Bagian 2

Kiran berjalan menyusuri koridor-koridor kelas, ruang praktek, beserta beberapa ruangan lain guna pergi ke perpustakaan. Terhitung ini adalah kali pertama ia meminjam buku di tempat tersebut -tentu saja selain buku paket pelajaran-.

Meski cukup populer di kalangan siswa seangkatan, kakak kelas, maupun adik kelas, Kiran selalu enggan beramah-tamah terlebih lagi dengan perempuan. Setiap kali seseorang menyapanya atau tersenyum padanya, Kiran selalu bersikap acuh tak acuh dalam menanggapi hal tersebut. Hal ini pula lah yang membuat Kiran mendapat label sebagai orang yang sombong dan angkuh. Namun tentu saja sikap Kiran yang seperti itu bukannya tanpa alasan, orang-orang yang mengenal Kiran tentu akan memahami alasan dari sikapnya yang seperti itu.

Sementara itu, dibalik sifat slengean dan tengilnya, Roka adalah pribadi yang mandiri, dewasa, dan dapat diandalkan. Hanya saja traumatis yang ditimbulkan akibat perselingkuhan ibunya dengan pria lain beberapa tahun yang lalu membuat Roka terkesan 'sulit' melihat sisi baik dari seorang perempuan. Ia memukul rata semua perempuan, bahwa mereka adalah makhluk yang akan dengan mudahnya berpindah hati hanya dengan sedikit rayuan dan gombalan, menganggap hampir semua perempuan itu sama-sama tak berpendirian.

Keyakinan Roka itu nampaknya didukung oleh fakta yang ia dapatkan di lapangan, dimana hanya dengan modal wajah dan ucapan, banyak perempuan yang jatuh hati padanya. Meskipun faktanya Roka tak pernah sekalipun berpacaran dan benar-benar dekat dengan seorang perempuan, image playboy rupanya terkadung melekat padanya sebab sifatnya yang kerap memberi gombalan dan perhatian cuma-cuma.

Walaupun Kiran sudah seringkali meengingatkan, rupanya Roka tak kunjung berubah. Rasa sakit hati yang ditimbulkan oleh penghianatan ibunya begitu membekas bagi sahabatnya tersebut. Satu-satunya yang bisa Kiran lakukan adalah mendoakan sahabatnya itu agar segera menemukan seseorang yang bisa membuka matanya, seseorang yang bisa membuatnya mampu memaafkan apa yang dulu telah dilakukan sang ibu kepadanya serta ayahnya.

Setelah menghabiskan waktu hampir tujuh menit lamanya, Kiran akhirnya tiba di perpustakaan. Tidak seperti bayangannya, rupanya siswa di sekolah ini cukup gemar membaca. Terlihat dari kondisi perpustakaan yang cukup ramai pengunjung.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kiran bergegas mencari buku yang ingin ia pinjam. Sejak beberapa waktu lalu ia ingin sekali membeli buku karangan Fyodor Dostoyevsky, Catatan dari Bawah Tanah, namun ia selalu kehabisan stok tiap kali ingin membelinya karena buku tersebut belum juga dicetak ulang. Ia amat sangat berharap dapat menemukan buku tersebut di perpustakaan sekolah.

Dengan teliti, Kiran menyusuri rak-rak yang berjajar rapi berisikan buku-buku tebal yang beberapa diantaranya sudah berdebu. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Kiran untuk akhirnya dapat menemukan buku yang sedang dicarinya. Setelah mendapatkan buku tersebut, Kiran bergegas kembali ke kelas.

Ia berjalan cepat agar tidak terlambat masuk ke kelas. Ia yakin benar bahwa beberapa menit lagi bel masuk akan segera berbunyi, oleh karena itu ia harus bergegas sebelum guru Fisika mereka yang terkenal killer itu masuk ke dalam kelas sebelum dirinya. Tepat sesaat setelah Kiran duduk di kursinya, bel masuk yang menandakan bahwa pelajaran akan kembali dimulai berbunyi nyaring di seluruh penjuru sekolah. Ia menghela napas lega kemudian menjatuhkan kepalanya di atas meja.

---

"Hadeeeh, ngantuk banget gue. Sejarah tuh emang musingin banget, heran." keluh Roka yang sontak membuat Kiran menjitak kepalanya.

"Gimana ga pusing orang daritadi yang lo liat muka lo sendiri. Centil banget foto doang pakek segala di edit-edit." balas Kiran seraya membereskan alat tulis serta buku-buku yang berserakan di atas mejanya.

"Ya elah, kampung amat. Ini tuh biar estetik tau nggak, muka tampan ini kalo nggak di sokong sama ke estetikan alam mana bisa menggaet follower-follower diluar sana." Roka menyelipkan sedikit sindiran pada Kiran yang jarang sekali memposting foto dirinya, melainkan hanya hasil jepretan random yang entah mengapa sangat indah untuk di pandang.

"Banyak cakap. Gue mau ke perpustakaan umum nih, ikut nggak?" Kiran beranjak dari kursinya, bersiap untuk keluar dari kelas.

"Sudah tidak waras anda rupanya. Lo duluan aja sono, bisa mabok gue nyium bau buku. Ntar malem gue ke rumah lo. Gue ada latihan hari ini," karena tak ada yang harus di bereskan, Roka langsung mengambil tasnya kemudian berjalan mendahului Kiran.

Keduanya berpisah di depan pintu kelas karena berbeda arah tujuan. Kiran mengambil arah kanan untuk pergi menuju tempat parkir sementara Roka pergi ke arah sebaliknya untuk menuju ke lapangan basket.

Suasana sekolah nampak masih ramai, begitu juga parkiran yang terlihat sesak oleh siswa yang berbondong-bondong ingin pulang. Enggan berdesakan, Kiran memutuskan untuk duduk di bawah pohon jambu dekat parkiran sembari menunggu kepadatan mengurai.

Di sekolahnya, sudah tak banyak pohon yang masih berdiri kokoh. Kebanyakan telah habis di tebang untuk membangun gedung baru. Namun suhu udara siang itu tak terasa panas sama sekali sebab cuaca yang terbilang mendung dan berawan. Sembari sesekali mengamati langit, Kiran melirik ke arah tempat parkir, berharap siswa-siswa itu segera pergi agar ia tak harus menunggu terlalu lama.

Belasan menit berlalu, tempat parkir sudah mulai terlihat sepi. Kiran hendak beranjak dari tempatnya saat tanpa sengaja melihat seorang gadis menjatuhkan sebuah sepeda di parkiran. Dari kejauhan, Kiran mengernyit keheranan karena bukannya mengembalikan sepeda yang ia jatuhkan pada posisi semula, gadis tersebut justru nampak menendang sepeda yang dijatuhkannya hingga terdengar suara berderik yang lumayan nyaring. Ia lantas mengenakan helm kemudian memacu motornya meninggalkan sepeda tersebut dalam keadaan roboh.

Kiran benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh si gadis. Ia berjalan menuju parkiran, tepatnya menuju sepeda yang roboh tersebut. Dengan hati-hati Kiran mencoba mengembalikan sepeda tersebut pada posisi semula, namun gagal karena ternyata pelek ban sepeda tersebut bengkok, ia asumsikan hal ini terjadi karena gadis tadi yang melindasnya dengan motor.

"Ya ampun parah banget manusia yang begini nih. Kasian banget ini yang punya sepeda. Gimana ya, masa iya gue tinggalin begini aja?" Kiran mencoba mengecek kondisi sepeda tersebut. Nampaknya bukan hanya pelek yang rusak, beberapa bagian sepeda juga terlihat baret dan lecet.

"Apa gue bawa ke bengkel ya? Tapi kalo yang punya nyari gimana?" Kiran berulangkali bertanya pada dirinya sendiri mengenai apa yang harus ia lakukan. Setelah berpikir cukup lama, ia pun memutuskan untuk menunggu si pemilik sepeda. Kiran meminggirkan sepeda tersebut ke tepi kemudian menyandarkannya pada motor miliknya agar tidak roboh dan terlindas motor yang lain.

Selama kurang lebih tiga jam lamanya Kiran menunggu, tidak ada sama sekali tanda-tanda kehadiran si pemilik. Bahkan parkiran pun sudah benar-benar sepi. Hanya segelintir sepeda motor yang masih terparkir, kemungkinan besar milik anak-anak yang sedang mengikuti ekskul serta anak-anak osis yang memang terbiasa pulang malam.

Kiran memutuskan untuk meminggirkan sepeda tersebut dan menyandarkannya di pohon. Ia menuliskan beberapa kalimat pada secarik kertas beserta beberapa lembar uang yang ia letakkan di keranjang sepeda tersebut lengkap dengan sebuah batu untuk menindihnya agar tidak terbang saat tertiup angin.

Setelah memastikan kembali bahwa tidak ada orang sama sekali, Kiran menghidupkan motornya kemudian pergi meninggalkan area sekolah. Ia memacu motornya dengan kecepatan tinggi, berharap agar perpustakaan umum masih buka sehingga tak perlu menunggu esok hari untuk meminjam buku.

Butuh waktu seperempat jam bagi Kiran untuk sampai di perpustakaan umum. Berbeda dengan perpustakaan sekolahnya pagi tadi, suasana perpustakaan umum nampak sedikit lebih sepi. Tak banyak kendaraan yang terparkir di luar, hanya beberapa motor dan tiga buah mobil.

Ia bergegas masuk ke dalam. Suasana hening, sunyi, dan tenang seketika ia rasakan saat ia menginjakkan kaki di dalam perpustakaan tersebut. Puluhan bahkan mungkin ratusan rak-rak berukuran besar terjajar rapi secara berurutan.

Seorang pustakawan muda yang berdiri tidak jauh dari Kiran nampak menyadari kehadirannya. Gadis muda itu menegur Kiran dengan sapaan selamat sore. "Selamat sore, Masnya, mau membaca, atau pinjam buku?"

Kiran yang pada awalnya terkejut pun langsung berusaha santai. "Mau pinjam buku, Kak."

"Ohh, baik. Silahkan dicari bukunya, perpustakaan mau tutup soalnya." tanpa kehilangan senyum, pustakawan tersebut kembali menyusun buku-buku yang ia bawa dari troli ke beberapa space kosong pada rak-rak buku yang ada.

Kiran bergegas mencari buku yang ia inginkan. Dengan tergesa-gesa, ia memeriksa satu-persatu rak yang ada. Dengan teliti ia melihat judul demi judul yang tertera pada sampul bagian samping buku-buku yang berjajar rapi di rak kayu tua yang berada tepat di hadapannya. Setelah belasan menit mencari, Kiran berhasil menemukan buku tersebut. Dengan perasaan lega karena telah menemukan dua bacaan yang akan menemaninya beberapa hari ke depan, Kiran dengan semangat menuju meja yang ada di dekat pintu masuk untuk menyelesaikan prosedur peminjaman buku. Setelah semuanya selesai, ia memutuskan untuk bergegas kembali ke rumah sebelum hari semakin malam.

---

"Heh, kecilin kali itu suaranya! Lo nonton film apaansi berisik banget!" pekik Kiran dari dalam kamar mandi.

Beginilah jadinya jika Roka menginap di rumah Kiran, suasana tenang yang selama ini Kiran damba-dambakan setiap kali berada di rumah berujung mengerikan. Mulai dari sifat berisik Roka, pola tingkahnya ketika tidur, hingga kebiasaannya mengigau sembari berteriak-teriak dan mencakar apapun yang berada di sekitarnya.

Kiran mengeringkan rambutnya dengan handuk, kemudian mengambil kaos polos yang nyaman. Ia melirik Roka yang nampak fokus dengan film peperangan yang terputar di layar komputer miliknya. Tanpa berusaha menganggu konsentrasi Roka, Kiran mengambil buku yang sebelumnya sempat ia pinjam di perpustakaan sekolah.

Setelah sempat mencari-cari tempat yang tepat untuk membaca tanpa terganggu dengan kebisingan yang ditimbulkan oleh Roka dan kegiatannya, Kiran memutuskan untuk duduk di kursi santai yang terletak di balkon kamarnya meski sebelumnya sempat merasa ragu karena takut akan serangan nyamuk. Ia baru saja membuka halaman pertama buku tersebut saat selembar kertas berwarna biru terjatuh tepat di kakinya. Dengan ragu, ia mengambil kertas tersebut. Dilihat dan dibacanya baik-baik, rupanya kertas tersebut adalah kertas peminjaman dan pengembalian buku.

Bila dilihat dari warnanya yang nyaris pudar, kertas tersebut kemungkinan besar telah ada sejak sebelum Kiran menjadi siswa di SMA Tunas Kelapa, namun yang membuat Kiran sedikit terkejut adalah jumlah peminjam sebelum dirinya yang ternyata hanya satu orang, lebih terkejut lagi ketika melihat tanggal pengembalian yang ternyata hanya terpaut satu hari dari tanggal ia meminjam buku tersebut.

Memang diakuinya tak banyak orang yang menyukai buku filsafat, terlebih kalangan pelajar SMA. Novel atau bacaan-bacaan ringan lainnya mungkin jauh lebih diminati oleh remaja zaman sekarang, terlebih para remaja perempuan yang sangat menggandrungi buku bacaan dengan genre percintaan. Ia cukup terkesan bahwa ternyata ada seseorang yang gemar membaca buku filsafat seperti dirinya.

Kiran mengamati kertas tersebut, ia membaca satu-satunya nama peminjam yang tertera di sana. "Chandana?"

.

.

.

.

.

.

Episodes
1 Interval 1 - Bagian 1
2 Bagian 2
3 Bagian 3
4 Bagian 4
5 Bagian 5
6 Bagian 6
7 Bagian 7
8 Bagian 8
9 Bagian 9
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 Bagian 16
17 Bagian 17 (Flashback pt.1)
18 Bagian 18 (Flashback pt.2)
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33 (The End Of Interval 1)
34 Sedikit Informasi
35 Interval 2 - Naya (1)
36 Naya (2)
37 Naya (3)
38 Naya (4)
39 Naya (5)
40 Naya (6)
41 Roka (1)
42 Roka (2)
43 Roka (3)
44 Roka (4)
45 Roka (5)
46 Roka (6)
47 Roka (7)
48 Roka (8)
49 Kiran (1)
50 Kiran (2)
51 Kiran (3)
52 Kiran (4)
53 Kiran (5)
54 Kiran (6)
55 Kiran (7)
56 Kiran (8)
57 Kiran (9)
58 Kiran (10)
59 Kiran (11)
60 Kiran (12)
61 Kiran (13)
62 Kiran (14)
63 Kiran (15)
64 Kiran (16)
65 Ratih (1)
66 Ratih (2)
67 Ratih (3)
68 Ratih (4)
69 Ratih (5)
70 Ratih (6)
71 Rendi (1)
72 Rendi (2)
73 Rendi (3)
74 Rendi (4)
75 Rendi (5)
76 Rendi (6)
77 Edy (1)
78 Edy (2)
79 Edy (3)
80 Edy (4)
81 Edy (5)
82 Edy (6)
83 Edy (7)
84 Edy (8)
85 Edy (9) (The End Of Interval 2)
86 Informasi (lagi)
87 Interval 3 - Figure it out
88 Find Her
89 When We First Met (Chandana POV)
90 Kamu Pernah Terasa Begitu Jauh
91 Back to Reality
92 Not Over Yet
93 Two of Us
94 Shelter
95 Home of Light
96 Home of Light (2)
97 Cold
98 Escape
99 Escape (2)
100 Saya Mencintai Kamu
101 Epilog
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Interval 1 - Bagian 1
2
Bagian 2
3
Bagian 3
4
Bagian 4
5
Bagian 5
6
Bagian 6
7
Bagian 7
8
Bagian 8
9
Bagian 9
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
Bagian 16
17
Bagian 17 (Flashback pt.1)
18
Bagian 18 (Flashback pt.2)
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33 (The End Of Interval 1)
34
Sedikit Informasi
35
Interval 2 - Naya (1)
36
Naya (2)
37
Naya (3)
38
Naya (4)
39
Naya (5)
40
Naya (6)
41
Roka (1)
42
Roka (2)
43
Roka (3)
44
Roka (4)
45
Roka (5)
46
Roka (6)
47
Roka (7)
48
Roka (8)
49
Kiran (1)
50
Kiran (2)
51
Kiran (3)
52
Kiran (4)
53
Kiran (5)
54
Kiran (6)
55
Kiran (7)
56
Kiran (8)
57
Kiran (9)
58
Kiran (10)
59
Kiran (11)
60
Kiran (12)
61
Kiran (13)
62
Kiran (14)
63
Kiran (15)
64
Kiran (16)
65
Ratih (1)
66
Ratih (2)
67
Ratih (3)
68
Ratih (4)
69
Ratih (5)
70
Ratih (6)
71
Rendi (1)
72
Rendi (2)
73
Rendi (3)
74
Rendi (4)
75
Rendi (5)
76
Rendi (6)
77
Edy (1)
78
Edy (2)
79
Edy (3)
80
Edy (4)
81
Edy (5)
82
Edy (6)
83
Edy (7)
84
Edy (8)
85
Edy (9) (The End Of Interval 2)
86
Informasi (lagi)
87
Interval 3 - Figure it out
88
Find Her
89
When We First Met (Chandana POV)
90
Kamu Pernah Terasa Begitu Jauh
91
Back to Reality
92
Not Over Yet
93
Two of Us
94
Shelter
95
Home of Light
96
Home of Light (2)
97
Cold
98
Escape
99
Escape (2)
100
Saya Mencintai Kamu
101
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!