Ich Liebe Dich
Sudah sekitar dua bulan ini Kevin berangkat sekolah lima belas menit lebih awal. Sengaja. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti macet, suara berisik deru mesin kendaraan yang terlalu banyak, polusi, dan satu hal lagi yang paling mengerikan. Hal yang sama sekali tak pernah dia inginkan untuk terjadi di dalam hidupnya.
Kevin kira perjalanannya ke sekolah pagi ini akan mulus-mulus saja seperti biasa. Namun ternyata pemikirannya itu keliru. Hari ini kesialan sedang menyelimutinya. Kejadian yang selama ini sangat tidak dia inginkan untuk terjadi, pagi ini terjadi. Di belakangnya ada dua motor membuntuti. Jaraknya kurang-lebih sekitar sepuluh meter. Dari spion Kevin bisa melihat jelas siapa mereka. Satu motor bebek dikendarai seorang bertubuh besar dan berotot, kulitnya cokelat gelap, rambutnya yang panjang sebahu terurai dan gimbal. Sementara itu di motor bebek kedua ada seseorang dengan perawakan lebih kurus. Ada beberapa tato di wajah, lengan, leher, dan kakinya.
Meski sudah lama tidak bertatap muka, Kevin tetap tahu siapa dan apa yang mereka inginkan. Dia menghindar bukan karena takut. Dia hanya sudah tak ingin dan memang tak seharusnya berurusan dengan dua orang itu kalau ingin hidupnya baik-baik saja. Maka dengan cepat dia berusaha menyalip beberapa kendaraan di depannya.
Meski hari masih pagi, ternyata jalanan kota Bogor tak pernah benar-benar sepi dari kendaraan. Untungnya setelah melalui proses belajar selama berbulan-bulan, cowok itu telah mahir mengemudikan kendaraan roda empatnya. Lagi pula segala hal yang berhubungan dengan kecepatan tinggi telah menjadi kecintaannya. Jadi, beradu kecepatan dengan dua orang pengemudi motor yang membuntutinya itu sama sekali bukan masalah baginya.
Dua orang di belakang Kevin mulai tertinggal agak jauh. Meski begitu mereka terus mengejar. Lebih mudah bagi mereka menemukan celah dengan motor. Tetapi Kevin tak akan menyerah. Ya, dia tak mungkin menyerahkan diri dan mati konyol di hadapan mereka berdua. Jadi, Kevin memacu lagi Jazz merahnya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Meliuk, mengambil celah di antara begitu banyak kendaraan yang memadati jalan. Huh, kalau begini percuma saja dia berangkat beberapa menit lebih awal. Kegiatan kejar-kejaran ini telah menyita waktunya. Entah jalan mana saja yang sudah Kevin lewati. Yang pasti jalan-jalan itu bukan rute biasanya yang dia tempuh untuk menuju ke sekolah.
Kevin merasa telah berkeliling terlalu jauh. Namun, dua motor di belakang masih mengejar juga. Menyadari itu, Kevin mengumpat dalam hati sambil melayangkan tinjunya ke setir yang dia kendalikan dengan tangan kiri, merutuki kejadian tidak penting ini. Seandainya kondisi hidupnya masih sebaik dan senormal dulu, dia pasti bisa dengan mudah mengganti mobil agar tak dikenali lagi oleh dua mahluk sialan di belakang itu dan tak perlu repot-repot berkejaran seperti ini.
Kekesalan Kevin naik berkali-kali lipat saat melihat lampu merah di depannya. Kalau dia menerobos, orang yang mengejarnya pasti akan bertambah jumlahnya. Jadi, terpaksa dia berhenti dengan harapan angka-angka yang tertera pada layar digital itu cepat berganti dan mobilnya bisa jalan kembali.
Pada detik-detik terakhir angka digital lampu merah, dua motor tadi berhasil mencapai mobil Kevin. Seorang yang rambutnya panjang mengetuk-ngetuk kaca mobil Kevin dengan kasar dan tak sabar. Kevin tak menoleh. Dia berakting pura-pura tidak dengar. Tepat ketika lampu telah berganti hijau, dia lantas memacu mobilnya lagi. Menyalip ke arah kiri, meninggalkan dua motor yang rupanya pengemudinya tak menyadari kalau mobil di samping mereka akan secepat itu menghindar. Kevin masih bisa melihat dua motor itu ketika dia membelokkan mobilnya memasuki area kompleks perumahan. Memasuki gang-gang kecil yang menjadi pemisah deretan rumah yang tertata rapi. Lantaran yakin kalau dua orang tadi melihat mobilnya masuk ke dalam kompleks perumahan ini, maka Kevin mencari celah untuk menyembunyikan mobilnya.
Akhirnya Kevin menemukan celah di belakang sebuah rumah. Setelah dimasuki, celah itu ternyata merupakan sepetak tanah yang pas untuk mobilnya. Segera Kevin mematikan mesin mobil setelah dia yakin mobilnya tak terlihat dari jalanan kompleks. Dia sempat mendengar suara motor yang mengejarnya mendekat beberapa detik kemudian. Suara bising khas dari kendaraan yang knalpotnya dimodifikasi itu memang mudah dikenali. Beberapa detik bunyi knalpot itu tak juga menjauh, membuat Kevin yakin mereka pasti sedang berhenti. Mungkin mencari sisa-sisa keberadaan dirinya. Sekitar satu menit lamanya motor itu berhenti sebelum akhirnya terdengar suara deru mesin motor menjauh. Kevin merasa tenang ketika menyadari dua orang yang mengejarnya telah pergi. Namun, dia sadar semua ini belum berakhir. Pasti akan muncul masalah lain lantaran sekarang dia sudah terlambat. Sambil mulai menyalakan mesin mobil lagi, Kevin mengembuskan napas pasrah. Biarlah. Dia sudah biasa menghadapi masalah di sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Indah Nihayati
bagus thorr
2022-02-22
0
Eka Suryati
absen
2021-11-08
0
Eka Suryati
mulai membaca
2021-11-08
0