tau harus mulai dari mana.
" Ah kakak ipar ? Apa kau orang yang dia rekomendasikan ? " Ken paham maksudnya sekarang.
" Iya " Kiran tetap saja menunduk.
" Baiklah, karena kakak ipar yang merekomendasikan mu dan juga sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih karena telah menolongku, aku akan menerima mu di sekolah ini " Ken menjawab yakin.
" Terima kasih " Kiran membungkukkan badannya yang sedang duduk.
" Tenang saja, tidak perlu sungkan " Ken mengibaskan tangannya dan tertawa lebar.
Kiran hanya menjawab dengan anggukan kepala, lagi-lagi. Membuat Ken menjadi salah tingkah. Belum pernah dia bertemu seseorang yang terlalu banyak menundukkan kepalanya saat berbicara dengannya. Ken lalu membalas sikap sopan Kiran dengan menundukkan kepalanya kaku. Kiran yang melihat itu juga membalas menundukkan kepala lagi, Ken yang semakin merasa sungkan membalas lagi, ikut menundukkan kepala. Dan di balas Kiran lagi.
" Ah sudah sudah, jangan menundukkan kepala lagi, leher ku sakit " Ken mencegah Kiran yang akan menundukkan kepala lagi. Dia memegang lehernya dan memijitnya. Merasakan pegal di sana.
" Baiklah sudah waktunya pulang sekolah, jadi kita akan pulang, kau bisa mulai bekerja besok " Ken menjelaskan singkat.
" Baik Tuan " Kiran menjawab sopan dan menundukkan kepalanya lagi.
" Jangan panggil Tuan " Ken menolak dengan sungkan.
" Baik Pak " Kiran mengganti jawabannya dan lagi-lagi menundukkan kepala.
" Aku belum setua itu untuk di panggil bapak, panggil aku Ken saja, kurasa kau seumuran dengan kakak ipar, jadi aku sedikit lebih tua dari mu " Ken menjawab yakin.
" Baik " Kiran hanya menjawab tanpa memberikan panggilan.
" Dan jangan terlalu sering menundukkan kepala kalau berbicara dengan ku, membuatku tidak nyaman " Ken menjelaskan lagi.
Namun kali ini tidak ada jawaban dari Kiran, dia hanya diam saja.
Ken lalu mempersilahkan Kiran untuk pergi karena dia juga akan segera pergi. Ken berdiri dan mempersilahkan Kiran untuk mendahului nya, tapi Kiran bergeming, dia tidak ingin berjalan di depan Ken. Membuat Ken salah tingkah lalu memutuskan berjalan mendahului Kiran.
Mereka telah sampai di depan gerbang sekolah. Cuaca mendung tapi tidak terlalu gelap.
" Semoga tidak turun hujan, aku akan basah kuyup lagi kalau sampai hujan " Ken menggerutu sendiri.
" Baik pak saya permisi dulu " Kiran berpamitan kepada Ken yang sedang mendongak menatap langit.
" Ah ya tentu saja, silahkan " Ken menjawab kikuk. Baru kali ini dia bertemu seorang gadis yang tidak peduli dengannya, biasanya setiap gadis yang dia temui akan terpesona olehnya lalu merengek-rengek untuk mendekat padanya.
Sangat berbeda dengan Tina. Hah ? Apa yang ku pikirkan ! Kenapa spongebob itu terlintas di pikiran ku. Tidak, tidak, tidak !!
Ken menggeleng-geleng mengusir bayangan Tina si mulut ember yang pantang menyerah mendapatkan hati nya.
Dia menatap punggung Kiran yang sudah menjauh meninggalkannya sendiri. Dia menghela nafas. Satu lagi hari berat telah berlalu, besok akan di urus besok. Begitu pikirnya.
Apa jadi nya hidupku akan sering bertemu dengan wanita seperti itu setiap hari.
Ken masih tetap menatap punggung Kiran sampai hilang di persimpangan jalan.
" Hei tepati janji mu, aku sudah menerima nya, sekarang jemput aku pulang, aku tidak punya uang " Ucap Ken di telefon kepada marimar durjana, kakak iparnya.
" Siap laksanakan, aku akan mengirim supir kesana, tunggulah " Ruby menjawab girang lalu menutup sambungan telefonnya.
Aku melakukan hal yang benar, tidak mungkin ayah akan marah karena kakak ipar adalah ratu di rumah. Jadi aku akan selamat.
Ken tersenyum mantap dengan keputusan yang dia buat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
ayudesy subardo
ngebayangin ken dan kiki nunduk2an jd geli 😄 itulah salah 1 bentuk basa basi masyarakat indo mengatasi kecanggungan 😁
2021-05-19
0
@ Teh iim🍒🍒😘
kangen marimar..😂😂
2020-09-22
0
Priyanaufal
kakak ipar durjana🤣🤣🤣🤣🤣
2020-06-16
0