Bagian 5

*ting ting ting broot*

Speaker yang terpasang di setiap kelas serempak mengeluarkan suara nyaring pertanda jam belajar mengajar telah usai. Berbondong-bondong siswa meninggalkan kelas masing-masing, sebagian berjalan menuju parkiran sekolah untuk mengambil kendaraan, sebagian besar lainnya menuju gerbang utama untuk langsung pulang, sedang sisanya menetap di sekolah untuk melaksakan kepentingan baik ekstrakulikuler maupun keperluan pribadi. Dan tentu saja, Kiran ialah satu diantaranya.

Ditemani Roka yang juga tidak pulang karena harus latihan basket, Kiran menyesap es lilin yang mereka dapatkan dari sisa penjualan kantin beberapa waktu lalu. Acara membolos yang awalnya mereka lakukan hanya karena telat masuk kelas rupanya berlanjut hingga jam pelajaran terakhir usai. Sempat berpindah kesana kemari karena takut ketahuan, mereka berdua kini berakhir di kantin ketika Mbak Romla memanggil mereka untuk memberikan es lilin sisa penjualan hari itu.

"Gak nyangka gue es lilin durian rasanya bakal kayak gini," ujar Kiran dengan dahi mengernyit menahan dingin es lilin yang bersinggungan dengan gigi dan lidahnya.

Mendengar perkataan Kiran membuat Roka mengangkat alis, kalimat konyol macam apa itu. "Terus maksud lo, rasanya bakal kaya apa? Singkong rebus?"

"Udah lumayan berkurang tuh anak-anak yang ribet mulu daritadi di koridor. Buruan balik ke kelas, keburu si Chandana pulang." lanjut Roka sembari menyenggol pundak Kiran yang duduk di sebelah kirinya.

Setelah melalui perdebatan yang cukup sengit beberapa waktu yang lalu, Kiran akhirnya memutuskan untuk pergi mendatangi Chandana di kelasnya saat sekolah sudah lebih sepi. Awalnya Kiran merasa bahwa ia tak perlu sampai sejauh itu, namun desakan serta hasutan yang Roka ucapkan praktis membuat Kiran terpengaruhi. Meski tak dapat menjamin bahwa gadis itu masih berada disana, setidaknya Kiran sudah berusaha, kalaupun ternyata Chandana tak ada, maka ia akan kembali keesokan harinya.

Entah sejak kapan Kiran mulai sefanatik ini terhadap seorang perempuan. Jika diingat kembali, perubahannya memang terlalu drastis untuk seorang anak yang memiliki kejadian buruk di masa lampau. Beberapa hari yang lalu ia masih Kiran yang memperlakukan perempuan dengan dingin, menanggapi sapaan mereka dengan lirikan singkat, menyambut pesan singkat perempuan dengan 'Ya' dan 'Tidak', diam seribu bahasa tiap kali berada di sekitar perempuan manapun dengan tujuan tak ingin disukai dan di salah pahami seperti yang dulu pernah ia alami.

Namun lihatlah dirinya sekarang, sikapnya berbalik nyaris 180 derajat, ia mengirim pesan terlebih dahulu, gelisah sebab pesannya tak kunjung di balas, dan bahkan di block terlebih dahulu oleh seorang perempuan. Sungguh kemajuan yang sangat maju bukan? Apalagi penyebab perubahannya adalah seseorang yang bahkan tak pernah ia kenal, tak pernah ia temui secara langsung.

Aku kenapa sih?

Di sepanjang perjalanan menuju kelas, Kiran terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Saat itu, ia masih belum menyadari, bahwa perubahan yang berhasil ia wujudkan adalah bentuk kegigihan yang selama ini tak pernah ia lakukan. Bertahun-tahun ia terperangkap dalam benaknya sendiri, enggan bergerak dan mencari jawaban pasti. Kini, seorang gadis asing yang belum dikenalnya berhasil memotivasi dan membuatnya keluar dari lubang yang tak pernah mau ia tinggalkan. Jika saja ia lebih cepat bangun, mungkin ia tak akan menderita selama ini, rasa bersalah yang berelebihan itu membungkusnya cukup lama sebab ia sendiri yang tak pernah mau lepas darinya.

Setelah membereskan alat tulis dan memasukkannya ke dalam tas, Kiran bergegas menuju kelas 11 Bahasa 1. Seperti dugaannya, sekolah sudah tak terlalu ramai sebab sebagian besar siswa telah pulang ke rumah masing-masing. Namun ia berharap Chandana bukan salah satu diantara siswa yang sudah pulang, meski tak tahu harus bagaimana jika bertemu nanti, setidaknya Kiran ingin melihat dan berbicara dengan gadis itu satu kali saja untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Setelah menaiki beberapa anak tangga dan tiba di lantai dua, Kiran tanpa sengaja menjumpai Naya yang sudah mengenakan kostum basket. Dengan ragu, Kiran menegur Naya, berharap bisa mendapatkan sedikit petunjuk tentang Chandana. "Ma.. Mau latihan?" ujarnya terbatah, ini pertama kalinya ia berbicara dengan Naya tanpa ada Roka di sampingnya.

"Iya nih, tumben lo ke atas, mau ngapain?" Naya yang sebelumnya tidak menyadari kehadiran Kiran pun sempat terkejut, bila diingat kembali, ini adalah kali pertama ia melihat Kiran naik ke lantai dua sejak mereka naik ke kelas 11 setengah tahun yang lalu.

"Itu, apa ya, oh anu Chandana masih ada di kelas?" katanya, terbatah.

Naya yang sejak awal telah dibuat kaget oleh keberadaan Kiran di lantai dua kini semakin terkejut lagi mendengar apa yang dikatakan lelaki itu. Ia menyeringai sembari menaikkan sebelah alisnya. "Jadi elo yang dimaksud sama Roka kemarin? Cowok yang katanya sedingin es batu karena nggak pernah nanggepin pas disapa sama cewek? Yang katanya sombong parah karena nolak kak Ratih dan nyaris nggak pernah bales chatnya perempuan? Ohhh." senyum di bibir Naya semakin merekah saat melihat respon malu-malu Kiran, benar-benar menarik karena untuk pertama kalinya ia melihat Kiran seperti itu. 

"Dia belum pulang, tadi ngumpulin buku pr di ruang guru. Tungguin aja di kelas, bentar lagi balik palingan. Hari ini dia juga ada piket kelas kalo nggak salah." lanjut Naya sembari mengikat rambutnya dengan kuncir karet yang sebelumnya melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Makasih." Kiran berusaha menyembunyikan rasa malunya dengan membuang muka. Naya yang menyadari gelagat aneh Kiran pun memutuskan untuk bergegas pergi ke lapangan setelah mengucapkan selamat tinggal pada Kiran.

Setelah memastikan bahwa Naya sudah benar-benar pergi, Kiran berjalan menaiki beberapa anak tangga yang masih tersisa. Ia melongok ke dalam kelas 11 Bahasa 1, tak ada siapapun di sana. Tak ingin masuk tanpa izin, Kiran memutuskan untuk menunggu di depan kelas sembari memandang ke arah lapangan. Dari tempatnya berdiri, Kiran bisa melihat kelasnya dengan jelas. Bukan hanya itu, Kiran juga bisa memandang lapangan basket serta pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya dengan amat jelas. Di lantai dua juga jauh lebih berangin daripada di kelasnya yang ada di lantai dasar.

Setelah menunggu cukup lama, samar-samar Kiran mendengar suara gaduh dari arah tangga. Ia mencoba mencari tahu dengan berjalan mendekati anak tangga, dilihatnya seorang laki-laki dan perempuan tengah saling adu mulut. Ia memicingkan mata, mencoba untuk mengetahui siapa dua orang yang tengah berseteru di bawah sana. Setelah berulang kali berpindah tempat untuk memperjelas pandangannya, Kiran berhasil mengenali siapa laki-laki itu.

"Rendi?" gumamnya pelan. Kiran mencoba memastikan sekali lagi dan memang benar bahwa laki-laki itu adalah Rendi, mantan pacar Ratih yang juga merupakan kapten tim basket sekolah.

"Saya bilang jangan sentuh saya. Tolong, tolong jangan ganggu saya, saya mohon." gadis yang tengah menjadi lawan bicara Rendi tersebut nampak ketakutan, ia terus berjalan mundur, menjaga jaraknya dengan Rendi seraya menaiki satu-persatu anak tangga.

Sementara itu, Rendi nampak sangat ingin menggapainya, "Kamu sombong banget sih, aku cuma pingin kenalan doang kok. Udah sini."

"Nggak, tolong, saya mohon tinggalkan saya sendiri." entah kenapa, gadis tersebut nampak amat ketakutan meski Rendi terlihat tak melakukan apapun padanya.

Tanpa berpikir panjang, Kiran berteriak memanggil nama Rendi. Membuat dua orang tersebut terkejut seraya melihat ke atas. "Lo mau ngapain? Lo nggak liat dia sampek ketakutan begini?" Kiran berjalan cepat menuruni satu-persatu anak tangga guna menghampiri dua orang tersebut.

Rendi nampak amat terkejut dengan kehadiran Kiran. Ia menunjukkan ekspresi kaget sekaligus kesal karena lagi-lagi Kiran mengganggu urusannya dengan perempuan. Setelah ia dicampakkan oleh Ratih, hubungan Rendi dan Kiran menjadi sangat buruk, bahkan Rendi sempat melakukan pengeroyokan pada Kiran dan Roka beberapa waktu yang lalu.

"Bukan urusan lo. Pergi sana!" Rendi mencoba meraih tangan gadis yang ketakutan tersebut, namun si gadis berhasil menghindar hingga punggungnya terbentur tembok.

"Ini urusan gue. Dia temen gue, kalo lo macem-macem sama dia, gue nggak segan-segan berantem sama lo di sini." Kiran berjalan maju, ia berdiri tepat di depan gadis tersebut, menjadi benteng agar Rendi tidak dapat mendekatinya sebelum berhasil menumbangkan Kiran.

Rendi yang merasa kesal pun memutuskan untuk berjalan mundur. Ia ingin melawan namun nyalinya mendadak kendur usai Kiran menyelesaikan kalimatnya. Masih teringat jelas di ingatan Rendi bagaimana Kiran dan Roka menghabisinya beserta teman-temannya yang lain saat mereka berniat melakukan pengeroyokan. Kemampuan bela diri Kiran benar-benar luar biasa sehingga ia tak bernyali untuk sekedar mencari gara-gara lagi dengan Kiran seusai kejadian tersebut. "Awas aja lo." Ujar Rendi dengan tatapan tajam seraya berjalan pergi meninggalkan Kiran dan gadis tersebut.

Usai memastikan Rendi benar-benar pergi, Kiran memutar tubuhnya, menatap gadis yang berdiri di belakangnya dengan tubuh bergetar karena takut. Kiran terkejut saat melihat keringat dingin membanjiri wajah dan seragam gadis tersebut. Bukan tanpa alasan, keterkejutan Kiran terjadi karena perasaan heran, menurutnya Rendi tidak melakukan sesuatu yang berlebihan. Dari apa yang ia dengar, Rendi hanya mengajak gadis ini berkenalan, pada umumnya siswi lain pasti akan merasa kegirangan bila diajak berbicara oleh siswa populer seperti Rendi, namun gadis ini justru sebaliknya.

"Kamu nggak apa-apa?" Kiran mencoba melongok ke bawah untuk melihat wajah gadis tersebut. Rupanya pergerakan Kiran yang tiba-tiba membuat gadis itu terkejut sehingga ia refleks berjalan mundur sembari mengangkat wajahnya.

Saat itu, dengan jelas Kiran melihat wajah gadis tersebut. Meski nampak kacau karena wajahnya penuh keringat, namun Kiran mengakui bahwa gadis dihadapannya ini sangatlah cantik. Kulitnya amat putih dan bersih, matanya sayu, rambutnya hitam dan panjang. Kiran menggeleng pelan, ia sadar betul bahwa ini bukan saat yang tepat untuk mengagumi kecantikan. "Maaf kalau saya membuat kamu terkejut. Kamu nggak apa-apa?" Kiran kembali mengulang pertanyaannya. Ia berusaha memastikan bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi pada gadis di hadapannya ini.

Gadis tersebut menatap Kiran tepat di kedua matanya. Selama beberapa saat mereka saling mengunci pandangan satu sama lain sebelum gadis tersebut memutus tatapan mereka dengan duduk pada salah satu anak tangga. Tanpa menjawab pertanyaan Kiran, gadis itu hanya duduk sembari mengatur napasnya yang masih memburu karena peristiwa barusan. Seakan mengerti, Kiran pun hanya diam sembari menunduk seraya memainkan jarinya, sesekali melirik gadis tersebut yang juga sama-sama tengah menunduk.

"Terimakasih." gadis tersebut berujar lirih seraya bangkit dari posisinya, berjalan menaiki anak tangga tanpa sedikitpun melihat ke arah Kiran yang masih mematung usai mendengar suara lembutnya.

"Kenapa?" Kiran menyentuh dadanya. Ia merasa jantungnya berdebar sangat kencang. Aneh, sangat aneh. Untuk pertama kali dalam hidup, Kiran berdebar bukan karena melihat polisi lalu lintas tengah melakukan aksi razia pengendara motor, bukan pula karena ia lupa mengerjakan tugas sekolah, melainkan karena seorang perempuan yang bahkan tidak pernah ia temui sebelumnya.

Tak begitu lama, gadis tersebut muncul dari balik kelokan kemudian berjalan menuruni tangga. Mengabaikan Kiran yang sedikitpun belum beranjak dari posisinya semula.

Saat itu, semua terasa amat membingungkan bagi Kiran. Ia berdebar karena menunggu Chandana membalas pesannya, ia juga berdebar karena mendengar ucapan terimakasih dari gadis misterius yang ditemuinya. Semua debaran ini terasa begitu tiba-tiba dan membingungkan. Kiran tak tahu harus berbuat apa, ia juga tidak mengerti bagaimana menyikapinya.

Malam itu, Kiran sama sekali tidak membaca buku. Ia terjaga hingga tengah malam namun bukan untuk melanjutkan bacaannya, ia hanya diam di ranjang, menatap langit-langit kamarnya seraya mendengarkan lagu tentang cinta.

Aku tau ini gila. Tapi barangkali aku bisa menemukan jawaban atas perasaan aneh ini dengan mendengarkan lagu tentang cinta.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Rizky Nuzula

Rizky Nuzula

ting ting ting mbrot

2020-05-10

2

lihat semua
Episodes
1 Interval 1 - Bagian 1
2 Bagian 2
3 Bagian 3
4 Bagian 4
5 Bagian 5
6 Bagian 6
7 Bagian 7
8 Bagian 8
9 Bagian 9
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 Bagian 16
17 Bagian 17 (Flashback pt.1)
18 Bagian 18 (Flashback pt.2)
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33 (The End Of Interval 1)
34 Sedikit Informasi
35 Interval 2 - Naya (1)
36 Naya (2)
37 Naya (3)
38 Naya (4)
39 Naya (5)
40 Naya (6)
41 Roka (1)
42 Roka (2)
43 Roka (3)
44 Roka (4)
45 Roka (5)
46 Roka (6)
47 Roka (7)
48 Roka (8)
49 Kiran (1)
50 Kiran (2)
51 Kiran (3)
52 Kiran (4)
53 Kiran (5)
54 Kiran (6)
55 Kiran (7)
56 Kiran (8)
57 Kiran (9)
58 Kiran (10)
59 Kiran (11)
60 Kiran (12)
61 Kiran (13)
62 Kiran (14)
63 Kiran (15)
64 Kiran (16)
65 Ratih (1)
66 Ratih (2)
67 Ratih (3)
68 Ratih (4)
69 Ratih (5)
70 Ratih (6)
71 Rendi (1)
72 Rendi (2)
73 Rendi (3)
74 Rendi (4)
75 Rendi (5)
76 Rendi (6)
77 Edy (1)
78 Edy (2)
79 Edy (3)
80 Edy (4)
81 Edy (5)
82 Edy (6)
83 Edy (7)
84 Edy (8)
85 Edy (9) (The End Of Interval 2)
86 Informasi (lagi)
87 Interval 3 - Figure it out
88 Find Her
89 When We First Met (Chandana POV)
90 Kamu Pernah Terasa Begitu Jauh
91 Back to Reality
92 Not Over Yet
93 Two of Us
94 Shelter
95 Home of Light
96 Home of Light (2)
97 Cold
98 Escape
99 Escape (2)
100 Saya Mencintai Kamu
101 Epilog
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Interval 1 - Bagian 1
2
Bagian 2
3
Bagian 3
4
Bagian 4
5
Bagian 5
6
Bagian 6
7
Bagian 7
8
Bagian 8
9
Bagian 9
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
Bagian 16
17
Bagian 17 (Flashback pt.1)
18
Bagian 18 (Flashback pt.2)
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33 (The End Of Interval 1)
34
Sedikit Informasi
35
Interval 2 - Naya (1)
36
Naya (2)
37
Naya (3)
38
Naya (4)
39
Naya (5)
40
Naya (6)
41
Roka (1)
42
Roka (2)
43
Roka (3)
44
Roka (4)
45
Roka (5)
46
Roka (6)
47
Roka (7)
48
Roka (8)
49
Kiran (1)
50
Kiran (2)
51
Kiran (3)
52
Kiran (4)
53
Kiran (5)
54
Kiran (6)
55
Kiran (7)
56
Kiran (8)
57
Kiran (9)
58
Kiran (10)
59
Kiran (11)
60
Kiran (12)
61
Kiran (13)
62
Kiran (14)
63
Kiran (15)
64
Kiran (16)
65
Ratih (1)
66
Ratih (2)
67
Ratih (3)
68
Ratih (4)
69
Ratih (5)
70
Ratih (6)
71
Rendi (1)
72
Rendi (2)
73
Rendi (3)
74
Rendi (4)
75
Rendi (5)
76
Rendi (6)
77
Edy (1)
78
Edy (2)
79
Edy (3)
80
Edy (4)
81
Edy (5)
82
Edy (6)
83
Edy (7)
84
Edy (8)
85
Edy (9) (The End Of Interval 2)
86
Informasi (lagi)
87
Interval 3 - Figure it out
88
Find Her
89
When We First Met (Chandana POV)
90
Kamu Pernah Terasa Begitu Jauh
91
Back to Reality
92
Not Over Yet
93
Two of Us
94
Shelter
95
Home of Light
96
Home of Light (2)
97
Cold
98
Escape
99
Escape (2)
100
Saya Mencintai Kamu
101
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!