Sebelum membaca Vie mohon klik tombol Like jangan lupa ya, terus di vote juga, Rate bintang lima juga ya, apalagi mau kasih koin seikhlasnya boleh banget...
Happy Reading 😘😘😘
****
Caca membuka matanya pagi itu lalu ia meraih ponselnya dari atas meja. Di layar ponsel Caca sudah tertera jawaban chat dari Rendi tertuliskan
oke... tenang aja.
Jawaban chat dari Rendi saat Caca bilang jangan kasih tau apa-apa pada Rani.
Caca tersenyum-senyum sendiri sambil berjingkrak-jingkrak meraih kucingnya dan berputar, entah kenapa hati Caca senang sekali pagi itu kala mendapat pesan dari Rendi.
Setelah Caca mandi dia turun untuk sarapan menuju dapur. Caca memeluk mbok Nah dari belakang dan mencium pipi Mbok Nah saat beliau memasak. Mbok Nah selalu memasak nasi goreng kesukaannya setiap hari, dan Caca tak pernah bosan untuk menyantapnya.
Bagi Caca mbok Nah itu sudah Caca anggap seperti mamanya sendiri, sosok keibuan yang sempurna yang selalu perhatian dan penuh kasih sayang. Mbok Nah merupakan seseorang yang selalu ada sedari Caca kecil mbok Nah selalu tulus dalam mengurus Caca.
"Selamat pagi Ca." sapa mamanya yang ternyata sudah dari tadi duduk di meja makan tanpa Caca sadari karena biasanya saat Caca bangun mama dan papanya sudah tak pernah ada lagi untuk menemaninya sarapan.
"Pagi Ma, eh tumben sarapan di rumah?" tanya Caca dengan tatapan sinis.
"Oh iya Ca, mama sudah kirim uang ke rekening kamu yak, dan besok mama mau ke Hongkong selama satu Minggu ada fashion show para model Asia disana, nanti mama bawain oleh-oleh."
Ucap mama sambil mengiris roti dan mengolesinya dengan selai coklat.
"Hadeh... satu Minggu di Hongkong, nanti juga satu Minggu lagi di London, satu Minggu di Paris, terus satu Minggu di Korea, begitu seterusnya ya Ma, Caca sampe bosan tau Ma dengernya." sahut Caca dengan nada lebih ketus pada mamanya.
Taaakk!!
Mama membanting pisau dan garpunya ke atas meja.
"Jaga ucapan kamu ya Ca, bukannya terima kasih sama mama karena udah banting tulang buat kamu, eh kamunya malah kurang ajar ya sama mama." ucap mama membentak Caca.
Nada ucapan mama Caca yang sudah naik berbeda dengan ucapan lembut mama tadi tak membuat Caca gentar dan takut.
"Ma, maaf ya kalau Caca kurang ajar, tapi apa mama lupa kalau mama tuh lebih kurang ajar sama aku, sama papa, Caca lebih bahagia jika mama di rumah ketimbang cari uang yang alasannya buat Caca, bosen mah aku dengernya."
Ucap Caca sambil berdiri dan memukul meja dengan telapak tangannya, Caca membalas ucapan mamanya.
"Non, gak boleh gitu sama mamanya." Mbok Nah menengahi mereka.
"Biar mbok, biar mama sadar apa yang Caca butuhin, bukan cuma uang uang dan uang." bentak Caca.
"Cukup Caca...!!" bentak mama
Caca bergegas pergi meninggalkan ruang makan meninggalkan mamanya yang masih berteriak memanggil mamanya, lalu disusul Mbok Nah yang ingin menenangkan Caca.
Mata mamanya memerah menahan tangis, sesungguhnya hari itu mamanya ingin memeluknya, memeluk putri kesayangannya dengan erat seolah pelukannya itu untuk terakhir kalinya.
Dikamar Caca dia menangis sambil memeluk boneka beruang kesayangan nya. Disampingnya ada mbok Nah yang menenangkannya.
"Non, mama non itu baik lho dia kan sayang banget sama Caca , non Caca ndak boleh bentak mama nya non." dengan logat jawanya yang kental ucap mbok Nah.
"Caca marah mbok, aku kesel, Caca tuh cuma butuh mama bukan uang dari mama, aku kok kayaknya ngerasa gak punya mama ya kalau kayak gini terus." sambil terisak Caca menjawab ucapan mbok Nah.
"Non, nyonya tuh ngelakuin itu semua demi non, kan perusahan papa non mulai seret hampir bangkrut tuh, jadi mama non bantu kerja buat mencukupi kebutuhan non Caca buat rumah ini juga." ucap Mbok Nah membela mamanya Caca.
"Tapi sekarang kan papa udah mulai bangkit mbok, harusnya mama dirumah aja kayak dulu bukan malah ngejar karir kaya sekarang." Ucap Caca sambil terisak.
"Non hidup cuma sekali mungkin sekarang lah cita-cita mama non sejak dulu bisa terwujud, harusnya non dukung mama non."
Ucap Mbok Nah sambil mengusap rambut Caca dengan penuh kasih sayang.
"Caca butuh mama mbok, Caca mau mama yang dulu huuuuu huuuuuu huuuuuu."
makin erat Caca memeluk beruangnya dan makin deras pula air matanya mengalir.
"Non, minta maaf ya sama mama non, sebelum dia pergi, yuk pamitan dulu sama mamanya Non." ajak mbok Nah berusaha membujuk Caca agar mau berbaikan dengan mamanya.
"Gak mau, pergi aja sana selamanya kalo perlu, Caca gak peduli lagi mau ada mama atau gak ada mama!" pekik Caca yang terlanjur kesal dengan mamanya.
Air mata jatuh menetes di mata perempuan cantik meski sudah berusia empat puluh lima tahun di depan pintu kamar Caca. Sedari tadi ternyata mamanya mendengar semua percakapan Caca dan Mbok Nah dari balik pintu itu sambil menahan tangis. Dia menutup mulutnya dengan tangannya namun air matanya tak tertahankan dan jatuh juga menetes ke pipinya.
Hatinya sakit perih mendengar ucapan anaknya. Namun dia sadar Caca tidak bersalah, dia tau dia yang salah. Dia buta akan mimpinya menjadi fashion stylist terkemuka di dunia entertainment.
Dia yakin dengan mengejar cita-citanya yang sekarang bisa dia raih. Meski dia sadar bahwa dia sudah mengorbankan keluarganya, tapi ketamakan akan kesuksesannya membutakannya. Kesuksesan yang sudah diraihnya dengan mengorbankan waktu untuk keluarganya.
Mama Caca berucap lirih saat itu di depan kamar Caca.
"Makasih mbok, makasih sudah menjaga Caca ku, putri kecil ku yang paling ku sayang."
Wanita itu berlalu menuruni anak tangga perlahan dengan tangan gemetar memegangi pegangan tangga, dia berhenti sebentar untuk menatap kamar Caca. Mamanya Caca mengingat kembali kala kebahagiaan bersama suami dan putrinya itu terbayang di hadapannya di sekitar rumah itu.
"Maafkan mama... maafkan mama ya Ca." gumamnya lalu dia melangkahkan kakinya keluar rumah menuju taxi online yang sudah dia pesan menuju bandara.
"Saya bantu Bu bawa kopernya." ucap supir taxi itu lalu menaruh koper mamanya Caca ke dalam bagasi mobil. Supir itu juga membukakan pintu untuk mamanya Caca.
"Silahkan Bu." ucapnya.
"Terima kasih, pak." sahut mamanya Caca.
Sekilas Mamanya Caca melihat jendela kamar Caca sebentar dari tempat ia duduk dalam taxi. Dengan mata yang sedikit sembab lalu ia memakai kaca mata hitamnya.
"Jalan pak." perintah mamanya Caca pada sang supir yang langsung menyalakan mesin dan melaju menuju bandara.
****
Bersambung...
Tengok novel ku lainnya ya
- Pocong Tampan
- 9 Lives
- Gue Bukan Player
Vie love you all readers 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Rika93
😢😢😥
2021-02-06
0
Jac_Aline
jangan tulis, itu emang terakhir x mereka ketemu.....😥😥
2020-09-04
1
Komang Padmawati
thor..... nih q ksi jmpollll👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2020-08-27
0