Bagian 3

Roka mengusap air liurnya dengan kasar. Matanya mengerjap beberapa kali, rupanya ia ketiduran. Dengan malas ia mematikan layar komputer beserta cpu yang ternyata masih menyala. Ia memutar tubuhnya untuk merebahkan diri di kasur, namun melihat ranjang Kiran yang tak berpenghuni membuatnya terkejut bukan main. Ia berteriak memanggil nama Kiran, menggeledah setiap jengkal isi kamar sahabatnya tersebut sampai pada akhirnya sesuatu yang keras menghantam punggungnya.

"Heh gila, lo pikir ini hutan rimba? Udah jam 1 malem jejeritan. Mau gue usir lo?" suara emas Roka nampaknya membuat kemarahan Kiran tak terbendung, ia memukulkan buku pinjaman perpustakaan kepada Roka sebagai balasan atas ulah mulut sialnya.

"Ya kan gue kira elo ngilang. Apa salah kalo gue khawatir sama elo?" Roka mengelus punggungnya sembari memberikan pembelaan.

"Alay banget sih lo gila. Rumah juga rumah gue, ilang kemana coba." Kiran meletakkan bukunya di meja belajar kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah, kaki, dan tangan sebelum tidur.

Roka yang merasa jengkel dengan kebiasaan Kiran membaca buku hingga larut malam pun tak kuasa menahan diri untuk tidak menghujat Kiran. "Baca buku doang sampek jam segini, emang bener-bener lo. Kaga pusing apa tuh pala baca buku segini tebelnya. Mana tulisan semua isinya. Cwih."

"Berisik lo. Sikat gigi sono, besok kalo gigi lo di lalerin bukan urusan gue." ujar Kiran sembari merebahkan dirinya di atas ranjang.

Kiran melirik Roka yang berhambur menuju kamar mandi setelah mendengar perkataannya. "Jangan pakek sikat gigi gue, awas aja kalo besok gue menemukan bekas-bekas jigong lo bersarang di sana."

"Bacot."

---

"Silahkan dibaca sendiri sampai halaman 56, setelah selesai membaca, dikerjakan soal latihannya." ujar Ibu Mirna sebelum meninggalkan kelas untuk mengikuti rapat dinas bersama dewan guru lainnya di kantor guru.

Tentunya seluruh siswa paham, bahwa rapat dinas artinya seharian ini takkan ada pelajaran. Beberapa siswa laki-laki maupun siswi perempuan berhambur keluar kelas, beberapa memilih untuk kabur, sedangkan sisanya menetap di kelas untuk bermain gadget atau sekedar berbincang-bincang.

Tidak seperti biasanya, kali ini Kiran bergabung bersama teman-teman sekelasnya untuk bermain bola di lapangan. Entah kenapa pagi itu Kiran tidak sedang bersemangat untuk membaca buku ataupun mengerjakan tugas seperti yang biasa ia lakukan.

Beberapa siswi dari kelas lain nampak bersemangat melihat Kiran, Roka, dan beberapa siswa tampan lainnya dari kelas 11 Ipa 3. Meski jarang bermain bola, Kiran merupakan salah satu siswa yang pandai dalam hal olahraga. Dalam beberapa acara sekolah, ia selalu berhasil menorehkan namanya sebagai top skor dari setiap ajang turnamen sepak bola antar kelas.

Pagi itu, ia bermain dengan sangat lepas dan bersenang-senang bersama kawan-kawannya yang lain. Beberapa kali ia sempat tersandung karena kehilangan fokus. Sejak pagi tadi ia tidak bisa berhenti memikirkan seperti apa gadis bernama Chandana itu. Bagaimana sifatnya, seperti apa rupanya, dan tentu saja bagaimana bisa ia menyukai buku-buku filsafat yang sering kali dinilai membosankan oleh kebanyakan remaja seusia mereka.

Sejujurnya, saat melihat nama Chandana pada kertas peminjaman buku perpustakaan sekolah ia tak terlalu memikirkannya. Namun entah karena kebetulan atau bagaimana, ia menemukan nama yang sama pada buku yang dipinjamnya dari perpustakaan umum. Berbeda dari sebelumnya, ia menemukan nama Chandana pada pojok kanan sampul buku tersebut.

Sepertinya gadis itu menyumbangkan bukunya ke perpustakaan umum yang juga kebetulan dipinjam oleh Kiran. Namun Kiran berpikir bahwa hal tersebut bukanlah sekedar kebetulan biasa, ini adalah kebetulan yang aneh. Ia mungkin tidak bisa memastikan bahwa Chandana si peminjam buku di perpustakaan sekolah adalah orang yang sama dengan si penyumbang buku di perpustakaan umum. Namun setidaknya, ia ingin memastikan.

Setelah satu jam lebih bermain sepak bola di lapangan, Kiran dan teman-temannya pergi menuju kantin sekolah. Sempat terpikir oleh Kiran untuk bertanya pada teman sekelasnya, mungkin saja ada satu diantara mereka yang mungkin mengenal Chandana. Namun niatannya itu urung ia lakukan sebab tidak adanya keberanian. Ia juga takut teman-temannya akan bertindak gegabah seperti menggodanya atau melakukan hal-hal yang tidak Kiran inginkan.

Sudah bertahun-tahun Kiran tak pernah lagi terlibat hubungan pada seorang perempuan. Bila bukan hal yang mendesak, ia tidak akan berbicara ataupun berkirim pesan pada teman perempuannya. Meski tidak terhitung jumlah lawan jenis yang berusaha mendekatinya, Kiran tetap teguh dan tak berminat sama sekali. Oleh sebab itu ia takut jika perubahan yang terjadi pada dirinya ini akan membuat orang lain merasa heboh yang kemungkinan berujung dengan melakukan hal-hal yang tidak perlu.

"Bro."

"Hah?"

"Lo- Lo mau bantuin gue nggak?" Setelah cukup lama tak bersuara, Kiran akhirnya memberanikan diri untuk mengutarakan apa yang sejak tadi mengganggu pikirannya.

Roka yang memang sudah menyadari keanehan Kiran sejak awal masuk kelas pagi tadi pun buru-buru menanyakan apa yang bisa ia lakukan untuk Kiran. "Gegayaan bener lo sok-sok an minta tolong. Tapi emang lo jarang banget minta tolong ama gue. Tolongin apa nih?"

Kiran melirik Roka dengan tatapan sinis, mulut pedas Roka memang benar-benar tak ada tandingannya. Selama beberapa waktu Kiran terdiam, tak langsung menjawab. Entah kenapa begitu sulit baginya mengungkapkan maksud hatinya. Mungkin ini terdengar berlebihan, namun sejujurnya baik Kiran maupun Roka tak pernah sekalipun membicarakan soal wanita sejak beberapa tahun yang lalu. Ia sendiri tidak pernah mau tahu apa yang Roka rasakan pada gadis-gadis yang selama ini berada di sekelilingnya, begitu juga sebaliknya, meski kerap mendesak Kiran untuk mulai membuka diri pada gadis-gadis, Roka tak pernah benar-benar mengungkitnya secara personal dan serius, hanya sekedar candaan yang Kiran tangkap sebagai sesuatu yang tidak benar-benar Roka ingin ia lakukan.

"Ngapa malah diem sih, jangan bikin gue penasaran dah," Roka menyambar sepotong roti yang hendak Kiran makan, membuat laki-laki itu akhirnya tersadar dari lamunan.

"Gue mau minta tolong,""

"Lo, cari tahu soal...." suara Kiran mendadak ciut, beberapa kali ucapannya terhenti karena ragu.

"Kenapa sih ***** sok misterius banget lo, mana mendadak gagu segala. Lo abis bunuh orang apa gimana?" Roka yang mulai geram dengan Kiran yang terus berputar-putar pun semakin penasaran dengan apa yang hendak dikatakan sahabatnya itu.

"Bantu gue cari tau soal cewek yang namanya Chandana." ucap Kiran seraya menundukkan wajahnya ke arah lantai. Entah kenapa sulit sekali baginya menyampaikan hal tersebut. Bahkan sulit pula baginya untuk memepercayai bahwa ia mulai menaruh sedikit ketertarikan pada perempuan.

Setelah Kiran menyelesaikan kalimatnya, ekspresi Roka benar-benar sesuai dengan apa yang sebelumnya telah Kiran bayangkan. Sahabatnya itu menganga dan nyaris melompat dari kursi kantin. Roka berusaha mati-matian untuk tidak berteriak karena perasaan terkejut sekaligus bahagia yang ia rasakan.

Selama 6 tahun terakhir, Roka tidak pernah sekalipun melihat Kiran menaruh ketertarikan pada perempuan, bahkan Kiran sangat amat enggan berurusan dengan perempuan manapun. Dan juga, beberapa bulan yang lalu sempat beredar gosip murahan di kalangan siswa SMA Tunas Kelapa yang mengatakan bahwa Kiran adalah seorang homoseksual. Tentu saja gosip ini bukanlah sesuatu yang benar. Gosip sampah ini bermula ketika Ratih, siswa paling cantik di sekolah yang rela memutuskan pacarnya -kapten basket sekolah- hanya untuk mendapatkan Kiran, ditolak mentah-mentah di hadapan umum dengan dalih Kiran tidak menyukainya.

Pada awalnya semua baik-baik saja, sampai beberapa siswa mulai menghubung-hubungkan penolakan Kiran pada Ratih dengan keseharian Kiran yang tak pernah mau dekat-dekat dengan perempuan. Bahkan salah seorang teman SMP mereka juga membocorkan bahwa Kiran tidak pernah sekalipun berpacaran. Tentu saja Roka marah besar menanggapi isu tersebut. Ia tahu benar alasan Kiran tak pernah mau dekat-dekat dengan perempuan yang mana bermula ketika mereka masih kanak-kanak.

Kiran yang sejak kecil memiliki wajah rupawan memang sudah banyak disukai banyak perempuan bahkan sejak masih SD. Sifatnya yang murah senyum dan ramah pada semua orang membuat ia memiliki banyak teman, namun rupanya itu pula yang dengan mudah di salah artikan oleh lawan jenis.

Kiran yang selalu memberikan perhatian pada semua orang, ternyata disalah artikan sebagai perasaan suka oleh beberapa teman gadis mereka. Saat duduk di bangku kelas 5 SD, tercatat ada lebih dari lima perempuan yang mengaku pacar Kiran. Namun tentu saja tak satupun diantaranya benar. Awalnya Kiran tak terlalu menghiraukan mereka, sebab wajar saja jika anak-anak bertingkah demikian. Namun mimpi buruk Kiran datang ketika mereka berlima bertengkar memperebutkan Kiran dihadapan siswa lain hingga salah satu diantaranya mengalami cedera tulang saat tanpa sengaja terdorong jatuh.

Saat itu, alih-alih si pelaku yang mendorong si gadis, Kiran yang tidak tau apa-apa justru menjadi sasaran bulan-bulanan semua temannya atas kelumpuhan gadis tersebut. Ia tidak tau apa yang telah ia lakukan sehingga diperlakukan layaknya seorang kriminal. Seiring dengan berjalannya waktu, ia mulai berpikir bahwa menjadi baik dan ramah pada semua orang teryata dapat menjadi suatu kejahatan. Rasa bersalah yang mendalam serta perlakuan tidak baik teman-temannya membuat Kiran mulai membatasi diri, bukan hanya pada perempuan namun juga pada laki-laki. Oleh sebab itu ia kerap disebut sombong dan angkuh oleh teman-teman sebayanya saat duduk di bangku SMP.

Diam, tak pernah menjawab jika diajak berbicara, selalu menghindar jika di dekati orang lain, menjadi salah satu bentuk pertahanan Kiran agar terhindar dari peristiwa yang pernah dialaminya saat berada di sekolah dasar. Bukan hanya orang lain, Kiran juga bersikap dingin pada Roka. Namun meski begitu, Roka tak pernah menyerah dan terus berada di sekitar Kiran. Pertemanan mereka yang sudah terjalin sejak kecil justru lebih mirip dengan hubungan persaudaraan daripada persahabatan. Kebaikan yang Kiran lakukan selama ini membuat Roka tak bisa tinggal diam begitu saja melihat sahabatnya terpuruk. Meski begitu, sejujurnya Kiran tak pernah benar-benar kehilangan jati dirinya. Ia masih kerap membantu orang lain yang kesulitan, meski dengan sembunyi-sembunyi (tsundere).

Roka tahu betul bagaimana sulitnya Kiran saat itu, ditambah lagi dengan tragedi yang menimpa Arda, adiknya. Kiran terus menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi, jika bukan karena kedua orang tuanya yang luar biasa serta Roka yang selalu berada di sampingnya, Kiran mungkin bisa saja semakin terpuruk dan benar-benar kehilangan semangat hidup.

Namun untungnya, keajaiban datang saat hampir setengah tahun mereka menjadi siswa SMA. Kiran yang sebelumnya pemurung mulai menunjukkan perubahan. Perlahan-lahan mulai kembali sebagaimana dirinya yang dulu usai membaca buku-buku sejarah, filsafat, serta berbagai macam buku motivasi.

Ya walaupun seiring dengan berjalannya waktu Kiran mulai menunjukkan sifat rese dan tengil seperti halnya Roka, namun itu semua jauh lebih baik daripada melihat Kiran yang selalu diam dan murung seperti saat berada di bangku SMP. Dan kini, melihat Kiran yang pada akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk perempuan, sungguh menjadi keajaiban yang nyata bagi Roka.

"Heh gila, kok lo nangis sih?" Kiran yang melihat Roka berkaca-kaca lantas merasa terheran-heran.

Mendengar pernyataan Kiran membuat teman-teman Roka yang lain tak kalah terkejutnya. Namun begitulah laki-laki, bukannya menenangkan justru menertawakan dan menghina habis-habisan.

"Biasa aja kali gak usah pada kesenengan liat air mata berlian gue." Roka menenggak segelas es teh yang ada di depannya sebelum pamit undur diri pada teman-teman sekelasnya.

Ia menarik Kiran untuk pergi ke tempat yang sedikit lebih sepi. "Abis kesambet apaan lo? Seriusan mau cari tahu soal cewek?"

Kiran mengangguk ragu. "Gue cuma penasaran aja sih sebenernya. Cuma pengen kenal aja. Bukannya suka atau apa, orang pernah ketemu juga enggak."

"Ya walaupun gitu seenggaknya lo ada sedikit kemajuan, seenggaknya salah satu diantara gue sama lo harus bener dong ah masalah percintaannya." Roka berusaha meyakinkan Kiran bahwa langkah yang akan ia ambil ini adalah suatu kemajuan yang perlu dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.

"Gue semaleman juga mikir, gue udah gede, gak mungkin terus-terusan apatis dan berlarut-larut sama sesuatu yang udah selesai. Cuma mungkin gue kudu ati-ati aja kali ya, biar kejadian yang kaya dulu nggak terulang." Kiran mencoba memberikan semangat pada dirinya bahwa keputusan yang diambilnya kini adalah yang terbaik.

Keputusan untuk kembali membuka diri dan bersosialisasi secara normal dengan lawan jenis. Saat itu Kiran berpikir, siapapun gadis bernama Chandana itu, ia harus bisa menjadi teman perempuan pertama Kiran.

Dia sama-sama suka buku sejarah, buku filsafat. Banyak topik yang mungkin bisa dibicarain. Ya seenggaknya kita punya satu kesamaan.

"Tapi kok gue deg-degan sih?"

"Alay bener lo, jablay."

.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

deani

deani

roka lucu

2020-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 Interval 1 - Bagian 1
2 Bagian 2
3 Bagian 3
4 Bagian 4
5 Bagian 5
6 Bagian 6
7 Bagian 7
8 Bagian 8
9 Bagian 9
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 Bagian 16
17 Bagian 17 (Flashback pt.1)
18 Bagian 18 (Flashback pt.2)
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33 (The End Of Interval 1)
34 Sedikit Informasi
35 Interval 2 - Naya (1)
36 Naya (2)
37 Naya (3)
38 Naya (4)
39 Naya (5)
40 Naya (6)
41 Roka (1)
42 Roka (2)
43 Roka (3)
44 Roka (4)
45 Roka (5)
46 Roka (6)
47 Roka (7)
48 Roka (8)
49 Kiran (1)
50 Kiran (2)
51 Kiran (3)
52 Kiran (4)
53 Kiran (5)
54 Kiran (6)
55 Kiran (7)
56 Kiran (8)
57 Kiran (9)
58 Kiran (10)
59 Kiran (11)
60 Kiran (12)
61 Kiran (13)
62 Kiran (14)
63 Kiran (15)
64 Kiran (16)
65 Ratih (1)
66 Ratih (2)
67 Ratih (3)
68 Ratih (4)
69 Ratih (5)
70 Ratih (6)
71 Rendi (1)
72 Rendi (2)
73 Rendi (3)
74 Rendi (4)
75 Rendi (5)
76 Rendi (6)
77 Edy (1)
78 Edy (2)
79 Edy (3)
80 Edy (4)
81 Edy (5)
82 Edy (6)
83 Edy (7)
84 Edy (8)
85 Edy (9) (The End Of Interval 2)
86 Informasi (lagi)
87 Interval 3 - Figure it out
88 Find Her
89 When We First Met (Chandana POV)
90 Kamu Pernah Terasa Begitu Jauh
91 Back to Reality
92 Not Over Yet
93 Two of Us
94 Shelter
95 Home of Light
96 Home of Light (2)
97 Cold
98 Escape
99 Escape (2)
100 Saya Mencintai Kamu
101 Epilog
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Interval 1 - Bagian 1
2
Bagian 2
3
Bagian 3
4
Bagian 4
5
Bagian 5
6
Bagian 6
7
Bagian 7
8
Bagian 8
9
Bagian 9
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
Bagian 16
17
Bagian 17 (Flashback pt.1)
18
Bagian 18 (Flashback pt.2)
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33 (The End Of Interval 1)
34
Sedikit Informasi
35
Interval 2 - Naya (1)
36
Naya (2)
37
Naya (3)
38
Naya (4)
39
Naya (5)
40
Naya (6)
41
Roka (1)
42
Roka (2)
43
Roka (3)
44
Roka (4)
45
Roka (5)
46
Roka (6)
47
Roka (7)
48
Roka (8)
49
Kiran (1)
50
Kiran (2)
51
Kiran (3)
52
Kiran (4)
53
Kiran (5)
54
Kiran (6)
55
Kiran (7)
56
Kiran (8)
57
Kiran (9)
58
Kiran (10)
59
Kiran (11)
60
Kiran (12)
61
Kiran (13)
62
Kiran (14)
63
Kiran (15)
64
Kiran (16)
65
Ratih (1)
66
Ratih (2)
67
Ratih (3)
68
Ratih (4)
69
Ratih (5)
70
Ratih (6)
71
Rendi (1)
72
Rendi (2)
73
Rendi (3)
74
Rendi (4)
75
Rendi (5)
76
Rendi (6)
77
Edy (1)
78
Edy (2)
79
Edy (3)
80
Edy (4)
81
Edy (5)
82
Edy (6)
83
Edy (7)
84
Edy (8)
85
Edy (9) (The End Of Interval 2)
86
Informasi (lagi)
87
Interval 3 - Figure it out
88
Find Her
89
When We First Met (Chandana POV)
90
Kamu Pernah Terasa Begitu Jauh
91
Back to Reality
92
Not Over Yet
93
Two of Us
94
Shelter
95
Home of Light
96
Home of Light (2)
97
Cold
98
Escape
99
Escape (2)
100
Saya Mencintai Kamu
101
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!