Hari yang sangat sibuk. Ken duduk di ruangannya dengan wajah kusut dan tangan yang menyangga kepalanya yang terasa berat.
" Haaah " Dia menghela nafas panjang, tidak ingin melihat sesosok wanita yang saat ini duduk di depannya.
" Kau kan tidak punya kualifikasi, bagaimana mungkin bisa begitu percaya diri melamar menjadi guru disini ? " Ken berbicara dengan nada geram yang tertahan.
" Tapi aku percaya aku bisa melakukan apapun untuk mu " Tina merengek meminta kesempatan.
" Hei spongebob, ah maksud ku Tina, ini bukan main-main " Ken masih menahan rasa kesalnya.
" Aku mohon terima aku " Tina masih merajuk.
" Tidak, dan sekarang keluar lah, aku sangat sibuk " Ken mengusir Tina secara halus.
" Bagaimana kalau cleaning service, penjaga kantin, tukang kebun atau apalah, apapun itu asal dekat dengan mu " Tina merengek melebihi batasnya.
Dia benar-benar seperti spongebob yang pantang menyerah, dan aku harus jadi squidward. Ah tidak kenapa aku harus jadi squidward, aku tampan dan pandai, bagaimana bisa aku menyamakan diriku dengan gurita yang tidak pernah tersenyum itu.
Ken menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir pikiran konyolnya.
" Maafkan aku tapi tidak ada lowongan lain disini, jadi silahkan pergi. Ok ? " Usir Ken sekali lagi dengan senyum manisnya.
" Baiklah tidak apa-apa, tapi terima lah ini, aku membelikan mu kopi karena kata nyonya Ruby kau kurang tidur sejak di miskin kan Tuan Regis. Percayalah, hanya aku yang akan tetap menerima mu meskipun kau buronan rumah sakit jiwa atau miskin sekalipun " Tina menyodorkan segelas kopi yang dia beli dari cafe dekat sekolah tersebut.
" Terima kasih banyak " Ucap Ken dengan senyum tulus yang di buat-buat.
Tina meninggalkan ruangan Ken dengan tangan kosong, usahanya merayu Ken nihil tidak membuahkan hasil. Sebenarnya Ruby lah yang menjadi inspirasi Tina untuk mendapatkan Ken, dia berpikir Ruby yang hanya orang biasa mampu mendapatkan cinta seorang Big Boss dengan limpahan kekuasaan dan kekayaan, maka dari itu dia pun percaya diri bahwa dirinya juga mampu mendapatkan cinta Ken asal dia tekun dan bersabar.
Hari hampir siang, waktunya untuk makan siang dan sebentar lagi jam pulang sekolah, tapi Ken belum mendapatkan kualifikasi yang cocok untuk mengisi posisi guru bimbingan dan konseling.
Sekolah Lord tidak menganut sistem fullday, mereka akan memulangkan siswa siswi nya jam 1 siang, tepat setengah jam setelah istirahat makan siang. Regis melarang sistem fullday karena dia berfikir tidak akan efektif jika anak-anak terlalu di forsir untuk belajar, hanya akan membuat jenuh yang pada akhirnya malas untuk sekolah.
Ponsel disampingnya berbunyi. Ken melirik untuk melihat siapa yang menelefonnya. Marimar durjana. Kontak nama itu dia ubah setelah insiden di laporkannya Ken sebagai buronan.
" Ada apa kakak ipar durjana ku ? " Tanya Ken dengan suara lembut di buat-buat.
" Durjana kepala mu, aku begitu baik dan kau memanggilku durjana ? " Maki Ruby mendengar panggilan Ken untuknya.
" Kenapa ? " Tanya Ken singkat dengan helaan nafas kasar pertanda lelah.
" Aku ingin merekomendasikan seorang teman untuk mengisi lowongan disana, aku harap kau bisa menerima nya meskipun kualifikasinya agak kurang " Ruby mulai merayu Ken.
" Tidak bisa, aku tidak ingin membuat masalah dengan ayah " Ken menolak cepat.
" Ayolah, ini hanya kau dan aku, kita akan merahasiakan ini. Ku mohon " Rengek Ruby di ujung telefon.
" Baiklah, suruh dia kesini dan nanti aku akan menilainya " Ken memutuskan untuk mengalah. Dia tidak bisa menolak keinginan kakak ipar nya, meskipun durjana tapi Ken juga sangat menyayanginya.
" Terima kasih, tenang saja aku akan merayu ayah agar dia segera mengaktifkan kembali kartu kredit dan mobil mu " Ruby membuat kesepakatan.
" Sungguh ? " Wajah Ken langsung berbinar begitu mendengar kata pengaktifan kembali.
" Aku akan yakinkan ayah hari ini juga, jadi terima dia. Ok ? " Ruby menjawab mantap.
" Ok deal. Kau memang ahli nya membuat kesepakatan. Pantas saja kakak ku ternoda oleh mu " Gelak tawa Ken menggoda Ruby.
" Jangan membuat ku berubah pikiran " Ruby menjawab sinis.
" Maaf Nyai, aku hanya bercanda " Ken meminta maaf dengan gurauan.
" Baiklah sampai ketemu nanti " Ruby menutup panggilan telefonnya.
Ken sangat senang dengan kesepakatan yang di buat oleh Ruby. Tidak masalah berbohong pada ayahnya tentang kualifikasi guru yang akan dia terima asal masa hukumannya berakhir.
" Yes " Dia membuat gerakan dengan tangannya, dan tanpa di sengaja menyenggol gelas kopi yang di berikan Tina. Membuat isinya tumpah ke atas buku sketsa milik Kiran.
" Aish.. sial " Ken berdiri menghindari tumpahan kopi tersebut. Dia segera mengambil tissu dan mengelap tumpahan kopi dari buku sketsa itu.
Tumpahan kopi tersebut meninggalkan noda coklat yang besar, membuat Ken menghela nafas kasar. Dia membuka buku itu untuk memeriksa lebih lanjut kerusakan yang di timbulkan oleh kopi tersebut.
Tiba-tiba gerakan tangannya terhenti pada sebuah gambar lukisan dari pensil berwarna hitam putih. Seorang ibu yang menggendong anak nya. Mereka berpelukan dan tersenyum hangat penuh kasih sayang.
Ken merasakan sesuatu meremas jantungnya, membuatnya berdetak cepat dan nyeri bersamaan. Matanya berkaca-kaca melihat lukisan tersebut.
" Ibu aku merindukan mu " Ucap Ken lirih menatap ke arah lukisan itu.
Ken anak angkat Lorie dan Regis, sewaktu berusia 5 tahun dia dan orang tuanya mengalami kecelakaan. Bus yang mereka tumpangi mengalami rem blong dan terperosok di jurang. Semua penumpang tewas seketika, hanya Ken kecil yang berhasil selamat.
Kecelakaan itu sampai menjadi berita utama di negeri ini, medan yang sulit membuat proses evakuasi berjalan lambat. Tim SAR mengira semua penumpang telah tewas. Jadi mereka tidak terburu-buru melakukan pencarian. Hal itu membuat Ken kecil hidup di antara begitu banyak mayat dengan tubuh tidak utuh dan kelaparan selama 2 hari. Sendirian dan ketakutan. Membuatnya trauma dengan angkutan umum. Oleh karena itu ketika di miskinkan oleh ayahnya dia lebih memilih berjalan kaki daripada harus naik bus.
Sewaktu berhasil di temukan, dia dalam kondisi sekarat, mengenaskan. Tim medis membawanya kerumah sakit Lord, karena hanya itu rumah sakit terbaik di negeri ini.
Lorie yang merasa kasihan kemudian mengangkatnya anak untuk menemani Rai yang selalu terkurung di rumah karena penyakit jantungnya.
Mereka berdua bisa langsung cepat akrab begitu di pertemukan. Sifat Ken yang memang lebih mengalah di banding Rai menjadi penyebab akurnya mereka berdua.
Tapi untung tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak, begitulah pepatah. Baru sebentar Ken kembali merasakan kasih sayang seorang ibu dalam sebuah keluarga, dia harus mengalami kehilangan sekali lagi. Lorie ibu angkatnya mengalami kecelakaan di taman bermain. Dan dia harus menjadi saksi sekali lagi kematian mengerikan dari orang yang dia sayang.
Ken jatuh terduduk di atas kursi kerja nya, gambaran-gambaran masa lalu yang buruk terlintas silih berganti di kepalanya. Membuat dia sesak nafas dan merasa pusing. Perutnya mual dan wajahnya menjadi pucat.
Dia berniat keluar ruangan untuk menuju ruang perawatan, meminta obat untuk sakit mendadaknya. Dengan sempoyongan dia berhasil mencapai pintu, memutar handle nya untuk membuka. Tapi cahaya matahari membuat penglihatannya kabur dan dia jatuh ambruk.
Beruntunglah seseorang yang akan masuk ruangannya melihat dia yang ambruk dan menopang tubuhnya.
" Ibu, ibu " Ken meracau dan kemudian tidak sadarkan diri.
" Tuan bangun, bangun " Kiran menepuk-nepuk pipi Ken panik.
Kiran kembali lagi kesana karena ingin mengambil sketsa bukunya, dan dia juga menerima telefon dari Ruby yang mengatakan bahwa dia di terima bekerja disana.
Kenapa dia pingsan ? Bagaimana ini ?
Kiran mencoba membangunkan Ken dengan panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Sofia Gisheilla
baguuussss banget ceritanya
2020-12-15
0
Mia Rasmiah
lanjut thor
2020-06-26
0
Yuni_yuniar
astaga ken hahahaha
2020-04-28
1