Episode 3

Jam pelajaran sudah berlalu setengah jam dan belum ada satu pun penghuni XI-Bahasa 5 yang selesai mengerjakan tugas. Guru pengajar Bahasa Inggris berhalangan hadir. Jadi, sebagian besar penghuni kelas sekarang tengah sibuk mengerjakan tugas yang diberikan.

Sofi sudah hampir selesai dengan puisinya. Tinggal beberapa baris kalimat lagi. Sementara Jessie—teman sebangkunya—masih terlihat kebingungan. Hanya ada dua baris yang gadis itu tulis di buku tugasnya.

“Sof, bantuin gue, dong! Lo tuh kebiasaan, ya, kalo udah ngerjain tugas fokus banget. Kalo ada Rizky Nazar lewat juga pasti bakal lo cuekin, gue yakin!” keluh Jessie sambil mengipas-ngipaskan kipas kain yang berada di tangan kanannya. Gadis itu selalu saja begitu. Padahal kelas sudah dilengkapi dengan AC. Biar udah dingin nggak seger kalo nggak ada angin, katanya suatu hari ketika Sofi menanyakan alasan dari kebiasaannya itu.

“Apaan sih, Jes! Itu lo udah nulis, kan? Tinggal lanjutin aja, waktunya juga masih agak lama. Lagian dari tadi ngapain aja baru dapet segitu?” kata Sofi tanpa menolehkan kepalanya sedikit pun pada Jessie.

“WA-an sama Edo,” jawab Jessie sebelum akhirnya nyengir tanpa dosa.

Sofi memutar bola matanya lalu menggeleng-gelengkan kepala kesal mendengar jawaban Jessie itu. “Orang kalo punya pacar emang suka gitu, ya? Chatting lebih penting daripada ngerjain tugas?” cibirnya sambil terus menulis.

Mendengar ocehan Sofi itu, rasa kesal Jessie muncul.

Sebenarnya Sofi bukan tipe teman pintar yang pelit. Hanya saja gadis itu paling tidak bisa diganggu kalau sedang fokus mengerjakan sesuatu. Biasanya Sofi baru mau membantu kalau dia sudah selesai dengan tugas miliknya. Namun, kali ini Jessie sedang tak ingin bersabar. Kalau didiamkan saja, nanti sampai jam pelajaran habis puisi Bahasa Inggris miliknya tidak akan selesai. Karena puisi Bahasa Inggris termasuk tugas yang cukup sulit dikerjakan dan akan membutuhkan waktu lumayan lama untuk menyelesaikannya.

“Sof, bantuin, dong!” rengek Jessie sambil menggoyang-goyangkan lengan Sofi. Namun, Sofi tak terpengaruh. Gadis itu hanya menjawab, “Kalo kamu masuk jurusan Bahasa, ya, harusnya siap, dong, dihadapkan dengan hal-hal yang berbau sastra gini,” tanpa sedikit pun menolehkan kepala.

“Iya, ya. Kayaknya aku salah jurusan, deh,” balas Jessie.

Sofi hanya tersenyum kecil mendengar ucapan penyesalan Jessie. Kata-kata itu menurutnya sangat terlambat diucapkan.

Jessie masih menunggu beberapa menit lagi. Dia berharap Sofi segera menyelesaikan tugas dan membantunya. Namun, tak ada pertanda yang menunjukkan kalau teman sebangkunya itu akan berhenti dari aktifitasnya. Sahabatnya yang satu ini kalau sedang merangkai diksi bisa lebih serius dari seorang bidan yang tengah membantu pasiennya lahiran. Katanya semua karya sastra yang dia buat harus sempurna. Akhirnya Jessie melancarkan aksi isengnya. Jurus pamungkas yang pasti akan membuat Sofi luluh. Dia keluarkan cokelat batangan yang dibelinya di koperasi sekolah tadi pagi.

“Sof, liat apa yang gue bawa!” kata Jessie sambil mengangkat cokelat itu. Jessie tahu kalau Sofi paling tidak tahan melihat cokelat. Awalnya dia bermaksud memberikan cokelat itu pada Sofi pada jam istirahat. Sekarang dia terpaksa menggunakan cokelat itu sebagai senjata untuk mendesak Sofi.

Seketika itu juga Sofi menghentikan aktifitasnya menulis. “Mau, dong!” katanya sambil berusaha meraih cokelat di tangan Jessie.

Sebelum Sofi benar-benar berhasil meraih cokelatnya, Jessie segera berdiri dan memalingkan tubuhnya. Dia lantas memanggil si Cungkring. Nama aslinya sebenarnya Johan. Julukan “cungkring” diberikan oleh seisi kelas karena si ketua kelas itu bertubuh kurus dan tinggi.

“Kring ... tangkep, Kring,” kata Jessie saat melemparkan cokelat pada Cungkring. Sofi berlari mendekati Cungkring. Dia berusaha meraih cokelat sambil melompat-lompat, tapi gagal karena cowok itu telah lebih dulu melemparkan cokelatnya pada Jessie lagi.

“Awas lo nggak gue bantuin bawa buku tugasnya anak-anak ke ruang guru entar!” ancam Sofi sok galak. Gadis itu kemudian berlari mendekati Jessie.

“Iya deh, iya, gue bantuin ngerjain puisinya,” kata Sofi akhirnya. Beberapa detik usai berkata seperti itu cokelat di tangan Jessie berpindah ke tangannya.

“Makasih, ya, Kring! Ntar gue salamin lo ke anak Bu Minah, deh!” kata Jessie sebelum duduk lagi di kursinya.

Bu Minah itu adalah salah satu penjaga kantin. Kata beberapa teman sekelas, Cungkring menaruh hati pada anaknya.

Sofi lantas kembali mengerjakan tugasnya. Dia berusaha tetap fokus meski kali ini harus mendapat sedikit gangguan dari Jessie.

“Bahasa Inggrisnya jiwaku apa, Sof?”

“My soul,” jawab Sofi tanpa menolehkan kepalanya pada Jessie.

“Iya, ding, jiwa itu soul,” ujar Jessie sambil meringis.

“Kalau gemericik air apa, Sof?” tanyanya lagi.

“Gurgling water,” jawab Sofi masih tanpa menoleh pada Jessie.

“Kalo terjerat?”

“Enmeshed,” jawab Sofi lagi. Spontan, seolah semua kata itu telah dia hafal di luar kepala.

Kadang Jessie heran mengapa Sofi bisa begitu mudah mengingat kata-kata Bahasa Inggris yang dilihat hanya dalam sekali gadis itu membuka kamus. Tak seperti dirinya yang harus berkali-kali mengingat kata dalam Bahasa Inggris. Biasanya kalau hanya sekali melihat arti dari sebuah kata di kamus, besok-besoknya lagi dia pasti sudah lupa. Mungkin tingkat IQ Sofi memang lebih tinggi darinya.

Awalnya Jessie masuk ke jurusan Bahasa karena dia suka membaca puisi. Menurutnya puisi-puisi yang ditulis dalam Bahasa Indonesia itu indah. Gadis itu tak berpikir kalau setelah dia masuk akan mendapat pelajaran beberapa bahasa asing lain. Termasuk Sastra Inggris yang sulit ini.

Detik-detik waktu terus berlalu sampai akhirnya jam pelajaran Bahasa Inggris selesai. Tadi Sofi memang sudah mengancam Cungkring, tapi ketika melihat ketua kelas itu kewalahan membawa buku tugas milik seisi kelas, dia tak tega juga. Dengan langkah cepat dia berjalan mendekati Cungkring lalu mengambil sebagian buku yang dibawa cowok itu.

Sebenarnya Sofi memang tak benar-benar niat ketika mengancam Cungkring. Lagi pula sudah menjadi tugasnya sebagai wakil ketua kelas untuk membantu ketua kelas. Tak mungkin dia menjadi egois dan membiarkan Cungkring melakukannya sendiri.

Sofi tak berlama-lama di ruang guru. Setelah meletakkan setumpuk buku di Meja Bu Syifa dia segera beranjak keluar.

Cungkring sudah menghilang ketika Sofi berada di luar ruang guru. Langkah lebar dari kakinya yang panjang membuat cowok itu berjalan beberapa kali lipat lebih cepat dari Sofi. Dari tadi juga Sofi berada jauh di belakang ketika berjalan menuju ruang guru. Maka ketika kembali dari ruang guru gadis itu hanya berjalan sendirian.

Awalnya Sofi berjalan dengan cepat menuju kelas karena khawatir guru pengajar jam pelajaran berikutnya akan segera datang. Namun, langkahnya jadi pelan setelah mendengar suara benturan seperti orang yang terjatuh berasal dari toilet putra kelas dua belas. Ketika Sofi mengalihkan pandangannya ke toilet itu dia melihat Kevin. Cowok itu sedang meringis kesakitan. Meski agak ragu, tapi akhirnya Sofi mendekat juga untuk melihat keadaan Kevin.

“Habis jatuh, ya?” kata Sofi sambil memerhatikan Kevin yang sedang memegangi sikunya. Siku cowok itu terkelupas kulitnya. Darah segar keluar dari sana. Mungkin saat terjatuh tadi sikunya membentur lantai dengan keras.

Bukannya menjawab, Kevin malah mengalihkan pandangannya pada Sofi dan menatap gadis itu lamat-lamat seperti sedang berusaha mengenali.

Tak sadar diperhatikan, Sofi justru berlutut lalu megedarkan pandangannya ke sekeliling Kevin. Di sekitar cowok itu ada sebuah ember dan alat pel, pemandangan yang membuat Sofi yakin kalau cowok itu sedang dihukum. Sofi sudah tahu beberapa hal tentang Kevin selama setahun dia duduk di bangku kelas sepuluh. Sudah pernah dengar juga tentang segala tabiat buruknya. Tanpa Sofi minta kepada teman-temannya juga ada saja informasi tentang Kevin yang tak sengaja terdengar di telinganya. Kebanyakan gadis di sekolah suka sekali membicarakan Kevin memang. Kevin dengan segala tingkah bandelnya. Kevin dengan segala pesonanya.

Sebenarnya tidak semua gadis di sekolah mengagumi Kevin. Ada sekitar sepuluh persen dari mereka yang tidak suka dengan kelakuan cowok itu. Terutama the smart girl penghuni kelas-kelas MIA.

Sofi sendiri tidak termasuk ke dalam para gadis yang anti Kevin. Namun, dia juga tidak termasuk ke dalam barisan para gadis pemuja Kevin. Bisa dibilang netral.

Selama ini Sofi tak pernah benar-benar bertegur sapa dengan Kevin. Hanya sesekali dia melihat cowok itu di beberapa tempat di sekolah. Itu pun kalau jam istirahat. Baru kali ini dia berbicara langsung dengan Kevin. Jadi, wajar kalau Kevin merasa agak aneh dengan kedatangan Sofi dan pertanyaannya yang menunjukkan perhatian itu.

Karena tak ada jawaban dari Kevin, pandangan Sofi yang tadinya tertuju pada keadaan sekitar beralih pada wajah cowok itu. Menurut Sofi sosok Kevin tak semengerikan seperti apa yang teman-temannya pernah ceritakan. Penampilannya seperti murid sekolah pada umumnya, bukan seperti preman yang selalu malak di pasar. Meski ekspresi wajahnya terlihat agak kaku, tapi kalau diperhatikan matanya begitu teduh, bening, dan indah. Sama sekali tak ada kesan garang atau menakutkan. Rambut harajukunya tertutup topi yang dipasang terbalik. Baju seragamnya terseterika rapi. Aroma wangi vanila menguar dari tubuh cowok itu, membuat kesan indah semakin kental tercermin di mata Sofi. Hanya bagian seragam yang keluar dari celana melorotnya itu yang membuat kesan rapinya agak berkurang.

Sofi segera mengambil tisu dari saku roknya ketika sadar bahwa dia harus segera kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya. “Saya bersihin dikit, ya, lukanya. Nanti habis ini Kakak ke UKS sendiri soalnya saya harus buru-buru balik ke kelas,” kata Sofi ketika mulai membersihkan darah di siku Kevin.

Ketika itu Kevin tertegun beberapa detik. Cowok itu merasa tak biasa mendengar sebutan “saya” yang Sofi pakai. Dia tersenyum samar saat menyadari kalau sebutan itu sengaja Sofi pakai untuk menunjukkan kesan hormat padanya.

Selama ini ada begitu banyak gadis yang mendekati Kevin. Namun, mereka datang hanya untuk menarik perhatiannya. Kalau pun ada di antara mereka yang datang ketika Kevin dalam kondisi seperti ini, tentu mereka tak hanya berniat tulus menolong. Akan tetap ada unsur menggoda. Atau bisa-bisa mereka malah overacting. Tapi, Sofi tidak seperti itu. Apa yang gadis itu lakukan berasal dari hati. Seolah gadis itu memang terbiasa melakukannya pada siapa pun. Kevin yakin seandainya yang jatuh dan terluka bukan dirinya, gadis itu tetap akan menolong. Di mana dalam kondisi yang sama, gadis lain mungkin akan memilih untuk mengabaikan.

“Kok, bisa dihukum ngepel gini, sih? Kenapa?” tanya Sofi mencoba meloloskan hatinya dari rasa penasaran.

“Telat, nggak tahu, tuh, guru-guru itu suka ngeselin. Salah dikit hukum. Apa-apa hukum. Hobi banget menghukum murid,” jawab Kevin. Matanya tak lepas dari wajah Sofi.

Sofi bisa membaca dengan jelas kekesalan pada diri Kevin ketika cowok itu mengucapkan kalimatnya tadi. Dia lantas tersenyum sekilas kemudian berkata, ”Guru menghukum bukan karena mereka benci. Mereka begitu karena peduli. Hukuman diberikan agar kita berhenti menjadi pelanggar peraturan dan dengan begitu kita akan menjadi murid yang lebih baik.”

Sofi sama sekali tak bermaksud menjadi sok bijak. Dan dia berharap Kevin tidak tersinggung atas ucapannya. Memang itulah yang dia pahami. Segala hukuman itu diberikan untuk kebaikan para murid juga. Bukan karena mereka benci. Kadang para murid-lah yang tidak bisa mengerti bahwa mereka—para guru itu—datang ke sekolah bukan hanya untuk sekedar datang dan mengajar. Namun, mereka dibebani tanggung jawab oleh setiap orangtua murid yang menitipkan anak-anaknya di sekolah.

Sementara itu Kevin hanya tersenyum tipis mendengar penuturan Sofi. Tidak terlalu penting argumen itu baginya. Entah apa pun alasannya, menurutnya semua hukuman dan aturan itu menyebalkan. Terlebih di sekolah ini. Lagi pula dia yakin kalau sebenarnya di dunia ini tak ada satu pun manusia yang suka diatur. Sebagian mereka patuh pada aturan karena terpaksa lantaran untuk menghindari sanksi.

Pada detik-detik terakhir Sofi berada di depannya, yang Kevin perhatikan adalah raut cerah gadis itu. Seperti ada keteduhan yang menyapa dadanya semakin dia memperhatikan rupa gadis di depannya tersebut. Senyum samar yang selalu muncul di wajah Sofi terasa begitu menenangkan baginya.

“Saya balik ke kelas dulu, ya, Kak. Kalau kurang bersih Kakak bersihin lagi aja,” kata Sofi setelah darah di siku Kevin bersih. Gadis itu kemudian mengambil tisu baru dari saku kemejanya lalu diberikannya tisu itu pada Kevin.

“Nggak usah. Pake yang ini aja,” balas Kevin sambil mengambil tisu bekas yang masih ada di tangan kiri Sofi.

“Oh, yaudah. Saya permisi dulu, Kak,” ujar Sofi sambil tersenyum manis sebelum akhirnya berdiri.

“Makasih,” kata Kevin sebelum Sofi membalikkan badannya dan melangkah pergi.

Sofi menanggapi ucapan Kevin itu dengan anggukan dan senyum hangat.

Kevin bukan tipe cowok manis yang mudah mengucapkan terima kasih pada siapa pun ketika diberi sesuatu atau bantuan apa pun. Tidak kepada kedua sahabatnya. Tidak juga kepada para gadis yang datang membawakan minum padanya ketika dia megikuti ekstra kulikuler pencak silat tanpa diminta. Apa yang Sofi lakukan benar-benar menyentuh hatinya. Maka dari itu dia berterima kasih.

Terpopuler

Comments

Almira

Almira

pasti ini awalnya mereka ya,let's begin...

2021-08-05

0

Nrfhdilh

Nrfhdilh

Likenya sudah mendarat, TERJERAT CINTA SATU MALAM menunggu kedatangan semuanya yuk mampir!..❤❤❤

Suka sekali ceritanya semangat!

2021-07-12

1

Mars Infinity

Mars Infinity

Akhirnya nemu juga karya bagus kayak gini.. suka bacanya, ngalir.. aku kebawa sampe hilir sungai.. hehe, semangat thor.. besok aku lanjut lagi bacanya🤗🤗

2021-06-16

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!